Mohon tunggu...
Moch Tivian Ifni
Moch Tivian Ifni Mohon Tunggu... Wiraswasta - Writers and socio entrepreneur

Tingkatkan literasi untuk anak indonesia lebih cerdas karena indonesia minim literasi

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Part 2 Pilkada Bikin Pusing, Coblos yang Mana?

6 April 2024   18:04 Diperbarui: 6 April 2024   18:10 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Min, sini! sapa Paidi saat melihat Paimin sedang melintas dengan mengayuh becaknya sambil tangan kanan melambai.

Paimin menoleh, melihat ke arah Paidi yang memanggilnya, sedang duduk di kursi warkop Wak Jo milik Paijo. Lantas, dia berhenti, memarkirkan becaknya untuk menghampiri Paidi.

"Napa Di? Lagi gak ada waktu buat ngopi nih" sahut Paimin yang sudah berdiri di samping Paidi.

Paidi tersenyum dengan tangan menutupi mulut. Peringai Paimin yang belagu, sombong membuat Paidi tak habis pikir. Seorang tukang becak tak ada waktu untuk sekedar menikmati hidup dengan secangkir kopi, bak pejabat politik yang sibuk cari suara di pilkada.

"Gayamu Min, kemlintih!. Sok-sok'an sibuk kayak pejabat politik" sahut Paidi sambil tertawa "Hahaha".

Begitu juga Paijo yang mendengarnya, ikut tertawa sambil berceloteh menyindir.

"Hahaha Gue suka gaya loe Min, lanjutkan".

Paimin yang risih melihat kedua sahabatnya, Paidi dan Paijo ngeledek nyindir, dia pun berucap sinis.

"Memangnya tukang becak gak boleh sibuk!?, gini-gini aku ketua ABOH".

"Wooowww" sahut Paidi sambil bertepuk tangan. Disusul Paijo yang juga ikut tepuk tangan. Seusai tepuk tangan, Paijo yang tak paham pun bertanya.

"ABOH!?, bukannya itu sakit bengkak Min".

"Ngawur kamu Jo. ABOH itu Asosiasi Becak Ontel Harian" jawab Paimin.

Sementara itu, Paidi hanya ketawa mendengar obrolan Paijo yang mengira Aboh itu bengkak. Meski tertawa, Paidi juga tak tahu hubungan antara ABOH dengan kesibukan Paimin. Lantas, dia pun bertanya.

"Terus kesibukanmu sekarang, mau ngapain Min?".

"Ini loh Di, Aku dan ABOH ini sekarang di undang Pak Bupati" jawab Paimin dengan membusungkan dada.

"Bupati!!??" teriak serentak kaget Paidi dan Paijo. Kemudian, Paidi menyahuti dengan bertanya.

"Bupati yang nyalon lagi itu ya?, Kok sampai ngundang kamu, untuk apa?".

Paijo yang kaget, menimpali perkatan Paidi dengan tertawa sambil berkata sanjung.

"Lah ya, kok bisa sampai ngundang Paimin yang setia bersama kemiskinan. Hebat kamu Min Hahaha".

"Gak tahu aku Di, Jo. Tapi yang jelas sekarang para tukang becak ABOH di undang ke aula gedung pendopo" jawab Paimin.

Mendengar itu, Paidi yang cerdas akan politik, berspekulasi dengan berkata.

"Jelas ini konsilidasi politik! biasanya petahana kan seperti itu, mulai ngumpulin simpul-simpul suara untuk memperkuat basis suara pendukung yang dulu memilihnya".

"Mana mungkin Di, kan masa kampanye aja belum" sahut Paijo.

"Betul Jo!. Modelnya dibuat terselubung dan itu lumrah meski melanggar. Bingkainya kegiatan sosial tapi ujung-ujungnya tetap menarik simpati pemilih" ucap Paidi dengan wajah tersenyum tipis.

"Lohloh gak bahaya tah?" canda Paijo sembari mengaduk kopi untuk pelanggan.

"Ayahab Pilakes pooll" sahut Paidi.

Sedangkan Paimin hanya melongo, menatap sambil mendengarkan penjelasan Paidi yang menurutnya cerdas berprediksi. Disebabkan kemarin dia bersama anggota ABOH juga di undang salah satu calon bupati lain ke rumahnya.

"Benar juga katamu Di. Aku dan anggota ABOH kemarin juga di undang ke rumah calon Bupati Lain" ucap Paimin.

Namun sebelum Paimin habis menjelaskan tentang undangan oleh calon bupati lain kemarin, Paidi menyela dengan berkata.

"Di tawari kontrak untuk siap mendukung dan memilihkan?, dapat sembako plus amplop ya min?".

"Kok tahu kamu Di!? Pantas jadi peramal dan master politik" sahut Paimin.

"Peramal gundulmu!, aku juga dapat kok hahaha" ucap Paidi sambil tertawa lepas.

"Kalian berdua dapat sembako plus amplop!?, lah aku kok gak dapat" tiba-tiba Paijo menyahut setelah memberikan secangkir kopi ke pelanggan.

Kini giliran Paimin yang terkekeh setelah mendengar ucapan Paijo itu, sambil berkata nyindir.
"Kamu seh Jo, cuman mikirin kopi yang jelas sudah pahit. Sesekali ikut organisasi sosial biar gak jadi manusia antisosial hahaha".

"Percaya deh, sang ketua ABOH. Tapi aku gak sampai cemberut saat harga beras naik hahaha" Paijo membalas sindiran Paimin dengan tertawa. 

Image memorandum
Image memorandum

Selepas itu, Paijo pergi membeli gula untuk warung kopi, menitipkan warungnya kepada Paidi dan Paimin. Sedangkan Paimin yang daritadi berdiri, menemani Paidi dengan duduk di sebelahnya.

"Kalau benar nanti saat di Aula Pendopo, disuruh mendukung dan memilih, aku bingung Di" ucap Paimin dengan menatap wajah Paidi.

"Bingung napa Min? " tanya Paidi.

"Bingung sapa yang bakalan tak coblos nanti" jawab Paimin.

"Ya istrimu yang di coblos, jangan istri orang hahaha" celoteh Paidi sambil terkekeh.

Wajah Paimin cemberut, nampak ekpresi kekesalan hatinya tergambar jelas atas candaan Paidi. Kekesalan yang wajar sebab keseriusannya dibalas dengan candaan oleh Paidi.

"Bercanda Min, Piss" ucap Paidi sambil menunjukkan simbol piss dengan jarinya setelah melihat wajah kesal Paimin.

Kemudian, dia melanjutkan dengan berkata.
"Rasional aja Min, sesuai hati karena hati tak pernah bohong. Kalau sembako dan uangnya terima semua, kan Pilkada ini aji mumpung. Tapi harus yang bisa manfaati untuk orang banyak".

"Iya juga ya Di. Aji mumpung hehehe" sahut Paimin dengan tersenyum meringis.

"Jam berapa ini? Kamu gak berangkat Min?" tanya Paidi.

Paimin yang asyik ngobrol dalam dialektika politik sederhana, lupa jika waktu sudah sangat siang. Dia pun kaget sambil berkata.

"Astaga Di, aku pamit pergi ke Aula Pendopo dulu".

Paimin bediri, berjalan kaki menuju becaknya untuk segera sampai ke Aula Pendopoo. 

"Hati-hati di jalan Di!. Pilkada memang bikin pusing tapi nyoblosnya tetap yang di rumah Di" teriak Paidi saat Paimin berjalan kaki.

Paimin tak menjawab, dia hanya menoleh ke arah Paidi dengan menunjukkan simbol "ok" dari jari tangannya. Sedangkan Paidi tersenyum kepada Paimin yang sudah memalingkan tubuh untuk berjalan ke becaknya.

Pilkada tak seharusnya membuat bingung dalam memilih hanya karena kontrak politik atau money politik. Tapi justru membuat pemilih lebih cerdas dan bijak dalam memilih. Inget!, satu suara itu untuk lima tahun yang akan datang, jadi pilih yang benar-benar sesuai hati dan visimu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun