Masih ingat mengenai Festival Indonesia di Moskow yang diselenggarakan pada tanggal 20-21 Agustus 2016 yang lalu di Hermitage Garden? Sudah saya tulis juga di “K” ini, lalu mengapa ditulis lagi? Masalahnya tentu saja karena begitu banyak moment yang kalau ditulis sekaligus akan membuat tulisan tersebut panjang, berhalaman-halaman, bisa ribuan karakter, sementara yang namanya menulis di web ini, boleh dibilang bila sudah lebih dari seribu karekater, memakan dua halaman, dengan pont 12, dengan spasi rapat alias nol, sudah ga dilirik, karena begitu banyaknya sumber tulisan.
Langsung aja, begini, ketika Festival Indoensia sedang berlangsung, kebetulan semua staf terlibat di dalamnya, termasuk penulis dan volunteer, bahu membahu mensukses acara tersebut yang memang boleh dibilang luar biasa, di luar kebiasaan yang pernah dilakukan di KBRI Moskow. Tentu saja ini gebrakan yang “berani” dari Bapak Duta Besar Muhammad Wahid Supriyadi, karena Beliau baru saja tiba di Moskow, resminya bertugas 1 April 2016.
Bisa anda bayangkan, dalam waktu “hanya” kurang lebih empat bulan sudah membuat gebrakan yang tak main-main, membuat acara spetakuler yang belum pernah ada sepanjang yang saya ketahui, dan itu diakui oleh pihak Rusia, dan baru pertama kali acara untuk Indonesia yang diselenggarakan di Moskow dihadiri tidak kurang dari 68.000 pengunjung, luar biasa! Dan disponsori tak kurang dari 60 an sponsor dari berbagai kalangan, mulai dari kementerian Luar Negari Indonesia dan Rusia, kementrian Pariwisata dan lain sebagainya, dan dukung oleh duta-duta kesenian dari Bali, Aceh, Malang, Boyolali, Yogyakarta, Bengkulu. Ditambah Moskow dan dari Republik Tartarstan, sebuah republic di Rusia yang mayoritasnya Muslim, makanya , tariannya pun bernuansa Islam.
Dari begitu banyak acara yang diselenggarakan, selama dua hari itu, Sabtu dan Minggu, telah membuka mata orang Rusia, bahwa begitu banyak keanekaragaman budaya Indonesia, dan mereka berdecak kagum atas penampilan-penampilan duta seni dari Indonesia dalam Festival Indonesia 2016, selanjutnya FI16, agar hemat. Dan acara ini dikatakan oleh Pak Dubes, pada acara pembubaran panitia di Wisma Duta Minggu 17 September 2016 kemarin, membawa inspirasi bagi Kedutaan Rusia di Indonesia, dan kedutaan besar Rusia akan menyelenggarakan hal yang sama di Jakarta, luar biasa.
Coba itu, FI16 telah menjadi insprirasi bagi orang Rusia, jadi singkat kata Rusia mencontoh Indonesia dalam hal penyelenggaraan sebuah Festival, keren bukan? Sebagai orang Indonesia, yang sering disebut negara berkembang, tapi dalam masalah seni dan kebudayaan tak kalah dengan orang Rusia, yang dalam bidang teknologi, militer dan ruang angkasa adalah termasuk negara maju, bersama dengan Amerika Serikat. Namun sekali lagi Indonesia dalam budaya telah menginspirasi Rusia, mantap!
Makanya, Insya Allah, tahun depan akan diselenggarakan FI yang lebih besar lagi, dan itu akan menjadi menarik, karena bisa ditulis Festival Indonesia 2017, disingkat FI17, lihat angkat 17 di sana! Itu mengingatkan Indonesia pada tanggal hari kemerdekaannya, 17 Agustus 1945, di HUT RI ke 72. Jika angka tersebut diotak atik, maka akan terbentuk sebuah angka atau hurup yang unik ‘FI17RI72’, dibaca: “ Festival Indonesia tahun 2017 pada ulang tahun Republik Indonesia ke 72.”
Mengapa orang Rusia begitu antusias melihat festival Indonesia? Jangan lupa, dengan jalinan hubungan yang begitu baik antara Indonesia dan Rusia, Indonesia sekarang terkenal bukan hanya Bali-nya, tapi juga budaya lain yang ada di Indonesia. Dan lebih seksi lagi lagu-lagu dangdut semakin akrab di Rusia, dan itu bukan omong kosong, ketika lagu kopi dangdut didendangkan di panggung utama, orang Rusia bergoyang, dan turun berjoget.
Lagu dangdut yang lainnya yang akrab di telinga orang Rusia “ Bang Thoyib” itu pernah ditampilkan di acara lain di Rusia. Apa lagi? Tari Poco-poco, tarian ceria ini telah membuat orang Rusia membaur dan bergoyang menari bersama orang Indonesia, keakraban tersebut sukar dilukiskan dengan kata-kata, karena dua hari lagu itu ditampilkan, dua hari juga orang Rusia bergoyang di depan panggung utama.
Jadi siapa bilang dangdut kampungan? Siapa bilang dangdut hanya buat orang di pinggiran, jangan lupa dangdut sudah mendunia dan mampu menggoyang orang Rusia.
“ Di mana anda beli pita ini?” Tanya ibu Rusia tadi.
“ Di Indonesia” Jawab saya.
“ Saya cari-cari di stand tidak ada” Katanya.
“ Iya, memang tak ada, ini dari Indonesia”
“ Ada tidak di Rusia?” Tanyanya lagi
“ Setahu saya tak ada”
Saya sengaja juga mengikat pita tersebut di tas yang memang selalu saya bawa saat bersepada atau sedang jalan-jalan. Pada tas saya tersebut selain pita merah putih, saya ikatkan pula pita bendera Rusia, yang tiga waran, putih, biru dan merah, juga pita “ kemenangan Rusia” atau pita “Veteran” pita yang berwarna selang seling, hitam dan orange, yang muncul setiap tanggal 9 Mei, di saat HUT kemenangan Rusia atas Jerman pada Perang Dunia ke II, 1939-1945.
Untuk apa pita tersebut? Tujuannya sederhana, agar terjalin terus persahabatan Indonesia-Rusia. Saya bangga dengan Merah Putih dan orang Rusia senang melihat bendera mereka dipakai orang asing. Ini bukan berarti saya punya paspor ganda. Saya tetap cinta Indonesia, dan tak akan mengganti dengan paspor apapun di dunia.
Nah itulah yang tercecer dari FI16, dan banyak cerita lain dari FI16, lain kali disambung. Itu baru FI16, kalau yang lainya dari Rusia masih “segudang”, saya masih menyimpan ribuan foto di USB eskternal, dan ribuan foto lainnya yang disimpan di web. Jadi untuk bahan tentang Rusia pada umumnya dan Moskow pada khususnya, tak akan habis-habisnya untuk ditulis. Demikian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H