Mohon tunggu...
Mauraqsha
Mauraqsha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Staff Biasa di Aviasi.com

Penggemar Aviasi namun terjun di Pariwisata, berlayar pilihan pertama untuk liburan, homestay dan farmstay piihan pertama untuk penginapan.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Quality Tourism

6 Maret 2022   14:07 Diperbarui: 6 Maret 2022   15:38 2539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Resort (foto:Jamal/Pulau Moyo)

Kita pastinya sudah pernah mendengar istilah quality tourism bukan, nah apa sebenarnya quality tourism ini karena sulit mencari definisinya baik di website website berbasis pengetahuan seperti wikipedia juga dari website tentang pariwisata.

Pada umumnya sebutan pada tourism tertuju pada atraksi dan juga destinasinya seperti misalnya pada Nautical Tourism untuk wisata bahari, sedangkan quality tourism itu tertuju pada apa, apakah benar pada kualitas nya ? .

Persepsi banyak orang akan quality tourism akan cenderung kepada sisi turis karena selalu dibumbui dengan wacana untuk membidik wisatawan yang berkantong tebal dan yang membelanjakan uangnya lebih banyak dari wistawan umumnya selama berlibur.

Membedakan antara satu negara dengan lainnya dalam hal pembelanjaan wisatawan bisa disebabkan faktor seperti pada jenis dan nilai mata uang atau dengan melihat adanya hotel dan restoran mewah saja, namun bukan dengan seperti itu kita memaknai quality tourism.

Pada pariwisata terdapat tiga komponen utama yaitu wisatawan, destinasi wisata dan pelaku wisata (Pemerintah dan swasta),  sehingga bila quality tourism memang mengacu pada kualitas, bukan kuantitas maka harus mencakup pada ketiga komponen tersebut.

Kualitas pada ketiga komponen tersebut memang harus diterapkan secara bersamaan namun dengan melihat bahwa destinasi wisatawa dibangun untuk wisatawan maka kualitas memang berawal dari wisatawan tapi bukan diihat dari jumlah pembelanjaanya.

Bagi yang berkantong tebal, uang memang bukan hal yang utama pada segala aspek kehidupan sehari harinya termasuk pada liburan.

Dengan begitu, daya beli mereka tinggi pada segala hal seperti barang barang yang mereka beli, dan ketika daya beli mereka itu diterapkan pada destinasi wisata maka kualitas mereka tidak terfokus pada barang saja dan juga bukan pelayanan saja serta tidak terbatas pada minat khusus saja.

Destinasi wisata dengan fasilitas dan layanan mewah memang akan lebih tepat untuk menyamakan dengan daya beli mereka, namun apakah benar demikian ?

Sebagai ilustrasi mari kita berpergian ke tempat tempat liburan di dunia yang akan membuat pembelanjaan kita tinggi di destinasi tersebut misalnya ke Las Vegas atau Paris apakah kita akan merasakan  benar makna liburan sesungguhnya ? senang dan puas memang pasti tapi bagaimana dengan pengalaman liburan yang didapat jika hanya keluar masuk butik dan kasino?

Kualitas pada wisatawan bukan dimulai dari daya beli tapi pada pilihan dan preferensi nya, orang berkantong tebal didunia banyak sekali tidak hanya dari kalangan bisnis, tapi juga selebriti, kaum ningrat kerajaan kerajaan di dunia, atlit profesional dan masih banyak lagi.

Mereka ingin mencari pengalaman dalam liburan mereka berdasarkan piihan dan preferensi mereka masing-masing, hal ini yang membedakan destinasi wisata pada turis berkualitas.

Pilihan mereka pada destinasi liburan mereka bisa didorong dengan banyak faktor seperti kegemaran, hobi, maksud dan tujuan berlibur, fasilitas pada destinasi khususnya untuk anak anak dan lainnya.

Sedangkan preferensi akan didorong dengan cara mereka menjalani hidupnya, tidak hanya pada gaya hidup tapi lebih pada sisi personal misalnya privasi.

Mungkin ada destinasi yang dapat memenuhi pilihannya tapi tidak bisa memastikan preferensi terpenuhi atau sebaliknya, maka akan tergantung pada keputusan wisatawan tersebut, akan lebih mementingkan mana.

Namun pada kebanyakan, preferensi lebih utama daripada pilihan bagi beberapa orang berkantong tebal. Kita bisa melihat ini dari beberapa dari mereka mencari pengalaman dalam berlibur mereka ke Indonesia atas dasar preferensi yang dalam hal ini privasi. 

Sebagai contoh mendiang Putri Diana yang menginap di resort di Pulau Moyo dan petenis Maria Sharapova, kemudian beberapa bintang film dunia memilih berlayar dengan kapal phinisi di Labuan Bajo secara private serta beberapa selebriti dan orang penting lainnya yang berlibur di resort Nihi di Sumba.

Mereka mungkin sudah banyak mendengar banyak destinasi eksotik di Indonesia tapi ketika mereka hanya menemukan kecocokan mereka pada resort dan kapal phinisi daripada destinasi secara keseluruhan maka disanalah mereka akan mencari pengalaman berliburnya, keputusan utama mereka bukan pada destinasi.

Perkembangan pariwisata juga bisa membentuk pilihan tambahan oleh wisatawan dalam hal bagaimana sebuah destinasi melestarikan alam dan kehidupan lokal secara bersamaan dengan cara membudidayakan sumber daya alam yang dapat memberi manfaat sosial dan ekonomi kepada masyarakat dan secara bersamaan belajar untuk tidak mengekspolitasinya.

Pada sebuah artikel di CNN Travel bertajuk "Green vacations: 10 places that don't cost the Earth", salah satu destinasi pada artikel tersebut adalah Soneva Fushi Resort yang berlokasi di pulau Kunfunadhoo Maldives.

Pihak resort menerapkan konsep ramah lingkungan dalam mereka menjalankan resort nya, mereka memiliki kebun sendiri dengan menggunakan pupuk dari hasil pengelolaan limbah mereka hingga penggunaan sinar matahari untuk listrik mereka sepanjang hari.

Mereka tidak hanya menekan biaya untuk transportasi bahan makanan mereka saja tapi juga ramah kepada lingkungan dengan kegiatan recycling limbah.

Ada juga eXtreme Hotel, Kite Beach, Cabarete, di Republik Dominika yang selain menggunakan energi matahari untuk listrik mereka tapi juga menerapkan Rainwater collection systems untuk penggunaan air  mereka serta untuk masyarakat sekitar untuk menghasilkan tanaman selain itu mereka juga menanam 2,000 pohon untuk mengurangi efek emisi karbon.

Kedua contoh tempat ini bukan merupakan destinasi namun berada di destinasi, dengan begitu sama halnya dengan pemilihan kapal phinisi dan resort oleh beberapa selebriti ketika berlibur di Indonesia yaitu berdasarkan pilihan dan preferenasi.

Dengan semua itu maka untuk membidik wisatawan untuk tujuan kualitas akan bermula kedua hal tersebut dan kemudian diikuti oleh konsep yang akan dikembangkan.

Lokasi dari tujuan berlibur para kalangan berduit tidak selamanya juga terpaku pada destinasi tapi bisa pada feature dan layanan seperti pada contoh kapal phinisi dan resort diatas.

Privasi seseorang bisa membuat orang tidak memikirkan jumlah uang namun lebih kepada bagaimana tujuan berliburnya akan menghargai privasi nya, sebagai contoh pulau Thanda di Tanzania yang mematok harga $45,000 per malam dengan minimum tinggal 5 malam, jumlah yang tidak berarti bagi beberapa orang yang mengutamakan privasi diatas apapun jika sudah menyangkut aspek kehidupan mereka, termasuk juga kehidupan di luar rutinitas mereka.

Privasi bisa tak terhingga nilainya bagi kalangan berduit, di lain sisi privasi bagi pelaku wisata merupakan kepercayaan yang harus dihargai dan dijaga secara total, tidak ada lubang sekecil pun untuk mengkompromikannya.

Jadi dapat dikatakan bahwa pada dasarnya destinasi, feature dan pendukung apapun di Indonesia bisa membidik wisatawan tersebut tetapi ada baiknya untuk kenali dulu pilihan dan preferensi mereka serta dengan melihat perkembangan pariwisata yang kini cenderung pada konsep ramah lingkungan.

Bagaimana cara mengenali pilihan dan preferensi kaum berduit ? banyak caranya untuk melakukan ini, salah satunya mungkin bisa melihat stream pada akun sosial media mereka, dari sana terlihat kegiatan dan kegemaran mereka.

Dengan membidik wisatawan berkantong tebal, kita juga menyadari bahwa pangsa pasar kita terbatas, namun hanya pada jumlah wisatawan tapi tidak pada pemasukan.

Bagaimana di Indonesia ?

Indonesia yang memiliki banyak suku, adat, budaya dan lainnya sungguh bisa menjadi nilai tambah sebenarnya namun mungkin permasalahannya pada kemasan nya yang masih ditujukan pada semua segmen wisatawan, masih jarang pengemasan pengalaman liburan ditujukan untuk kaum berduit.

Dikawasan Karangasem Bali ada penginapan dari jaringan hotel yang penulis lihat sangat memikirkan lingkungan dimana tamu tamunya bisa turun ke sawah sawah yang terdapat di sekitar hotel, jaringan hotel ini juga menyulap gurun pasir menjadi tujuan berlibur bagi kalangan berduit.

Untuk itu ada baiknya mengenali dahulu calon wisatawan kita, bukan pada jumlah pembelanjaan tetapi pada pilihan dan preferensi karena pada akhirnya jumlah pembelanjaan mereka akan dipengaruhi oleh kedua hal tersebut.

Pilihan dan preferensi kaum berduit mungkin bisa sama dengan wisatawan pada segmen lain tapi pada kaum berduit, hal utamanya adalah kedua hal tersebut diatas instagrammable nya sebuat spot wisata serta juga diatas euphoria wisatawan pada segmen lain.

Pada akhirnya kualitas pada komponen destinasi wisata dan pelaku wisata tercapai ketika sudah menangkap  pilihan dan preferensi kaum berkantong tebal.

Selain itu bagi pengembang dan pelaku wisata untuk mulai berpikir bahwa investasi mereka tidak hanya dari sisi ekonomi saja tapi juga sosial dan lingkungan dengan begitu konsep sustainability akan juga terpatri pada mereka.

Investasi pada ekonomi memang bisa memberi manfaat ekonomi tapi jika investasi tersebut mencakup sosial dan lingkungan, bukan mustahil manfaat ekonomi juga meningkat, tidak hanya untuk beberapa pihak tapi juga masyarakat lokal melalui sebuah pengalaman berlibur yang sesuai dengan pilihan dan preferensi dari wisatawan berkantong tebal.

Selama kita masih berkonsentrasi pada pengembangan destinasi untuk segala segmen wisatawan baik pada destinasi wisata yang sudah terbangun pesat atau belum dan bahkan mencampur atau membagi segmen pada sebuah destinasi, maka akan dimaknai pula bahwa kita masih berada pada konsep kuantitas.

Justru pada kenyataannya beberapa pihak swasta sudah terlebih dahulu membidik dan menerapkan quality tourism ini di Indonesia berupa aksi nyata, tanpa dengungan kata kata.

Referensi 

Satu Dua

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun