Mohon tunggu...
VIRISSA NUR ZAHRAH
VIRISSA NUR ZAHRAH Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa S1 Universitas Jember

Halo nama saya Virissa, mahasiswa di Universitas Jember yang menempuh S1 program studi teknik konstruksi perkapalan. Saya suka menulis artikel kreatif dan menyusun strategi konten untuk media digital. Saya memiliki pengalaman memimpin tim dalam mengerjakan suatu progres atau program kerja suatu organisasi. Dan saya suka mencoba hal baru. Terima kasih sudah mampir di beranda sayaa:)

Selanjutnya

Tutup

Horor

Pohon Angker di Belakang Sekolah

23 Januari 2025   19:15 Diperbarui: 23 Januari 2025   14:38 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pohon Angker di Belakang Sekolah (Sumber: Dibuat oleh Virissa Nur Zahrah menggunakan Chat GPT)

Di sebuah desa kecil, berdiri sebuah sekolah dasar yang sudah berusia puluhan tahun. Di belakang sekolah itu, ada sebuah pohon besar yang menjulang tinggi, dengan dahan-dahan yang bengkok seolah-olah mencakar langit. Penduduk sekitar menyebutnya “Pohon Angker.” Tak ada yang tahu pasti sudah berapa lama pohon itu ada di sana, tapi cerita-cerita menyeramkan tentangnya terus bergulir dari generasi ke generasi.

Malam itu, tiga murid kelas enam—Rian, Fira, dan Dimas—memutuskan untuk membuktikan kebenaran cerita-cerita menyeramkan tentang pohon itu. Mereka mendengar dari penjaga sekolah bahwa pada malam bulan purnama, sering terdengar suara-suara aneh dari arah pohon itu. Tidak hanya itu, beberapa siswa mengaku melihat bayangan yang melayang di sekitar pohon saat mereka pulang sore.

“Ah, cuma cerita untuk nakut-nakutin anak kecil,” kata Rian dengan nada menantang.

“Kalau begitu, ayo kita lihat sendiri malam ini,” sambung Fira yang tampak lebih berani daripada yang lain.

Dimas ragu-ragu, tetapi dia tidak mau terlihat penakut. Dengan membawa senter dan keberanian setengah hati, mereka menyelinap ke belakang sekolah setelah semua guru dan penjaga pergi.

Ketika mereka tiba di sana, suasana terasa aneh. Udara yang tadinya hangat tiba-tiba menjadi dingin, dan suara jangkrik mendadak hilang. Pohon itu berdiri tegak di bawah sinar bulan purnama, bayangannya seperti raksasa yang mengintai mereka.

“Ayo, kita dekati,” bisik Rian, mencoba menyembunyikan rasa takutnya. Mereka berjalan perlahan, dan setiap langkah terasa semakin berat.

Ketika mereka sampai di bawah pohon, Fira menyorotkan senter ke batangnya. Ada ukiran-ukiran aneh di sana, seperti simbol-simbol kuno yang tidak mereka mengerti. Tiba-tiba, angin bertiup kencang, meskipun tidak ada tanda-tanda badai. Daun-daun pohon berguguran, dan suara berderak terdengar dari atas.

“Dengar itu? Apa itu suara ranting?” tanya Dimas dengan suara gemetar.

Namun, suara itu bukan dari ranting. Itu terdengar seperti bisikan. Bisikan pelan, tapi jelas, memanggil nama mereka satu per satu.

“Rian... Fira... Dimas...”

Mereka semua terdiam, tubuh mereka membeku. “Siapa yang bicara?!” Rian berteriak, tetapi tidak ada jawaban. Hanya bisikan itu yang semakin lama semakin keras, seperti seseorang yang mendekat.

Tiba-tiba, tanah di bawah kaki mereka terasa bergetar. Dari akar pohon, muncul sesuatu yang menyerupai tangan—tangan pucat dan kurus, dengan kuku panjang dan tajam. Tangan itu merangkak keluar, diikuti oleh sosok hitam yang menyerupai bayangan, tetapi dengan mata merah menyala.

“LARI!” Fira berteriak, menarik tangan Dimas dan Rian. Mereka berlari sekuat tenaga, meninggalkan pohon itu di belakang. Saat mereka hampir sampai di gerbang sekolah, mereka mendengar tawa menyeramkan yang menggema di udara, seperti mengejek mereka.

Sejak malam itu, Rian, Fira, dan Dimas tidak pernah lagi mendekati pohon tersebut. Mereka mencoba menceritakan kejadian itu kepada guru dan teman-teman mereka, tetapi tidak ada yang percaya. Namun, mereka tahu apa yang mereka alami nyata. Pohon itu bukan sekadar pohon biasa; ia adalah penjaga kegelapan yang menyimpan rahasia kelam.

Hingga kini, pohon itu masih berdiri di belakang sekolah, menjadi saksi bisu dari cerita-cerita menyeramkan yang terus menghantui mereka. Siapa pun yang berani mendekat, akan mendengar bisikan yang memanggil nama mereka... dan mungkin tidak akan pernah kembali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun