Masih tentang Anis Baswedan yang dipermalukan saat cara pemberian Piala Presiden di Gelora Bung Karno (GBK) pada 17 Februari 2018 yang lalu, kebetulan pas 10 hari dengan 8 tahun bergabungnya saya  di kompasiana ini, sudah saya angkat beritanya pada tulisan sebelumnya dengan judul : " Anis Baswedan sedang digembleng atau dipermalukan? "  Ada 457 orang membaca sampai saat tulisan ini dibuat, kemungkinan akan terus bertambah, karena tulisan tersebut langsung berhubungan dengan tahun politik, Pilkada serentak 2018 dan persiapan Pilpres 2019 mendatang.
Ara telah telah membuat blunder bagi partainya, PDIP, saya tak tahu dalam kapasitas apa Ara itu menjadi ketua(?) penyelenggara pemberian Piala Presiden? Bukankah Ara itu angota DPR? Lalu apa hubungannya dengan menjadi panitia tersebut? Saya tak tahu mekanismenya bagaimana, yang jelas mungkin karena sebagai anggota PDIP yang mendapat suara lebih dibandingkan partai lainnya, jadi dipercaya sebagai penyelenggara pemberian Piala Presiden. Jangan lupa, mendapat suara di Pileg saat itu hanya sekitar 20% saja, bukan di atas 50 %.
Sudah selesaikah blunder tersebut setelah minta maaf? Dimaafkan tentu saja sudah, tapi efeknya akan terus bergulir, Â karena itu tahunnya Pilkada dan juga karena perisiwa tersebut sudah ditonton jutaan orang, di seluruh Indonesia dan sampai ke luar negeri, termasuk saya, berarti ke seluruh dunia. Prihatin memang, apapun status Anis Baswedan saat itu tak ada yang bisa memungkiri, Anis Baswedan adalah Gubernur DKI Jakarta yang syah.
Saat itu katanya sebagai undangan, namun jangan lupa Anis Baswedan saat itu juga adalah orang nomor satu di Jakarta, di provinsi Jakarta, lalu kenapa tak boleh mendampingi Presiden, padahal yang menang adalah Persija, Persatuan Sepak bola Jakarta, yang berada di bawah binaan sang gubernur.
Aneh memang kejadian tersebut, yang menang Persija, tapi gubernur dari Persija tak boleh turun panggung dan ikut bersama Presiden Jokowi memberikan Piala Presiden tersebut, ada apa ini? Lebih lucu lagi, konon  nama Anis Baswedan sudah ada dalam list tersebut, namun dicoret.
Siapa yang mencoret? Mengapa dicoret? Kok bisa ya nama yang ada, bisa dicoret, apa tak layak seorang Gubernur mendatangi Presiden? Bukankah disetiap kunjungan ke daerah Presiden selalu didampingi kepala daerah setempat, bisa Gubernur, Bupati atau Wali Kota, tergantung wilayah yang dikunjungi Presiden. Yang menjadi pertanyaan, kenapa juga Presiden tidak mencari Gubernur  DKI Jakarta saat itu? Bukanhkan biasanya Presiden begitu akrab dengan para bawahannya? Kenapa bisa terjadi?
Okelah Ara sudah minta maaf, tapi lagi-lagi aneh, mengapa hal yang begini ini, harus sampai membuat malu kita semua sebagai sebuah bangsa. Masa urusan protokoler begini ini, sampai si pembuat acara tidak tahu, kenapa tidak bertanya? Apa maksudnya sampai Gubernur DKI Jakarta yang dipilih jutaan rakyat Jakarta tak boleh mendampingi Presiden, ada apa ini? Pertanyaan itu akan terus bergema sampai Pilpres 2019 mendatang.
Anis Baswedan dengan tetap tersenyum, walau agak kaget, yang sebenar bisa saja Anis Baswedan ngeyel untuk tetap turun panggung mendampingi Presiden Jokowi, tapi itu tak dilakukan. Anis Baswedan menghormati Paspemres, yang memang tugasnya menjaga Presiden, karena kalau ada apa-apa, Paspamresnya yang akan ditanya langsung.
Paspampres sudah benar dengan tugasnya, paspamres hanya menjalankan tugas. Yang menjadi pertanyaan, siapa yang menugaskan paspamres agar melarang Anis Baswedan, sebagai Gubernur DKI Jakarta, yang memang mempunyai kewajiban mendampingi Presiden yang berada di daerah kekuasaan atau tanggungjawab Anis Baswedan.
Rupanya ada " ada udang di balik bakwan", mau tak mau publik membaca macam-macam, tergantung persepsinya masing-masing, kacaukan. Makanya kata pepatah, jangan main kucing-kucingan, nanti kucing beneran bisa marah. Ayolah bersatu menjaga NKRI ini, jangan para pejabat di atas memberikan contoh pada rakyat tak baik. Rakyat  jangan dicontohkan hal-hal yang membuat rakyat bingung, masa Gubernur tidak  boleh mendamping Presidennya? Kan Aneh.Â
Selama ini kan biasa toh, lihat saja jaman Ahok ketika jadi Gubernur, ada pemberian Piala Priseden di Jakarta, Ahok diajak, padahal yang menang bukan Persija. Loh ini yang menang jelas-jelas Persija, klub sepak bolanya milik Jakarta, dan Jakarta Gubernur yang sekarang adalah  Anis Baswedan, kok tak boleh ikut turun panggung bersama Presiden?