"Esa, ternyata kamu memang benar-benar pintar. Kamu benar-benar mempelajari semua yang kamu baca. Semua penyataan yang kamu lontarkan itu jawabannya adalah benar. Paman juga tidak sadar sejak kapan paman bisa berubah seperti ini hingga akhirnya paman sadar jika paman memang sudah berubah" ucap paman dengan tenang namun itu justru semakin membuatku ketakutan.
"Dengar Esa, jika keluarga besar tahu tentang ini, kamu adalah satu-satunya orang yang akan paman salahkan. Paman tidak akan menganggap kamu anak kecil lagi, karena dengan kamu sudah menebak paman sudah berubah. Jadi, kamu harus menerima konsekuensinya jika semua ini terbongkar. PAHAM?!" teriak paman membuat air mataku keluar sangat deras.
Setelah paman mengucapkan itu, ia langsung pergi meninggalkanku yang masih menangis dan ketakutan.
***
Setelah mendapat ancaman dari paman, aku memutuskan untuk tidak lagi pergi ke acara keluarga atau mengunjungi keluargaku yang lain. Aku melihat paman yang saat itu benar-benar marah membuatku menjadi sangat takut untuk bertemu dengan keluarga besarku walaupun disana tidak ada pamanku.
Tidak ada yang tau soal ini, bahkan ayah dan ibuku. Kusimpan rahasia ini sendiri dengan rasa takut yang sangat besar. Jika ada anggota keluargaku yang mengetahuinya sendiri, pasti aku akan tetap yang disalahkan. Sekarang sosok Paman Al yang baik sudah benar-benar berubah. Itu membuatku takut.
-Tamat-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H