mitos misteri, terutama di belakang desa.Â
Suasana pagi yang tak berbeda, menyapa Ente, seorang pemuda berbadan tegap dan cerdas. Dia merupakan seorang pengambil kayu yang tinggal sebatang kara di desa bernama Sriwoni. Sebuah desa kecil nan indah dengan dikelilingi hutan lebat penuhKonon katanya, pemuda desa Sriwoni akan hilang saat berusia Tujuh Belas Tahun di hutan belakang desa. Mereka menghilang lenyap ketika sedang mencari kayu di hutan belakang desa. Mitos Misteri itu membuat pemuda desa Sriwoni takut memasuki hutan belakang, terkecuali Ente yang justru penasaran untuk membuktikan kebenaran.
Rasa penasaran yang menggebu-gebu di hati Ente, membuatnya bertekad harus bisa membuktikan kebenaran mitos misteri itu hari ini, dimana dia genap berusia Tujuh Belas Tahun. Selepas bangun, bergegaslah Ente ke belakang rumah mengambil kapak untuk pergi mencari kayu di hutan belakang.
Namun baru saja Ente berada di depan rumah, dia dikejutkan suara yang memanggilnya.
"Te, mau kemana?".
Ente pun menoleh ke belakang tempat sumber suara itu.
"Pak Bari" panggil Ente saat tahu yang bersuara itu adalah Pak Bari, orang yang selama ini mengasuhnya.
"Mau cari kayu Pak" imbuhnya.
Pak Bari meringis sembari menyodorkan bungkusan yang beliau bawa di tangannya.
"Ini bekal sarapanmu" ucap Pak Bari.
Ente menerima bingkisan yang isinya makanan itu. Tak lupa dia mengucapkan terima kasih kepada Pak Bari.Â
"Terima Kasih" sambil pergi meninggalkan Pak Bari yang masih berdiri melihat ke arah Ente.
Akan tetapi, Pak Bari yang tahu arah berjalan Ente yang tak seperti biasa, merasa curiga dan heran.
"Tunggu!" Teriak Pak Bari menghentikan langkah Ente yang berjalan ke arah menuju belakang desa.
Ente yang mendengarnya, berhenti seraya membalikkan badan. Dia melihat Pak Bari sedang berlari menuju dirinya.
"Kenapa Pak?" tanya Ente saat Pak Bari sudah di hadapannya.
"Itu bukan arah jalan biasa kau mencari kayu, mau kemana kau?" jawab Pak Bari dengan wajah datar penuh curiga.
Ente yang melihat wajah datar Pak Bari, hatinya tak kuasa untuk berbohong. Dia pun dengan jujur berkata "Aku mau mencari kayu di hutan belakang desa Pak".
Mendengar ucapan Ente itu, wajah datar Pak Bari berubah marah dengan urat menyembul keluar.
"Kau tahu kan!, jika hutan belakang itu terlarang dan berbahaya bagi pemuda yang sudah berusia Tujuh Belas Tahun" Sahut Pak Bari.
"Aku tahu Pak, tapi justru karena itu, aku mau membuktikan semua kebenarannya" ucap Ente.
"Jangan kau pergi kesana dengan alasan apapun!" larang Pak Bari yang tentu khawatir jika hal buruk terjadi kepada Ente.
"Bapak tenang, tak kan terjadi apa-apa kepadaku. Doakan saja keselamatanku dan semua kebenaran bisa terungkap" ucap Ente sambil tangannya menepuk pundak Pak Bari.
Mendengar itu, giliran Pak Bari yang tak kuasa membendung air mata yang menetes. Beliau dengan rasa khawatir, terpaksa mengijinkan Ente pergi ke hutan belakang.
"Hanya dirimu yang ku punya tapi jika keinginanmu seperti itu, aku doakan kau. Ini simpan untukmu" ucap Pak Bari dengan raut wajah sedih sembari memberikan sesuatu yang beliau ambil dari kantong celananya.
"Apa ini Pak?" tanya Ente setelah menerima sesuatu yang terbungkus kain putih.
"Itu pemberian ayahmu dulu kepadaku sesaat sebelum meninggal. Kau simpan, siapa tahu itu bisa menjagamu di sana" terang Pak Bari..
"Baiklah Pak" ucap Ente seraya berjalan pergi meninggalkan Pak Bari yang masih berdiri menatap ke arah Ente.
Pak Bari terus menatap Ente dengan tatapan nanar penuh kesedihan. Hatinya penuh sesak rasa khawatir bercampur sedih karena Ente merupakan satu-satunya yang beliau miliki. Istri beliau telah meninggal, begitu juga anaknya yang hilang di hutan belakang itu.
"Semoga Tuhan selalu menjagamu" lirihnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI