Sebagain besar dari kita mungin sudah mengenal istilah voluntourism dan community-based tourism (CBT) dimana keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu untuk meningkatkan perekonomian masyarakat di sebuah daerah melalui kegiatan kegiatan yang berhubungan dengan Sumber Daya Manusia dan Alam sekitar.
Jika dilihat dari pihak pihak yang terlibat, terdapat perbedaan pada keduanya dimana voluntourism melibatkan tiga pihak yaitu wisatawan sukarelawan, badan atau organisasi dan anggota komunitas di daerah (masyarakat lokal) sedangkan pada community-based tourism (CBT) hanya melibatkan wisatawan dan anggota komunitas di daerah.
Wisatawan pada voluntourism bukan sembarang wisatawan karena biasanya mereka harus bersedia melakukan pekerjaan dengan sukarela dalam artian tidak bertentangan dengan free will nya dengan tetap menghormati adat istiadat, budaya dan kehidupan masyarakat sekitar.
Sedangkan pada community-based tourism, wisatawannya bisa siapa saja serta tanpa adanya pekerjaan yang menanti serta memiliki keinginan untuk mengenal dan mengetahui adat istiadat, budaya dan kehidupan sehari hari pada sebuah daerah.
Dengan melihat wisatawan pada voluntourism dan CBT tersebut mungkinkah keduanya di kombinasikan ? karena pada dasarnya destinasi wisata juga merupakan tempat pertukaran ilmu, pengetahuan dan pengalaman antara wisatawan dan masyarakat lokal -- dan dengan mengkombinasikan keduanya wisatawan tetap dapat berkontribusi kepada masyarakat sekitar sedangkan masyarakat sekitar tetap mendapatkan manfaat ekonomi dari kegiatan wisata dari wisatawan sukarelawan tersebut.
Pada voluntourism wisatawan sukarelawan umumnya sudah memiliki program yang ditentukan oleh badan/organisasi dan pada waktu bersamaan memberikan kesempatan kepada volunteer tourist melakukan wisata diluar jam mereka melakukan pekerjaan, sedangkan pada CBT wisatawan dilayani oleh anggota masyarakat lokal mulai dari penginapan, makan dan hingga kegiatan tur.
Dari sisi masyarakat lokal, CBT memberikan manfaat ekonomi penuh kepada anggota masyarakat karena semua pendapatan dari kegiatan wisatawan akan masuk ke mereka secara penuh pula, hal ini yang membedakannya dengan voluntourism.
Dengan mengkombinasikan keduanya, wisatawan dapat lebih merasa seperti liburan pada umumnya dengan tetap memberikan manfaat yang berguna bagi masyarakat lokal seperti pelatihan bahasa, gastronomy, cara, marketing, media, pelestarian lingkungan dan hal hal lain, terutama yang mencakup tiga pilar dari sustainability yaitu sosial, ekonomi dan lingkungan.
Wisatawan akan berlibur tanpa itinerary dalam artian mereka dapat melakukan kegiatan berdasarkan pilihannya dan pada waktu mereka misalnya ikut berkebun, melaut, ikutan ibu ibu rumah tangga berbelanja di pasar dan kegiatan sehari hari masyarakat lokal disana disamping kegiatan wisata lainnya yang terdapat disana.Â
Selain itu wisatawan bisa merasa sebagai anggota masyarakat sekitar dengan terlibat pada acara acara kemasyarakatan seperti pernikahan adat, acara syukuran dan lainnya.
Pada sisi lain, masyarakat lokal tetap dengan perannya seperti pada community-based tourism yaitu sebagai pelaku usaha wisata dan penyedia layanan serta barang kebutuhan bagi wisatawan dengan memberikan kebutuhan mendasar kepada wisatawan seperti penginapan saja dan atau dengan makan/minum, keamanan serta hal lain seperti emergency, dan pada saat bersamaan tetap mendapatkan manfaat ekonomi dari kegiatan wisata yang dilakukan oleh wisatawan tersebut.
Dan sebagai pertukaran dari kebutuhan mendasar tadi diatas, wisatawan memberikan pelatihan pelatihan yang bermanfaat misalnya bahasa, gastronomy, mendaur ulang sampah dan bahan lainnya, serta lainnya.
Ini akan menjadi win-win solution bagi masyarakat lokal dan wisatawan dimana wisatawan mendapatkan pengalaman berlibur dan memberikan manfaat yang berguna bagi masyarakat lokal untuk lebih mengembangkan daerahnya.
Kesukarelaan pada Voluntourism masih terdapat pada kombinasi ini serta masih sesuai dengan makna dari volunterism itu sendiri yaitu sebagai  pengekspresian dari individu terhadap hubungan dengan seksama, dilain sisi manfaat ekonomi bagi masyarakat masih tetap didapatkan.
Selain dari semua itu, ethical tourism akan tercipta dengan tumbuhnya kesadaran wisatawan terhadap keberadaannya pada sebuah komunitas dengan tetap menghargai dan menghomati segala adat istiadat, budaya dan kehidupan sehari hari nya.
Hal yang mungkin menjadi tantangan adalah pada seleksi wisatawan nya yang sebaiknya tetap mengacu pada konsep voluntourism seperti kompetensi dan background check dan lainnya, dalam hal ini masyarakat mungkin dapat menggunakan platform voluntourism yang banyak tersedia di dunia maya.
Untuk hal tersebut, ini sebenarnya dapat dijadikan ide startup di Indonesia dengan menjadi media antara wisatawan dan masyarakat lokal di destinasi wisata.
Tidak kah pariwisata itu sangat menarik dan indah serta selalu membuka peluang pada segala bidang kepada siapa saja ?.
Pariwisata tidak hanya sekadar keindahan alam  saja, tapi juga mengenai hubungan antar manusia yang berpondasi pada perbedaan serta dengan alam melalui keindahaannya yang semakin melekatkan hubungan tersebut.
Salam Pariwisata
ReferensiÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H