"Oh, iya pak"
Aku pun duduk di kursi plastik di ruang tamunya.Â
"Anak ini siapa?" tanya bapak tua itu.
"Namaku Vian pak. Aku bekerja di kantor situ pak" jawabku sembari tangan menunjuk kantorku.
Bapak itu tersenyum tipis sambil berkata.
"Hal apa yang membuatmu datang ke rumahku nak? Bukan kah kamu biasa jalan kaki melewati rumahku".
Rupanya bapak tua itu juga sering melihatku berjalan kaki melewati rumahnya saat pulang kerja.
"Aku kesini penasaran pak, tentang diri bapak dan kebiasaan bapak yang selalu bersedekah di hari jumat setiap minggu" terangku.
Lagi!, beliau tersenyum ke arahku seraya berkata dengan lembut dan santun.
"Namaku Abdurrahman nak, aku hanya petani biasa. Menurutmu bersedekah itu aneh hingga kamu mempertanyakannya dengan penasaran".
Nama yang mengingatkan aku akan sosok sahabat nabi Muhammad SAW yang tak bisa miskin meski selalu bersedekah dengan seluruh hartanya, Â ya Abdurrahman Bin Auf. Bahkan kekayaannya selalu bertambah dengan sedekah.