Mohon tunggu...
Syaripudin Zuhri
Syaripudin Zuhri Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar sampai akhir

Saya senang bersahabat dan suka perdamaian. Moto hidup :" Jika kau mati tak meninggalkan apa-apa, maka buat apa kau dilahirkan?"

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Untaian Mutiara dari Novel "Rindu" Tere Liye

11 Agustus 2016   08:40 Diperbarui: 12 Agustus 2016   00:47 2714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mulanya saya terkecoh dengan judul novel dari Tere Liye ini. Melihat judulnya saja, ini seperti novel anak-anak remaja. Sehingga ketika membaca judul novel tersebut di Toko Buku Gramedia Matraman, pada saat liburan lalu, tepatnya pada tanggal 21 Juli 2016, saya batal membeli novel tersebut, tapi penasaran kok novel dengan judul “ Rindu”, hanya satu kata, Best Seller. Ya sudah saya beli novel yang lain, yang juga sedang Best Seller, “ Ayat-Ayat Cinta 2” Karangan Habiburrahman El Shirazy.

Singkat cerita ketika kembali bertugas dan tanpa sengaja saya menemukan novel “ Rindu” tersebut di perpustakaan KBRI Moskow. Terselip diantara novel dan buku-buku baru lainnya. Wah penasaran saya semakin menjadi, maka diantara novel-novel dan buku-buku baru koleksi perpustakaan KBRI Moskow tersebut, novel “Rindu” dulu yang saya baca, dan hasilnya di bawah ini.

Persis tiga hari novel tersebut saya baca, tamat, diantara kesibukan dan membaca novel lain atau buku lain. Pada saat yang bersamaan secara bergantian, saya baca novel “ Rindu” tersebut,  “Ayat-Ayat Cinta” dari Kang Abik dan “ Sejarah Dunia yang Disembunyikan” Karya Jonathan Black, ketiganya Best Seller. Novel “Rindu” milik perpustakaan, dua buku terakhir koleksi pribadi.

Kita bahas yang novel “Rindu” ini, sekali lagi dari judulnya mirip novel remaja, namun setelah dibaca ternyata ini lebih tepat novel sarat perjuangan, karena setingnya dibuat pada tahun 1938, tujuh tahun sebelum Indonesia merdeka, dan penuh komplik-komplik pribadi, yang sama-sama disembunyikan para tokoh, yang pada akhirnya satu demi satu terbuka.

Dan Tokoh sentralnya memang ada dua orang anak, Anna dan Elsa, ini yang membuat novel tersebut seperti novel keluarga. Namun bila dilihat tokoh sentral yang lainnya yaitu Gurutta, maka ini novel ini adalah novel perjuangan, perjuangan melawan penjajah Belanda dengan pikiran, alias lewat buku. Buku yang berhasil ditulis selama perjalanan di Kapal Laut menuju Mekkah dari Makassar oleh Gurutta judulnya” Kemerdekaan Hak Semua Bangsa”. Gurutta dilukiskan dalam novel Rindu berusia 75 tahun, namun dalam seusia itu tetap dimata-matai Belanda, persis seperti tokoh sejarah Syekh Yusuf dari Makassar, yang dibuat Belanda ke Afrika Selatan, yang memang disinggung dalam novel ini.

Tokoh lainnya Ambo, anak muda yang patah hati, karena pujaan hatinya akan dikawinkan dengan pilihan orang tuanya, yang pada akhir ceritanya sangat mengejutkan, silahkan baca sendiri, sengaja tidak saya ungkap di sini. Ambo ini bertemu di kapal laut dengan tokoh-tokoh lainnya, ada Kapten Philip, saudagar dari Makassar, Andi, dua pasang kekasih berusia lanjut, yang cintanya sampai di bawa mati. Yang Putri meninggal saat berangkat haji dan Yang Kakung meninggal setelah melakukan ibadah haji, sama-sama ditenggelamkan di laut, sesuai tradisi ketika orang meninggal di laut.

Kembali ke judul” Rindu” ternyata ini “Rindu”nya kaum muslimin dan muslimat di kala itu untuk melaksanakan ibadah haji, bukan rindunya sepasang kekasih. Walau memang terselip rindu seperti kisah kasih anak muda. Terutama tokoh Ambo, yang pendiam, namun saat terjadi hal-hal yang terduga atau sedang bencana, Ambo tampil sebagai pehlawan, anak muda yang gagah berani. Misalnya saat kapal laut tersebut menghadapai kerusakan mesin di perairan menuju Kolombo atau pada saat kapal laut dengan ribuan orang penumpang dibajak di Somalia.

Oke tidak banyak cerita tentang novel tersebut, karena ini bukan rensensi, hanya sekedar berbagi. Diantara hikmah dari novel “ Rindu” tersebut, saya tuliskan untuk anda semua, semoga bermanfaat. LIhat di bawah ini.

*Tiga cara menghadapi masa lalu yg buram:
 1. Berhentilah lari dari kenyataan hidupmu.
 2. Berhentilah cemas atas penilaian orang lain.
 3. Mulailah berbuat baik sebanyak mungkin.

 *Keadilan Allah selalu mengambil bentuk terbaiknya, yang kita tidak selalu paham. Apa hak kita membenci orang lain? Sementara Allah sendiri tidak mengirim petir segera bagi pendosa.

 *Kenapa kau memilih benci, sedangkan orang lain memilih berdamai dengan situasi di sekitarnya? Pikirkanlah!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun