Mohon tunggu...
Syaripudin Zuhri
Syaripudin Zuhri Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar sampai akhir

Saya senang bersahabat dan suka perdamaian. Moto hidup :" Jika kau mati tak meninggalkan apa-apa, maka buat apa kau dilahirkan?"

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Siapapun Presiden 2019, yang Penting Mampu Menyejahterakan Rakyat

8 Agustus 2018   16:12 Diperbarui: 8 Agustus 2018   17:17 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siapakah yang akan menjadi Presiden 2019? Yang penting mampu mensejahterakan rakyat. (Foto: Kompas.com/Fabian Januarius Kuwado)

Pilpres 2019 mendatang kelihatannya semakin menarik untuk diamati dan dijadikan sebagai tempat pembelajaran politik bagi masyarakat awam, termasuk saya. Orang-orang yang bukan ahli politik atau bukan politikus dibuat bingung oleh manuper-manuper politikus.

Coba saja anda bayangkan, KPU ( Komisi Pemilihan Umum) Pusat sudah membuka pendaftaran untuk capres dan cawapres 2019 sejak tanggal 4 Agustus 2018 yang lalu, dan akan ditutup tanggal 10 Agustus 2018 pukul 24.00 WIB.

Namun sampai tulisan ini dibuat, tak ada satupun partai atau koalisi partai yang mendaftar, baik dari kubu Jokowi sebagai petahana, maupun dari kubu Prabowo dari oposisi. Kubu Jokowi yang sudah didukung begitu banyak partai, dari mulai PDIP, Golkar, Nasdem, Hanura, PKB, PPP dan lain sebaginya masih belum berani daftar ke KPU, entah alasannya apa? Saya tak tahu, kan saya bukan ahli politik. He he he.

Begitu juga dari kubu Prabowo yang didukung Gerindra, PAN, PKS dan Demokrat belum juga mendaftar. Mungkin dengan alasan yang sama, sama-sama sedang saling intip, siapa yang dijadikan cawapres oleh Jokowi dan Prabowo. Di kubu Jokowi santer sudah mengerucut di 3M, Mahfud MD, Muhaimin atau Ma'ruf Amin.

Sedangkan capres dari kubu Jokowi yang lainnya mulai tersisih. Nah dari kubu Prabowo juga muncul 3A, Agus, Abdul Shomad dan Asegaf. Berita terakhir, UAS menolak dan tetap dijalur Dakwah, tentang UAS sudah saya tulis sebelumnya dengan judul : " UAS dan TGB jangan diadu pada Pilpres 2019".

Bola pilpers makin panas, menjelang 10 Agustus 2018 mendatang, karena setiap kubu masih belum menemukan atau mengumumkan siapa cawapresnya, baik dari kubu Jokowi mapun kubu Prabowo. Bahkan terdengan santer bila Muhaimin tak dijadikan cawapres oleh Jokowi, PKB akan hengkang dari kubu Jokowi, dan akan mendirikan poros ketiga, bersama dengan PKS dan PAN.

Jadi nantinya akan terbentuk tiga poros, yaitu poros Jokowi, Prabowo dan Gatot, tentang Gatot pernah saya tulisa juga dengan judul : " Dicari capres tontonan bukan bukan tuntunan".

Memang repot kalau Pilpres 2019 dijadikan ajang untuk pertandingan, bukan perlombaan. Kalau perlombaan bersama maju, siapa yang terbaik, sedangkan kalau pertandingan keinginan untuk menang begitu kuat, sehingga boleh dikatakan menghalalkan segala cara.

Terlihat jelas ketika sampai saat ini, diantara kubu tersebut belum ada satupun yang mendaftarkan diri ke KPU, mereka masih saling intip, siapa cawapres yang mereka ajukan? Jangan-jangan pendaftaran capres dan cawapres 2019 diundur, benarkah?

Namun di luar itu semua, bagi rakyat tak penting. Jokowi mau berpasangan dengan Mahfud MD, Muhaimin, atau Ma'ruf tak masalah. Begitu juga dengan Prabowo mau berpasangan dengan AHY, Asegaf, atau Anies, itu pun bukan masalah.

Atau justru ada poros ketiga yang akan terbentuk, sehingga "Sang Kuda Hitam" Gatot Nurmantyo muncul dan menjadi capres berpasangan dengan Muhaimin atau dengan Anies Baswedan, walau Anies konon kabarnya sudah tertutup, karena konsentrasi mengurus Jakarta.

Walaupun itu tidak mustahil, bukankah dulu Jokowi pun baru dua tahun menjadi Gubernur DKI Jakarta langsung lompat, ikut Pilpres dan menang, lalu menjadi Presiden RI priode 2014-2019.

Bagi rakyat tak penting siapa berpasangan siapa, atau partai "A" berkoalisi dengan partai "B" dan seterusnya, sekali lagi itu tak penting. Yang penting, mampukah mereka para capres dan cawapres nantinya membuat rakyat makin sejahtera, semakin makmur, dan harga-harga relatif murah serta terjangkau rakyat. Itu yang penting bagi rakyat.

Bagi rakyat, siapapun presiden dan wakil presiden di tahun 2019 mendatang, bukan masalah. Sekali lagi yang penting bagi rakyat dapat hidup tenang, aman, nyaman, dan damai.

Pilpres 2019 adalah sarana demokrasi, alat demokrasi untuk menuju Indonesia yang lebih baik. Pilpres 2019 bukan tujuan, tapi alat untuk Indonesia yang semakin baik dan sejahtera. Mau diganti atau tidak itu presiden, tak penting.

Mau lanjut presiden sekarang, monggo. Mau digantipun monggo, asal konstitusional, bukan direbut paksa. Yang penting berjalan di koridor konstitusi, agar semua berjalan seperti yang kita harapkan. Yang jelas NKRI harga mati, tak boleh hanya gara-gara ada Pilpres 2019 NKRI menjadi terpecah-belah.

Silakan berlomba-lomba dalam kebaikan dan kebajikan, dan Pilpres 2019 adalah tempatnya. Yang kubu Jokowi silahkan ambil tag "2019 presiden lanjut" dan kubu Prabowo boleh munculkan tag "2019 ganti presiden" atau boleh juga poros ketiga membuat tag baru "2019 giliran saya" atau "2024 giliran Anda".

Monggo semuanya boleh, asal tetap menjaga akhlak dan persaudaraan sesama anak bangsa. Cukup di negara-negara lain, yang bila ada pemilu sampai ada yang tewas, seperti di Pakistan, misalnya.

Lawan politik dalam Pilpres atau Pileg bukan musuh, tapi saudara atau teman sesama warga bangsa, sama-sama berasas Pancasila dan punya UUD '45 yang sama. Benderanya pun sama, merah-putih, lagu kebangsaannya pun sama, Indonesia Raya.

Jadi buat apa saling mencaci dan menghina? Buat apa saling menjatuhkan? Bukankah kita semua sama, sama-sama orang Indonesia, sama-sama mencintai NKRI? Mari kita cari persamaan di antara anak bangsa, bukan perbedaan yang ditonjolkan.

Partai boleh beda, jagoan capres dan cawapresnya pun boleh tak sama, bendera partai pun boleh berwarna warni, baju seragam setiap partai pun boleh beda, hijau, kuning, merah, biru, putih dan sebagainya. Tapi ingat, kita adalah sama, sama-sama bangsa Indonesia, sama-sama mencari kehidupan yang lebih baik. Itu saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun