Mohon tunggu...
Virgacya
Virgacya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi membaca, menulis, menonton film, mendengarkan musik. Apapun yang baik-baik pokoknya.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Serentak! Pilkades di Berbagai Desa di Kabupaten Tegal: Sebelum Mencoblos Ingat Asas Pemilu (Luber Jurdil)!

11 Oktober 2023   07:20 Diperbarui: 11 Oktober 2023   20:24 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

3. Bebas
Rakyat berhak memilih sesuai hati nurani tanpa adanya paksaan, tekanan, atau pengaruh dari pihak manapun.

4. Rahasia
Suara pemilih bersifat rahasia dan hanya diketahui oleh si pemilih itu sendiri. Pilihan rakyat tidak akan diberitahu oleh pihak manapun.

5. Jujur
Setiap elemen dalam penyelenggaraan pemilu harus bersikap jujur sesuai Undang-Undang yang berlaku. Mulai dari penyelenggara, pemerintah dan partai politik peserta pemilu, pengawas dan pemantau pemilu, termasuk pemilih, serta semua pihak yang terlibat secara tidak langsung, harus bersikap dan bertindak jujur.

6. Adil
Setiap pemilih dan partai politik harus mendapatkan perlakuan yang sama serta bebas dari kecurangan.

Ingat dengan ini? Luber Jurdil pernah dibahas di materi PPKn saat SMP. Bagi kalian yang kini sudah berumur 18 tahun keatas haruslah benar mengerti dan memahami maksud dari asas tersebut.

Terutama pada kata Bebas. Kita sebagai warga negara yang sah dan terjamin hak nya sering kali membuat diri kita kerepotan sendiri karena pilihan yang dipaksakan oleh orang lain. Baik itu teman, keluarga atau sebetulnya kita ingin memilih calon sesuai keinginan kita tapi kita takut. Ada saja ketakutan bagi mereka yang terpaksa menurut oleh orang lain. Dan alasannya bisa macam-macam. Mengapa orang lain seenak hati mengatur pilihan kita? Yang menyoblos kan kita kenapa orang lain yang menentukan?

Lalu Rahasia. Saya selaku calon pemilih merasa eneg dan lelah untuk mengomentari keadaan politik terutama kala waktu pemilihan umum. Ada saja fans fanatik yang tanpa ragu atau tidak merahasiakan pilihannya dengan cara memaksa-maksa orang lain mengikuti keinginannya. Saya merasa ini sungguh tak adil. Setiap Individu berhak dan bertanggung jawab atas pilihannya sendiri, namun pihak tak bertanggung jawab itu memaksa atau mengancam tiap individu untuk mengakui pilihannya. Lalau sampai terbongkar pilihan si Individu berlainan dengan si pemaksa, maka si pemaksa itu akan mengancam individu tersebut supaya mengubah pilihannya. Aduh:(

Kalau pesta rakyat bisa lancar dengan menerapkan baik-baik asas pemilu kenapa pula mereka membangkang dan seenaknya sendiri? Rasa ketakutan akan pilihan diri sendiri akhirnya membesar, ketimbang berujung masalah... si individu akan pasrah atau menurut saja pada mereka yang fanatik dan memaksakan kehendak orang lain.

Selanjutnya ada Jujur. Ini point penting yang sering kali dibahas dan dibicarakan tetapi tidak ada sedikit pun perubahan. Contohnya saja, saya tidak tahu apakah di daerah saya sama dengan di daerah kalian. Saya ingin tahu apakah calon kades yang akan menjabat di wilayah kalian sama seperti beberapa wilayah yang saya amati? Apakah setiap calon kepala desa melakukan deklarasi di mana mereka akan menyampaikan pidato yang berisi visi & misi serta rentetan perubahan yang akan hendak ia capai ketika dia berhasil menjabat?

Saya tak merasakan itu di sini. Apakah ini adalah kebiasaan buruk desa kami ataukah semuanya juga mengalaminya di berbagai desa di kecamatan? Keanehan itu pula yang membuat saya mengungkapkan unek-unek terdalam. Mengapa mereka tidak memperkenalkan diri mereka dengan menjelaskan visi&misi mereka? Mengapa kita tak pernah tahu secara spesifik tentang siapa calon kades yang hendak kita pilih? Apakah masyarakat yang kurang peka terhadap calonnya atau malah sebaliknya?

Kritik barusan mungkin didasari karena saya baru saja membaca sebuah buku yang menyinggung Indonesia dengan sangat keras. Dan itu bukan sebuah hianaan akan tetapi kenyataan. Mengaca diri setelah membaca kutipan yang mengatakan bila, ".... di Indonesia semuanya bisa dijual sehingga siapa saja yang punya uang bisa mendapatkan apapun yang mereka inginkan." Bahkan suara kita!? Ini gila!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun