Destinasi seperti ini tidak perlu dikembangkan dengan stempel prioritas yang pada akhirnya mungkin justru akan menciptakan destinasi mainstream kembali, hanya memerlukan konsep yang jelas dan khusus untuk wisatawan pada grup spesifik.
Indonesia dengan pilihan destinasi yang banyak sekali sebenarnya bisa dikembangkan untuk destinasi yang tidak mainstream seperti Taman Nasional Baluran yang cocok untuk wisata safari tapi tidak dikembangkan secara maksimal, Ujung Kulon yang semakin hari semakin jarang terdengar yang juga bisa dikembangkan sebagai destinasi berbasis interest dan preferensi.
Pulau pulau yang tersebar di NKRI ini bisa dikembangkan menjadi private island dan juga resort island dan lainnya dalam daftar panjang dengan melihat potensi yang dimiliki kita.
Mengembangkan destinasi wisata tidak selamanya harus mainstream, dan tidak perlu ragu untuk hanya diterima dari porsi wisatawan secara keseluruhan karena pada dasarnya liburan bukan hanya saja leisure, kesenangan saja tapi pengalaman melalui kegiatan kegiatan selama berlibur.
Kini tidak sedikit wisatawan yang kian menyadari kesehatan dan pentingnya kita lebih menghargai dan melestarikan alam untuk keberlanjutan bagi manusia sebagai penghuninya dengan tidak merusak dan mengusik segala yang ada di alam.
Dan sama pada semua hal dalam kehidupan, semua yang khusus akan memerlukan sesuatu yang khusus pula.
Porsi kecil pada destinasi tidak mainstream tidak bisa diartikan kecil pada sisi potensi pemasukannya bila dilihat dari segmen wisatawannya.
Wisatawan dengan preferensi dan interest khusus dan bahkan ada yang sangat idealis dan kebanyakan terhadap alam dan masyarakat lokal, akan lebih selektif dalam memilih destinasi liburan mereka dimana liburan bagi mereka bukan lagi utamanya pada leisure dan fun namun pada pengalaman yang dapat memberi manfaat untuk mereka dan juga masyarakat dan alam pada destinasi yang mereka kunjungi.
Dan wisatawan pada grup ini tidak melihat jumlah angka tapi justru nilai yang mereka dapat dan berikan kepada destinasinya, dengan begitu uang bukan lagi objek.
Nah cocok kan dengan yang sering terdengar pada pariwisata diseluruh dunia terutama di Indonesia untuk mengembangkan sustainable tourism serta tidak membidik kuantitas tapi kualitas ?.
Kualitas pada pariwisata tidak mengacu pada harga hotel berbintang, restoran dan mall mewah tapi pada nilai yang terdapat di dalamnya baik untuk wisatawannya maupun destinasinya.