“Rian... Fira... Dimas...”
Mereka semua terdiam, tubuh mereka membeku. “Siapa yang bicara?!” Rian berteriak, tetapi tidak ada jawaban. Hanya bisikan itu yang semakin lama semakin keras, seperti seseorang yang mendekat.
Tiba-tiba, tanah di bawah kaki mereka terasa bergetar. Dari akar pohon, muncul sesuatu yang menyerupai tangan—tangan pucat dan kurus, dengan kuku panjang dan tajam. Tangan itu merangkak keluar, diikuti oleh sosok hitam yang menyerupai bayangan, tetapi dengan mata merah menyala.
“LARI!” Fira berteriak, menarik tangan Dimas dan Rian. Mereka berlari sekuat tenaga, meninggalkan pohon itu di belakang. Saat mereka hampir sampai di gerbang sekolah, mereka mendengar tawa menyeramkan yang menggema di udara, seperti mengejek mereka.
Sejak malam itu, Rian, Fira, dan Dimas tidak pernah lagi mendekati pohon tersebut. Mereka mencoba menceritakan kejadian itu kepada guru dan teman-teman mereka, tetapi tidak ada yang percaya. Namun, mereka tahu apa yang mereka alami nyata. Pohon itu bukan sekadar pohon biasa; ia adalah penjaga kegelapan yang menyimpan rahasia kelam.
Hingga kini, pohon itu masih berdiri di belakang sekolah, menjadi saksi bisu dari cerita-cerita menyeramkan yang terus menghantui mereka. Siapa pun yang berani mendekat, akan mendengar bisikan yang memanggil nama mereka... dan mungkin tidak akan pernah kembali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H