Kalau menurut perspektif saya, skripsi tidak seseram itu, seperti tugas lainnya pasti bisa selesai di waktu yang tepat. Terkadang yang menjadi beban bukanlah skripsinya, melainkan ekspektasi diri dan lingkungan sekitar kita yang kurang mendukung.
Oleh sebab itu, yang perlu diperbaiki adalah pola pikir kita sendiri.
Kalau orangnya santai, tidak mudah terpengaruh dengan lingkungan, maka skripsi akan menjadi biasa saja dan menjadi teman yang asyik untuk dijalani.
Berbeda cerita kalau yang menjalani skripsi tipe orangnya Fear of Missing Out (FOMO), maka skripsi menjadi beban yang begitu berat. Setiap proses yang dijalani akan berpatokan dengan proses orang lain sehingga akan merasa stres ketika merasa lebih lambat dari yang lain.
Padahal faktanya setiap topik skripsi memiliki tingkat kesulitannya masing-masing yang tidak bisa dibandingkan. Kunci penyelesaian skripsi ialah berpikir realistis, bukan idealis. Perjuangan kuliah memang tidak mudah apalagi di fase penyelesaian skripsi. Namun, kehidupan pasca-kampus akan lebih memerlukan kesabaran dan perjuangan, apalagi untuk generasi perintis.
Kuliah tidak menjamin kesuksesan seseorang, tetapi memperbesar peluang untuk hidup dengan standar yang lebih baik. Faktanya, dunia ini memang keras dan kita perlu bekal yang cukup untuk bisa bertahan dan berdiri di atas kaki sendiri.
Buat yang mau melangkah ke bangku perkuliahan gak perlu jadi ciut ya setelah baca info di atas. Indah kok prosesnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H