Mohon tunggu...
Syaripudin Zuhri
Syaripudin Zuhri Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar sampai akhir

Saya senang bersahabat dan suka perdamaian. Moto hidup :" Jika kau mati tak meninggalkan apa-apa, maka buat apa kau dilahirkan?"

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Muncul KAMI, Lalu Kita Siapa?

7 September 2020   14:47 Diperbarui: 7 September 2020   15:04 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti ada hujan besar dan halilintar menyambar di siang bolong terdengar begitu keras dan menyambar ke mana-mana. Dan ternyata benar, langsung bergema di Minggu.

Minggu itu juga, bulan Agustus lalu, KAMI, Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia, telah dideklarasikan pada tanggal 18 Agustus 2020, tepat 75 tahun saat Indonesia merdeka atau sehari setelah perayaan kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 2020 yang ke 75 tahun. Ada apa ini?

Langsung isu tersebut diambil oleh ILC pada acara Mingguannya, tepatnya setiap Selasa  malam Rabu ini salah satu acara yang  mendorong saya untuk menonton TV. Saya nonton TV hanya tiga acara, ILC, Mata Najwa dan Kick Andy, yang lainnya maaf saya tidak menonton, kecuali kalau ada acara pertandingan sepak bola, Liga Champion atau Piala Dunia.

Nah di acara ILC tersebut sudah didiskusikan panjang lebar oleh para pakar yang diundang oleh Karni Ilyas sebagai Presiden ILC. Menarik untuk disimak, tapi ujung-ujungnya ke Pilpres 2024.

Kenapa berdiri KAMI? Konon banyak yang mengatakan ini barisan sakit hati, karena mereka yang menjadi deklaator KAMI tersebut adalah para mantan pejabat, yang tidak jauh-jauh amat, masih di eranya Jokowi juga., apa boleh buat.

Terlepas dari alasan berdirinya KAMI, yang dulu singkatan KAMI di masa peralihan dari Orla ke Orba adalah Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia, jadi jangan salah arti, dan jangan sampai ketukar. Dalam tulisan ini yang dimaksus KAMI adalah seperti dalam alinea pertama di atas, Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia.

Kalau dari akronimnya jelas sekali alasan berdirinya KAMI ini, jadi karena Indonesa dianggap dalam keadaan bahaya menurut para deklarator tersebut, maka perlu dibentuk sebuah koalisi sebagai penyelamat Indonesia.

Namun anehnya tokoh-tokoh  partai-partai yang sudah ada dan memang sudah berdiri, kok tak ada di dalamnya, tak ada tokoh ketua, pendiri atau pembina  partai besar yang sudah ada ikut dalam KAMI, kenapa mereka tak ada? Ada apa ini?

Saya yang awam politik, jadi bertanya-tanya, katanya untuk menyelamatkan Indonesia, tapi kok tokoh-tokoh nasional yang sudah malang melintang dijagat perpolitikan Indonesia tidak ada di dalamnya seperti Amien Rais misalnya, malah Amien Ras kabar beritanya mau mendirikan partai baru, keluar dari PAN yang didirikanya? Saya tak tahu.

Kita lihat saja nanti, atau tokoh lainnya, seperti  Megawati, SBY, Wiranto, Surya Paloh dan lain sebagainya, kok tidak ikut ya? Apakah mereka tak layak ikut KAMI? Bukankah kalau ingin menyelamatkan Indonesia, ya sama-sama dong, bukan sendiri-sendri, bukan masing-masing.

Bagaimana  mau menyelamatkan Indonesia kalau bergerak sendiri, walaupun namanya koalisi, tapi aneh juga koalisi kok tokoh -tokoh nasional yang saya sebutkan di atas  tak ada ya, kok tak ikut ya? Kenapa dan ada apa ini?

Akh... tambah lagi persoalan baru dijagat perpolitikan Indonesia.  Partai sudah begitu banyaknya, sudah  muncul partai baru, Partai Gelora dan akan muncul besutan Amien Rais, partai pecahan PAN. Gelora partai pecahan PKS, Partai Kadilan Sejatera.

Katanya mau menyelamatkan Indonesia, tapi kalau ujung-ujunnya berdiri parta-partai baru, waduh... makin banyak saja partai di Indonesia. Sekarang saja sudah ada PDIP, Golkar, Demokrat, Nasdem, Hanura, PKS, PKB, PAN, PPP, Gerindra dan PBB Belum lagi ada partai local , ya ampun... banyak amat nih partai.

Sepertinya tak ada yang mau mengalah.Sepertinya semuanya ingin menjadi Presiden. Ini gara-gara Jokowi. Semua pasti berpendapat, Jokowi yang bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa di awalnya, eh bisa menjadi Presiden. Jokowi yang bukan pendiri, bukan ketua, dan bukan pembina partai saja bisa jadi presiden, kenapa saya tak bisa? Mungkin begitu pikir orang-orang partai.

Bila kalah di partainya, bikin partai baru. Ingat partai Golkar, pecahannya ada Gerindra, Hanura, dan Nasdem. Bila kalah dalam Pilpres atau Pilkada, Pileg dan sebagainya, bikin partai  baru lagi. Tidak masuk dalam parlemen, bikin partai lagi. Atau partai lamanya tak menang, hanya ganti nama.

