Mohon tunggu...
Syaripudin Zuhri
Syaripudin Zuhri Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar sampai akhir

Saya senang bersahabat dan suka perdamaian. Moto hidup :" Jika kau mati tak meninggalkan apa-apa, maka buat apa kau dilahirkan?"

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mohon Jangan Jadikan 5 Tokoh Ini Menterinya Jokowi Jilid II

9 Agustus 2019   21:25 Diperbarui: 9 Agustus 2019   21:41 21403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mata Najwa sebuah acara yang begitu menarik dan mencerdaskan dengan Najwa Shihab sebagai tuan rumah. Sumber: getscoop.com

Gonjang ganjing Paska Pilpres 7 April 2019  yang lalu sampai kini belum selesai. Pemenang Pilpres diantara dua pasangan sudah sama-sama kita ketahui, hasil keputusan Mahkamah Konstitusi /MK dan dikuatkan oleh keputusan Komisi Pemilihan Umum/KPU telah menetapkan pasangan Jokowi dan Ma'ruf Amin sebagai pemenang Pilpres 2019, walau pelantikannya nunggu nanti di bulan  20 Oktober 2019, rasanya rakyat sudah tak sabar menunggu untuk pelantikan tersebut, dan memang terasa lama, jika dibandingkan dengan pelantikan dan pengumuman Pilpres di Malaysia atau di Rusia, di kita terasa begitu lambat dan menguras energy.

Dan sekarang rakyat masih tetap harus menunggu lobi-lobi politik para pelitikus, baik yang berada di kubu Jokowi maapun yang berada di kubu Prabowo, bahkan muncul kubu baru Nasdem dan konco-konconya, yang boleh dikatakan bersebrangan dengan kubu Megawati dan konco-konconya juga. Politik yang sering dikatakan " susah dipegang buntutnya" pagi tempe, sore bisa tahu. Siangnya nasi goreng, malamnya bisa nasi uduk , berubah seperti seenaknnya, semaunya, dan rakyat dibuat pusing tujuh kelililing.

Yang tadinya lawan menjadi kawan, yang tadinya berdarah-darah sekarang menjadi bermerah-merah, dan hadir di kongresnya, tanpa tedeng aling aling. Kawan dan lawan menjadi begitu sumir, absurd.

Yang ada adalah kepentingan yang sama. Yang sekarang adalah kursi menteri, walau dibantah dengan berbagai cara-cara, tetap saja istilah politik "dagang sapi" tak bisa dielakkan, siapa kawan siapa lawan tak lagi penting, yang penting siapa dapat apa, dan kursinya  dapat banyak.

Dan sebagai pemenang pemilu, PDIP, dalam hal ini Ratunya, Megawati, sudah tak segan-segan  lagi minta jatah kepada Jokowi untuk mendapat kursi yang paling banyak, repotnya Jokowo sebagai Presiden, yang dalam struktur kenegaraan adalah orang nomor satu RI, langsung menjawab spontan, iya, saya jaminannya, kerenkan.

Apa boleh buat, rakyat hanya bisa menonton, tak bisa berbuat apa-apa. Karena memang bagi rakyat tak penting siapa menterinya, yang penting sembako harganya terjangkau, listrik tarifnya murah dan segala macam kebutuhan rakyat terpenuhi, sandang, pangan dan papan, benar-benar dalam jangkau rakyat.

Tapi terlepas dari itu semua, saya ada usul tentang tokoh-tokoh yang akan dijadikan menteri, terserah dari partai apa dapat berapa kursi, itu tak penting. Mau dapat sepuluh, lima, empat, dua atau satu kursi setiap partai itu tak penting, yang penting mampu mensejahterakan rakyat.

Bahkan bagi Jokowi pun sebenarnya sudah tak penting amat, karena Jokowi dalam priode kedua ini, sebenarnya tinggal melanjutkan saja, tak perlu takut akan diturunkan oleh partai, karena rakyat sudah memilih langsung Jokowi, dan Jokowi seharusnya juga tak takut didikte oleh PDIP, walaupun Jokowi memang petugas partai.

Repot memang, Presiden sebagai kepala negara dan sebagai kepala pemerintahan, di dalam internal PDIP, Jokowo "hanya" petugas partai, yang mau tak mau, harus tunduk pada sang ketua partai, walaupun dibantah, tetap saja Jokowi tunduk, buktinya? Megawati bilang minta menteri paling banyak dan itu wajar sebagai pemenang Pilpres dan Pileg, karena mendapatkan suara terbanyak, Jokowi langsung mengiyakan, salahkah? Tentu saja tidak, bukankah Jokowi punya hak preogratif sebagai presiden yang tak bisa diganggu gugat oleh apa dan siapapun.

Kembali ke niat asal tulisan ini yaitu jangan jadikan 5 tokoh ini menjadi menteri Jokowi, mengapa? Mari kita lihat satu demi satu, agar pilihan Jokowi tidak kepada lima tokoh ini.

Karena kelima tokoh ini, versi saya tentu saja, sudah menjadi milik masyarakat banyak, dengan karakter dan cirinya masing-masing. Bila mereka dijadikan menteri, maka ciri yang melekat padanya bisa hilang. Ibarat macan yang sudah masuk kandang atau seperti macan sirkus, galak tapi penurut oleh pawangnya.

