3.Untuk menganalisis hubungan sebab-akibat antara permasalahan sosial yang terjadi dan perubahan sosial yang muncul sebagai konsekuensinya. Ini membantu kita mengidentifikasi faktor-faktor yang mempercepat atau menghambat perubahan tersebut.
4.Untuk mengetahui dan menganalisis dampak atau konsekuensi dari permasalahan sosial terhadap perubahan sosial yang muncul dalam masyarakat, baik dalam jangka pendek maupun panjang. Dampak ini bisa berupa perubahan nilai, norma, atau bahkan struktur sosial.
5.Untuk mengidentifikasi dan menganalisis bentuk-bentuk permasalahan sosial yang dapat melahirkan perubahan sosial, termasuk faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya perubahan tersebut. Ini penting agar kita dapat memahami akar penyebab perubahan sosial yang terjadi.
6.Untuk melakukan verifikasi atau klarifikasi terhadap berbagai teori sosial yang ada, serta membangun atau menemukan metode, strategi, dan model pemecahan masalah sosial melalui kegiatan penelitian sosial dalam perspektif perubahan sosial yang terus berkembang.
7.Untuk mengukur sejauh mana permasalahan sosial dapat diselesaikan atau tidak terpecahkan melalui perubahan sosial baru, seperti invensi dan inovasi yang dapat merespons tantangan atau kebutuhan baru dalam masyarakat.
8.Untuk mengetahui dan menyikapi perubahan sosial yang terjadi akibat transformasi sistem sosial, perubahan struktur sosial, perubahan fungsi sosial, dan perubahan kultur sosial yang berhubungan dengan masalah sosial yang terjadi dalam masyarakat, serta dampaknya terhadap kehidupan sosial dan budaya.
Secara umum, perubahan sosial mengacu pada perubahan yang terjadi dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, mencakup cara hidup, perilaku, nilai-nilai dan norma-norma sosial, hubungan sosial, hingga perkembangan teknologi yang memengaruhi cara kita berinteraksi satu sama lain. Meskipun para ahli memiliki pandangan yang berbeda mengenai perubahan sosial, inti dari semua definisi tersebut adalah adanya perubahan dalam aspek-aspek kehidupan sosial yang mencakup dimensi kultural, struktural, dan fungsional dalam masyarakat.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa objek kajian dalam ilmu sosial adalah manusia sebagai makhluk sosial, dengan berbagai macam interaksi sosial yang terjadi, baik yang tampak maupun tidak tampak. Beberapa aspek yang dipelajari dalam ilmu sosial meliputi: 1) perilaku manusia yang tidak terlihat (misalnya persepsi, sikap, kepribadian, motif, proses belajar, dan fakta); 2) perilaku manusia yang terlihat, seperti dinamika sosial, aktivitas yang dilakukan, dan data yang dikumpulkan; 3) apa yang dipikirkan oleh individu dalam konteks sosial; 4) apa yang diucapkan dan cara komunikasi yang digunakan; 5) apa yang dilakukan dalam interaksi sosial; 6) suasana atau konteks yang dirasakan oleh individu dalam situasi tertentu; dan 7) apa yang ditampilkan atau dipertunjukkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai bagian dari interaksi sosial (performance).
Dalam perspektif sosiologis Weberian, individu dipandang sebagai entitas yang memiliki sifat bebas (voluntary), bersifat unik (unique), dan memiliki kekuatan internal dalam dirinya sendiri untuk menginterpretasikan dan bertindak sesuai dengan pemahaman yang dimilikinya. Sifat ini memungkinkan individu untuk melakukan penafsiran dan tindakan yang bersifat relatif, tergantung pada konteks sosial yang ada. Sebaliknya, dalam pandangan Durkheimian, masyarakat dianggap sebagai entitas yang bersifat memaksa (imperative) dan berlaku umum, dengan kekuatan eksternal yang memengaruhi perilaku individu. Masyarakat dalam perspektif Durkheim dipandang sebagai fakta sosial yang lebih terstruktur dan memiliki pengaruh kuat terhadap individu.
Dengan demikian, perbedaan antara individu dan masyarakat terletak pada cara berpikir, berbicara, berperasaan, bertindak, dan berpenampilan. Individu dipandang sebagai aktor yang memiliki kebebasan untuk berpikir dan bertindak berdasarkan penilaiannya sendiri, sementara masyarakat sebagai entitas kolektif memiliki struktur yang lebih kuat dan mempengaruhi perilaku individu dalam cara yang lebih sistematis. Meskipun demikian, keduanya juga memiliki kesamaan dalam naluri dasar untuk berkelompok, bekerja sama, dan saling membantu dalam menghadapi tantangan sosial.
Penyebab perubahan cepat pada manusia atau masyarakat dapat dijelaskan melalui kecerdasan yang dimiliki oleh setiap individu, yang terdiri dari: