Sontak, Iyan yang menghadap ke depan, membalik badan, menoleh melihat gadis jilbab tadi di tenda berserta temannya yang sedang memesan makanan di kedai yang sama dengan Iyan.
Langsung saja, Iyan kembali membalik badan, menghadap depan. Perasaannya tak karuan, bercampur aduk antara malu, bahagia, dan bingung.
Semua rasa itu membuat getar hebat, tidak hanya denyut jantung tapi tubuhnya.
"Tolong".
Kata yang terbesit dibenaknya, bukan meminta bantuan akan kesulitan tapi berharap rasa ini bisa tahu sedikit tentang pemiliknya.
Sekarang giliran Iyan untuk memesan, dia berdiri, memesan sesuai dengan pilihanya dan Sony.
Seusai memesan, Iyan berjalan kembali ke arah dimana Sony duduk untuk menunggu makanan dan minuman.
Iyan berjalan dengan mencuri pandang, melihat paras cantik wanita berjilbab sales sepeda motor yang sedang giliran memesan.
"Brakk!".
Sebuah suara tabrakan tubuh dengan meja. Benar saja, tingkahnya yang sering memandang ke arah gadis berjilbab itu, membuat Iyan berjalan tak beraturan hingga menabrak sebuah meja.
Malu wajahnya, kala suara itu membuat semua pandangan pengunjung kedai menatap dirinya sambil menahan tawa. Begitu juga Sony yang duduk menunggunya, beserta gadis berjilbab sales yang berdiri memesan makanan.