Nah kalau lima tokoh ini masuk jajaran Jokowi, rakyat akan kehilangan mereka, rakyat akan sunyi dari celoteh mereka yang menggigit, bernas dan actual. Siapa itu?

Pertama: Najwa Shihab.

Pada periode pertama Jokowi menjadi presiden dan berpasangan degan JK, saya juga pernah menulis, agar Najwa Shihab yang lebih dikenal dengan acara " Mata Najwanya" jangan dijajdikan menteri apapun, dulu terdengan kabar menjadi menteri peranan wanita, menteri sosial dan sebagainya. Tapi syukurlah hal itu tidak terjadi. Dan Mata Najwa terus berkibar.

Bisa Anda bayangkan, ketika Najwa Shihab menyatakan mundur pada acara " Mata Najwa" di salah satu stasiun TV dan Najwa Shibah rehat sejenak, pirsawan merasa kehilangan, malam Rabu yang pada setiap minggunya muncul acara yang begitu menarik, tiba-tiba sepi, walaupun saya melihat tidak langsung melalui TV, tapi pakai Youtube, karena ketika acara itu masih berlangsung, saya masih kerja di kantor, beda waktu 4 jam dengan WIB, yang menyebabkan saya tak bisa melihat langsung acara tersebut.

Nah ketika Mata Najwa istirahat saja, hanya beberapa bulan dan kemudian pindah ke stasiun TV yang lainnya, masyarakat sudah kehilangan, bayangkan kalau Najwa Shihab dipilih jadi menteri, maka otomatis 5 tahun kita tak bisa menyaksikan acara Mata Najwa, bisa rugi bandar!

Pertanyaan cerdas oleh Najwa Shibah yang membuat nara sumber keok, bahkan tak berkutik, telah menyebabkan acar ini menjadi begitu menarik, karena menambaha wawasan dan pengetahun.

Bukti yang terakhir, sampai-sampai para diretur PLN takut hadir di acara Mata Najwa, dua hari lalu, tepatnya hari Selasa malam Rabu tanggal 5 Agustus 2019, kalau mereka hadir, pasti "dikuliti habis" oleh Najwa Shibah, yang cantik, cerdas dan berwawasan luas.

Karny Ilyas pembawa acara sekaligus moderator yang mumpuni di ILC. Tanpa ILC acara TV seperti ada yang hilang. Sumber: Kaltimtribun.com.
Karny Ilyas pembawa acara sekaligus moderator yang mumpuni di ILC. Tanpa ILC acara TV seperti ada yang hilang. Sumber: Kaltimtribun.com.
Kedua: Karni Ilyas.

Pembawa acara Indonesia Lawyers Club/ILC  ini jangan diambil jadi menteri. Tolong Pak Jokowi jangan jadikan Karni Ilyas itu menteri, baik menteri hukum, menteri komunikasi/informasi atau menteri lainnya. Karni Ilyas sudah pas di posisinya sekarang, sebagai pembawa acara yang sekaligus moderator pada acara ILC, telah membawa masayarkat Indonesuia semakin cerdas dibidang hukum, peradilan atau politik.

Kuliah gratis dari para Prosesor dan tokoh nasional di bidang masing-masing, telah membuat acara ILC mendapat hati sendiri bagi para pemirsa, khususnya saya. Yang memang nonton TV Indonesia hanya tiga secara rutin. TV yang saya tontong adalah acara IlC, mata Najwa dan Kick Andy.

Nah kalau Karni Ilyas dijadikan menteri, lagi-lagi acara ILC akan hilang, walau digantikan pembawa acaranya, tapi jelas akan hilang gregetnya, buktinya ketika dua bulan Karny Ilyas cuti, saya juga kehilangan acara yang bermutu, ternyata bukan hanya saya, para nara sumber dan tokoh lainnya juga merasa kehilangan, padahal Karni Ilyas hanya cuti disaat Pilpers yang begitu panas.

Nah bayangkan kalau Karni Ilyas dijadikan menteri Jokowi, otomatis 5 tahun kita akan kehilangan acara yang sangat mencerdaskan ini, apa lagi kalau yang tampil Rocky Gerung pada acara ILC, akan terasa menggit dan nyelekit, tapi nikmat.

Makanya tokoh yang berikutnya adalah Rocky Gerung.

Fahri Hamzah yang lantang berteriak sebagai anggota legislatif telah menjalnkan fungsinya dengan sangat baik.Sumber; moralpolitik.com
Fahri Hamzah yang lantang berteriak sebagai anggota legislatif telah menjalnkan fungsinya dengan sangat baik.Sumber; moralpolitik.com
Ya benar, tokoh yang ketiga adalah Rocky Gerung. Biarkan Rocky Gerung  tetap berada di dunia bebas, jangan dijadikan menteri, apa lagi ditangkap oleh Polri, jangan. Rocky Gerung adalah asset nasional. Asset bangsa yang luar biasa.

Tak ada tokoh seperti Rocky Gerung yang benar-benar berani dan lincah dalam berlogika.

Logika bangsa ini benar-benar dididik secara langsung maupun tidak langsung menjadi otak yang punya pikiran kritis, tidak dungu! Yang sering Rokcy Gerung katakan.

Urat takut Rocky Gerung seperti sudah putus, siapapun dia kritik dan dia babat habis logikanya, bila logika yang dipakai tidak sejalan dengan logikanya  Bung Rocky.

Ini luar biasa, jadi jangan jadikan Rocky menteri pendidikan, menteri HAM atau menetri lannya. Biarkan Bung Rocky di habitatnya, di alam bebas, sesuai dengan hobbynya  yang mendaki gunung,masuk hutan ke luar hutan dan seperti rumahnya yang berada di bibir tebing.

Bung Rocky benar-benar tokoh pengritik kelas wahid untuk ukuran Indonesia. Siapapun dikritiknya, termasuk Jokowi, luar biasa beraninya.

Nah kalau Rocky Gerung dijadikan menteri, seperti yang saya katakana di atas, nanti ibarat macan dimasukan ke kandang atau seperti macan sirkus, kelihatan seram tapi jinak.

Bila itu terjadi daya kritis bangsa ini akan  ikut-ikutan hilang, dan kita akan jarang bertemu dengan Bung Rocky di acara ILC. Karena bila ILC tak ada Bung Rocky, ibarat Sayur asem tanpa garem, rasanya hambar.

Lalu yang keempat adalah Fahri Hamzah. Ini tokoh pendiri PKS yang "dibuang" oleh partai yang ikut didirikannya.

Mulut Fahri Hamzah memang seperti ular berbisa, yang siap mematuk siapa saja. Dan Fahri Hamzah tidak kenal takut, termasuk pada peresiden partai PKS yang digugatnya. Hebatnya Fahri Hamzah menang telak!

Tapi Ironisnya Fahri Hamzah terlempar dari PKS, benar-benar ironis.  Fahri Hamzah telah menampakan kekuatannya dalam bicara. Cocok menjadi anggota DPR, badan legislative yang tugasnya memang bicara, bukan hanya 5 D, datang, duduk, diam, dengar dan duit.

Fahri Hamzah benar-benar sudah menunjukkan kualitsnhya sendiri, sehingga sebagai anggota DPR dan juga sebagai salah satu pimpinan DPR suaranya benar-benar nyaring.

Perkara orang luar menghujatnya , Fahri Hamzah Tak peduli. Fahri terus saja bersuara lantang dan berteriak keras demi kebaikan negeri ini.

Nah kalau Fakri Hamzah diangkat menjadi menteri, pihak oposisi tak akan berjalan baik. Biarkan posisi Fahri Hamzah seperti sekarang, birakan Fahri berteriak lantang, menyuarakan suara rakyat, jangan dijadikan menteri apapun.

Megawati dan Prabowo sudah bergandeng tangan kembali setalh Pilpres usai. Mereka berbagi menteri ke Jokowi? Sumber: netralnews.com
Megawati dan Prabowo sudah bergandeng tangan kembali setalh Pilpres usai. Mereka berbagi menteri ke Jokowi? Sumber: netralnews.com
Kelima, Ahok.  Ahok mengakui sendiri bahwa secara politik Ahok sudah cacat. Biarkan Ahok menjadi apa yang dia sukai sekarang. Jangan biarkan luka lama bersemi kembali. Biarkan Ahok sudah damai dengan dirinya sendiri. Ahok sudah tak bisa dijadikan panutan sebagai tokoh nasional. Secara pribadi dan rumah tangga juga sudah hancur.

Walau ketegasan dan keberanian Ahok cocok untuk menjadi menteri aparatur negara atau menjadi Jaksa Agung. Kalau Ahok menjadi menteri apatur nagara atau menteri dalam negeri, wah pasti disikat habis yang coba-coba bermain atau memainkan rakyat kecil.

Ahok terkenal dengan keberaniannya. Tapi sudahlah, biarkan Ahok di dunianya yang sekarang, jangan ditarik-tarik lagi ke politik, walaupun Ahok disebut dalam kongres ke V PDIP, ya biarkan saja. Walau Ahok dengan Jokowi sangat dekat, ya biarkan saja.

Bukankah mengabdi pada negara tidak mesti menjadi menteri? Atau menjadi pejabat negara lainnya. Mengabdi kepada negara bisa di berbagai sector atau bidang.

Nah itulah lima tokoh yang menurut saya, sebagai warga negara biasa, yang bukan siapa-siapa, mengusulkan pada Presiden terpilih Jokowi dengan KH Ma'ruf Amin agar tidak menjadikan mereka menteri apapun, kalau dipilih juga, ya terserah Pak Presiden, ini kan hanya usul.

Biarkan 5 tokoh ini di bidangnya masing-masing. Biarkan mereka terus bersuara dengan cara masing-masing untuk mencerdaskan bangsa ini, agar bangsa ini semakin maju dengan keberanian, otokritik, bersuara lantang dan dengan urat takutnya hilang. Berani berkata benar, dan jujur yang berkeadilan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun