"Aku tahu Pak, tapi justru karena itu, aku mau membuktikan semua kebenarannya" ucap Ente.
"Jangan kau pergi kesana dengan alasan apapun!" larang Pak Bari yang tentu khawatir jika hal buruk terjadi kepada Ente.
"Bapak tenang, tak kan terjadi apa-apa kepadaku. Doakan saja keselamatanku dan semua kebenaran bisa terungkap" ucap Ente sambil tangannya menepuk pundak Pak Bari.
Mendengar itu, giliran Pak Bari yang tak kuasa membendung air mata yang menetes. Beliau dengan rasa khawatir, terpaksa mengijinkan Ente pergi ke hutan belakang.
"Hanya dirimu yang ku punya tapi jika keinginanmu seperti itu, aku doakan kau. Ini simpan untukmu" ucap Pak Bari dengan raut wajah sedih sembari memberikan sesuatu yang beliau ambil dari kantong celananya.
"Apa ini Pak?" tanya Ente setelah menerima sesuatu yang terbungkus kain putih.
"Itu pemberian ayahmu dulu kepadaku sesaat sebelum meninggal. Kau simpan, siapa tahu itu bisa menjagamu di sana" terang Pak Bari..
"Baiklah Pak" ucap Ente seraya berjalan pergi meninggalkan Pak Bari yang masih berdiri menatap ke arah Ente.
Pak Bari terus menatap Ente dengan tatapan nanar penuh kesedihan. Hatinya penuh sesak rasa khawatir bercampur sedih karena Ente merupakan satu-satunya yang beliau miliki. Istri beliau telah meninggal, begitu juga anaknya yang hilang di hutan belakang itu.
"Semoga Tuhan selalu menjagamu" lirihnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H