Mohon tunggu...
Mauraqsha
Mauraqsha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Staff Biasa di Aviasi.com

Penggemar Aviasi namun terjun di Pariwisata, berlayar pilihan pertama untuk liburan, homestay dan farmstay piihan pertama untuk penginapan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Travelogue Mengubah Pembaca Menjadi Wisatawan

17 Maret 2022   10:02 Diperbarui: 17 Maret 2022   10:45 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Menulis (picjumbo_com/pixabay.com)

Mempromosikan destinasi wisata sangat beragam jenis nya mulai dari blog, postingan di media sosial hingga buku yang kita kenal dengan guide book atau handbook, Begitu pun konten nya yang bisa berupa tips, rekomendasi penginapan, spot wisata dan lainnya.

Perkembangan teknologi dalam internet memberikan kemudahan bagi siapa saja untuk mengunggah foto foto destinasi wisata dan menjadikannya viral, siapa saja kini dapat menulis tentang wisata dengan menggunakan sumber sumber di internet sebagai referensi nya, dengan begitu siapa pun dapat mempromosikan destinasi wisata tanpa harus berpergian ke destinasi tersebut.


Judul-judul yang menarik seperti 'Ini alasan kita sebaiknya tidak berkunjung ke A' atau ' Temukan Surga Tersembunyi di A'  dan lain lainya akan sangat menggugah para pembaca nya terlebih bila topik nya sedang viral.

Namun menulis mengenai destinasi wisata tidak lah cukup dengan hanya berupa tips, rekomendasi dan panduan saja karena destinasi wisata adalah ruang dan waktu di luar keseharian kita, akan banyak pemandangan alam dan adat istiadat yang dilihat, akan banyak menu makanan yang dicicipi, akan banyak perbedaan yang kita alami dan lainnya.

Selain itu pengalaman liburan bukan tercipta dari euphoria yang bersifat sementara tapi dari setiap detil kegiatan kita yang akan tersimpan berupa kesan kesan yang bersifat abadi (timelessness).

Hal yang terdengar biasa sebelumnya dapat menjadi hal yang mendapatkan tempat khusus dalam kehidupan kita, momen menyantap ubi rebus dan teh hangat dengan ditemani oleh Kepala Desa di teras rumahnya pada sore hari akan berbeda jika ditulis dari kita yang benar benar mengalaminya, akan banyak detil detil yang hilang dari kejadian tersebut jika kejadian tersebut hanyalah hasil dari olahan imajinasi belaka.


Bangunan dan tempat tempat bersejarah mungkin akan terlihat tak menarik dalam foto dibandingkan pemandangan keindahan alam, namun lewat kreatifitas penulis, sekumpulan teks yang tercipta dari lensa penulis, justru dapat  menimbulkan keinginan kita untuk mengunjunginya


Disinilah kita memerlukan travelogue, sebuah tulisan wisata yang dapat merefleksikan keadaan sebenarnya dalam bentuk cerita yang merangkum pengalaman liburan dari penulis nya sendiri, sebuah travel memoir.


Travelogue dapat berbentuk artikel dan blog, jurnal dan buku sepperti guidebook dan handbook namun tidak semua bentuk tulisan tersebut adalah travelogue karena hanya travelogue yang menggunakan pengalaman liburan dari penulis nya sebagai sumber satu satunya.


Travelogue bukan untuk menggugah niat wisatawan untuk berkunjung ke sebuah destinasi wisata melainkan mengubah pembaca nya menjadi wisatawan yang ingin mendapatkan pengalaman yang sama.


Alur cerita (storyline) pada travelogue bukanlah penggabungan fiksi atau panduan dan rekomendasi wisata belaka namun berupa rangkaian kegiatan perjalanan dan liburan yang nyata dan memiliki kekuatan untuk membuat pembaca nya ingin berada di dalamnya.


Penulis pada travelogue tidak memposisikan diri nya sebagai pihak yang sedang mempromosikan destinasi wisata atau pun sebagai tuntutan pekerjaan dari pihak lain karena travelogue pada dasarnya adalah refleksi emosional dari sang penulis itu sendiri selama melakukan perjalanan dan liburan di destinasi wisata.

Travelogue adalah sebuah travel memoir, cerita nyata tentang hubungan emosional yang telah tercipta diantara penulis dan destinasi wisata yang tidak hanya berpondasi pada keindahan alam sekitar tapi juga dari interaksi antara manusia dengan manusia lainnya, lingkungan, adat istiadat serta kehidupan keseharian yang dijalani.


Sehingga tavelogue bukan bahan materi promosi destinasi wisata pada industri pariwisata bukan pula buku panduan wisata serta sekadar sebagai travel blog, travelogue justru akan melahirkan wisatawan wisatawan baru pada industri pariwisata itu sendiri melalui kreatifitas penulis penulis nya.

Semoga semakin banyak travelogue di masa mendatang.

Referensi :

Satu Dua

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun