Tapi sukurnya Ara mengakui kesalahannya dan segera minta maaf, padahal  saya sudah sempat diserang oleh pasukan hore-horenya di kompasiana dan dengan dalil-dali macam-macam, karena menulis kasus tersebut, tapi tetap saya menghormati yang berbeda pendapat dengan saya, karena saya menyadari mereka pun teman saya sesama kompasioner.
Normal kalau mereka tak sependapat dengan saya, lagi pula siapa yang suruh harus sependapat, iyakan? Bukankah ini negara demokrasi, yang siapapun bebas mengeluarkan pendapatnya dan dijamin UUD 45 pasal 28 yang berbunyi: " Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang."
Kembali ke Anis Baswedan, Anak Pahlawan ini memang antitesa dari pemimpin sebelumnya, yang arogan dan dengan sumpah serapahnya. Anis Baswedan kalem dan lagi-lagi tetap tersenyum walau kata orang dipermalukan. Sudahlah, yang penting Persija sudah juara dan sudah menerima Piala Presiden. Insiden kecil ini jangan membuat NKRI gaduh lagi.
Sudahlan setiap orang sudah punya suratan takdir masing-masing, jikapun dihalangi, jika Tuhan mau mengangkat derajat seseorang, tak ada siapapun yang dapat menyetopnya. Dan sebaliknya, jika Tuhan mau merendahkan derajat seseorang, tak ada siapapun yang dapat mengangkatnya. Jadi percayalah ada langit di atas langit.
Mari kita ambil hikmah dari kejadian tersebut. Lain kali kalau kerja, apa lagi ini tingkat nasional, ya harus wanti-wanti, banyak tanya sana, tanya sini, agar tak menjadi kekeliruan yang fatal. Hormati orang sesuai dengan kedudukannya. Bila anda ingin dihormati, maka hormati orang lain. Perlakukan orang lain sebagaimana anda ingin diperlakukan  oleh orang lain, insha Allah hidup ini menjadi aman, damai, tertib dan lancar. Semoga kejadian tersebut tak terulang kembali. Demikian.