Dari PBB, Partai Bintang Bulan, menjadi Partia Bulan Bintang, atau dulu ada PPP, Partai Persatuan Pembangunan, eh muncul PPP reformasi, yang entah dimana kabarnya sekarang?

PKS yang sudah lumayan kuat, eh ujung-ujungnya pecah juga, padahal PKS terkenal dengan partai dakwah, muncul Partai Gelora, yang ketuanya justru bekas Presidenya PKS dan wakilnya Fahri Hamzah, yang sangat fokal sebagai wakil  PKS di Parlemen, dan paling sering muncul di ILC atas nama PKS, eh pecah juga.

Nah apakah KAMI akan menjadi partai baru lagi? Ya kita lihat saja nanti, apakah akan muncul di Pilpres atau Pileg. Kalau semata ingin menyelamatkan Indonesia karena meilhat kondisi Indonesia yang carut marut ini, ya kita oke-oke saja, tapi dengan adanya singkatan atau akronim KAMI, ini menjadi  kontra produktif menurut saya, kalau ada KAMI untuk menyelamatkan Indonesia.

Loh kita ini siapa? Atau kita ini berada di mana? Lebih ekstrim lagi akan kemana mereka? Waduh, bikin pusing aja. KAMI, mereka dan kita mau kemana?

Bukahkah KAMI dan mereka adalah Kita, satu, anak bangsa Indonesia? Kalau memang ingin menyelamatkan Indonesia, harusnya bukan KAMI, tapi Kita bersama, semua anak bangsa. Apakah di luar KAMI tidak ikut menyelamatkan Indonesia?

Akh banyak yang akan marah nanti. Makanya KAMI seperti sudah membentengi diri, KAMI bukan mereka atau KAMI bukan bagian dari kita, ah masa? Saya rasa tak demikian tujuan dideklarsikannya KAMI, tak mungkn KAMI bertujuan memecah belah bangsa Indonesia.

KAMI yang dideklarasikan pada tanggal yang juga penting dalam sejarah Indonesia, karena di tanggal 18 Agustus 1945, 75 tahun yang lalu PPKI ( Panita Persiapan KemerdekaaIndosia) berhasil memutuskan hal yang sangat penting untuk negara kesatuan republik Indonesia yaitu mengesahkan UUD 1945, mengangkat Ir Sukarno dan Drs Muhammad Hatta menjadi Presiden dan Wakil Presiden RI, dan membentuk KNPI, Komite Nasional Indonesia Pusat.

Dengan diambilnya momentum tanggal 18 Agustus oleh KAMI, berarti KAMI memang tak main-main, dan para deklaratornya bukan tokoh sembarangan juga, mereka adalah  tokoh-tokoh nasional yang pernah menjabat semasa aktif di pemerintahan,  dan juga malang melintang dalam perpolitikan.

Lalu kalau ada pertanyaan nakal " Kemarin ketika menjabat, kemana aja ente? " Makanya ada yang bilang ini barisan sakit hati. Biarkan para ahli menilainya. Kalau tulisan ini hanya sekedar dari orang yang awam politik, bukan tokoh, bukan siapa-siapa.

Namun ikut tergugah juga, ini tangan gatel juga melihat munculnya KAMI. Semula akh biarkan saja, toh nanti ujung-ujungnya berdiri partai baru, KAMI, partai KAMI, tapi sudah dibantah oleh salah seorang deklalatornya, "KAMI tak akan menjadi partai!" begitu yang terbaca diberita.

Kalau Kami menjadi partai baru, mungkin, ini kemungkinan loh, akan kalah di awal. Karena apa? Selain baru, pasti kurang pengalaman dibandingkan dengan partai-partai yang sudah lama berdiri, dan membuat partai baru tidak semudah membalik telapak tangan.

Lagi pula jumlah partai di Indonesia sudah begitu banyak, tentu akan lebih sulit bagi pertai baru untuk bergerak ke seluruh Indonesia, bukankah lebih baik gabung dengan partai yang sudah ada? Tapi repotnya bila gabung dengan partai yang sudah ada, paling-paling jadi anggota, susah jadi pengurus inti.

Kembali ke KAMI. Ya siapa yang mau ikut KAMI? Mereka, jelas tak mau ikut, kita apa lagi, yang jangkaunya lebih luas, tentu tak akan mau ikut. Mengapa? Ya karena Kita sudah bukan bagian dari KAMi, bukankah Kita mencangkup kami dan mereka. Kita adalah satu, sedangkan kami bagian dari kita. Nah pusing bukan?

Coba lihat ini, ada KAMI, Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia, ada KAMI, Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia, ada kami, bagian dari kita. KAMI, KAMI dan kami.

Sekali lagi, jangan ketukar penggunaannya. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, KAMI dalam tulisan ini adalah Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia, karena memang ada KAMI, Kau Aku Mereka Indonesia juga. Bukankah Kau, Aku dan Mereka kita juga, Indonesia? Mengapa perlu ada KAMI lagi, lalu Kita ini siapa? Au akh, gelap!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun