Mohon tunggu...
Syaripudin Zuhri
Syaripudin Zuhri Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar sampai akhir

Saya senang bersahabat dan suka perdamaian. Moto hidup :" Jika kau mati tak meninggalkan apa-apa, maka buat apa kau dilahirkan?"

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Siapa yang Senang Ridwan Kamil Mundur dalam Pilkada 2017?

4 Maret 2016   08:36 Diperbarui: 4 Maret 2016   09:13 671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Sayang sekali Ridwan Kamil mundur dari balon Gubernur DKI 2017, tapi itu hak Kang Emil apa mau dikata? Sumber:gambarkata.com

Sayang sekali”jagoan” balon, bakal calon, Gubernur DKI pada Pilkada 2017 mendatang pada akhirnya mundur teratur. Apa boleh buat Ridwan Kamil, yang akrab disebut Kang Emil, pada Senin 29 Februari 2016 yang lalu melalui akunnya di twitter telah menyatakan menarik diri dari menjadi balon Gubernur DKI tersebut.

Benar-benar sangat disayangkan, magnet Pilkada 2017 pupus sudah, “pertarungan” yang bakal hebat di Pilkada 2017 lenyap sudah, ditelan bumi dan entah kapan lagi Pilkada DKI akan ramai, entah kapan lagi kekuatan seimbang ini akan muncul. Lalu siapa yang paling senang dengan mundurnya Kang Emil menjadi balon Gubernur DKI tersebut?

Yang pertama, tentu saja Ahok, sang Gubernur fatahana yang paling senang, paling bahagia sejahtera aman sentosa tiada terkira sukar bandingnya dengan senyum penuh kebahagiaan. Mengapa ? Ya apa lagi kalau bukan saingan utamanya sudah bukan tantangan, bukan rintangan. Ahok semakin tak terbendung. Bukan meremehkan lawan-lawan Ahok yang lainnya, tapi bila dilihat kinerjanya, kang Emil balon terkuat yang akan membuat Ahok termehek-mehek mempertahankan kekuasaannya.

Dengan mundurnya Kang Emil dalam pilkada 2017 tahun depan, jalan Ahok akan semakin mulus, semulus jalan tol. Rintangan yang tadinya menganga di jalan sudah menyingkirkan dirinya sendiri, sebelum maju ke gelanggang.  Rupanya Kang Emil punya perhitungan sendiri, mengapa tak maju dalam pilkada 2017 tersebut.  Awan cerah pilkada kini mendung kembali. Harapan banyak orang untuk menggusur Ahok dari singgasana kekuasaannya, kini sirna sudah.

Lawan terberat yang diperkirakan maju, ternyata boleh disebut “ ayam sayur” yang takut bertarung pada tokoh yang memang sedang kuat-kuatnya. Ahok selain didukung media besar-besaran dan berbagai pihak yang berdiri dibelakangnya, semacam “tangan-tangan” tak kelihatan, sedang menunjukkan kekuatannya.

Maka benarlah scenario sedang berlangsung, setelah dua priode Ahok, maka Ahok sedang dipersiapkan menjadi wakil presiden, paling cepat pada 2019 dan paling lambat 2024 Ahok akan dimajukan pada pilpres, bukan lagi wapres, tapi calon presiden! Luar biasa, dan kelihatannya tak terbendung, mengapa? Karena lawannya tak pernah bisa bersatu, semuanya ingin maju mengalahkan Ahok, bayangkan saja, sudah 5 balon yang akan maju melawan Ahok, dan secara tak sadar telah memecah belah suara!

Kedua yang senang Ridwan Kamil mundur menjadi balon, tentu saja teman2 Ahok. Teman-teman Ahok girangnya bukan main, bisa jadi mereka langsung teriak “ Yes!” ketika mengetahui bahwa Ridwan Kamil batal menjadi balon Gubernur DKI Jakarta. Kursi-kursi jabatan sedang terbayang di depan matanya, bila Ahok berhasil mempertahankan kekuasaannya, teman-teman Ahok paling tidak akan kecipratan. Apapun alasannya, selalu ada pemeo” tak ada makan siang gratis” kecuali acara tahlilan. He he he.

Buktinya, tak usah jauh-jauh, lihat saja para sukarelawan Jokowi, dari anaknya Megawati sampai terakhir ada Dubes dari sukarelawan Jokowi, mantap! Salahkah Jokowi? Ya  dalam politik mana sih ada yang salah? Hanya tinggal “ngeles-ngeles” sedikit saja. Akh… mereka kan propesional juga, mereka kan memang mampu, dan jikapun tak ada pos, maka dibuatlah “pos” jadi-jadiannya, yang sebelumnya tak ada dalam struktur kabinet, misalnya, gampang, dibuatlah “kusrsi” baru, dan didudukanlah para sukarelawan Jokowi tadi. Asik bukan?

Soal mampu atau tidak, itu urusan belakangan, yang penting Jokowi sudah membalas budi para sukarelawannnya, yang katanya ikhlas membantu Jokowi. Yang nyatanya ada yang sampai teriak-teriak agar Jokowi segera diturunkan menjadi Presiden RI, dan lucunya ini dari PDIP, partai yang mengusung Jokowi menjadi capres 2014 lalu. Usut punya usut, ternyata tak kebagian kursi menteri atau jabatan empuk lainnya.

Begitulah politik, nah rupanya sukarelawan Jokowi membawa inspirasi bagi kawan-kawan Ahok, mumpung Ahok lagi kuat-kuatnya menjadi Gubernur DKI Jakarta, maka mereka bergerak mendukung Ahok, dengan lebal” teman Ahok” murnikah mereka bergerak? Sukur-sukur sih benar-benar ikhlas, namun apasih yang tak ada “batu dibalik udang?” Kok “ batu dibalik udang?” bukan “udang dibalik batu?” Akh pakai pura-pura dalam perahu, itu jelas sekali motivnya, paling tidak bila Ahok menang dalam pilakad 2017, masa sih tidak “kecipratan”, masa Ahok tega, tak memberikan sesuatu pada teman-temannya, iyakan?

Ketiga yang senang Kang Emil batal menjadi balon Gubernur DKI, tentu saja pihak-pihak yang diuntungkan oleh Ahok. Mengapa? Dengan batalnya Kang Emil menjadi balon Gubernur, kans kemenangan Ahok semakin besar, kalau tak mau dibilang tak terbendung lagi. Maka “ring satunya” Ahok semakin kuat, dan akan berada di sekiling Ahok. Maka siap-siap para PKL tergusur dan terpinggirkan, tempat-tempat strategis akan diisi oleh orang-orang yang punya modal kuat, yang tidak kuat,  siap-siap tergusur, jauh dari pusat kota.

Pertarungan belum dimulai, tapi tanda-tanda kemenangan Ahok semakin jelas dengan mundurnya Kang Emil. Alasan apapun yang diberikan oleh kang Emil, sudah tak menarik untuk dikemukakan. Pilkada DKI 2017 akan terasa seperti “sayur asem kurang garem”. Apa boleh buat, melawan tangan-tangan tak kelihatan memang susah. Loh bagaimana mau melawannya, kalau tangannya saja tak kelihatan. He he he.

Keempat yang senang Kang Emil mundur adalah balon-balon Gubernur yang lainnya. Loh kok bisa? Ya paling tidak salah satu saingan berat mereka telah tersingkir dengan sendirinya, mereka tak perlu repot-repot bertarung lagi dengan Kang Emil. Melawan Ahok saja sudah repot bukan main, ditambah melawan Kang Emil, kerepotannya menjadi doble.

Dengam mundurnya  Kang Emil balon Gubernur DKI yang lainnya lebih focus, strateginyanya sekarang bagaimana cara yang paling mudah, paling solid, paling telak untuk mengalahkan Ahok. Fokus balon Gubernur hanya tinggal menghadapi satu kekuatan, Ahok. Lebih ringan bukan, ketimbang melawan dua kekuatan yang sama-sama berat. Jangan-jangan mereka bilang dalam hati” alhamdulillah” satu penghalang telah tersingkir dengan sendirinya, tak perlu repot-repot  menyingkirkannya.

Bagaimanapun yang namanya saingan ya tetap saingan, walau teman sekalipun! Ini pilkada bung, bukan warung kopi yang bisa sambil santai dengan kaki selonjor atau kaki naik ke atas kursi panjang lantas kopi dan singkong rebusnya terhidangkan. Pilkada, apalagi di DKI Jakarta, yang miniaturnya Indonesia perlu dana besar, kekuatan besar, waktu yang tak sedikit dan kampanye yang  tak main-main atau sambil lalu, itupun belum tentu menang.

Kelima yang senang Kang Emil mundur jadi balon Gubernur DKI, ya tentu saja para pemilik modal besar. Loh apa hubungannya? Dengan mundurnya Kang Emil, kemenangan Ahok semakin terlihat, dan dengan Ahok tetap menjadi Gubernur DKI proyek-proyek besar akan terus berlangsung. Reklamasi pantai Utara Jakarta akan terus berjalan, misalnya. Kekuasaan Ahok semakin kuat, maka penanam modal modalpun akan masuk, dan ini positif. Makanya senang kalao Ahok menang lagi.

Itulah lima kelompok yang senang Kang Emil mundur menjadi balon Gubernur DKI 2017 . Anda bisa menambahkannya, sesuka anda, toh tak ada yang melarang. Misalnya, dengan mundurnya Kang Emil menjadi balon Gubernur DKI tukang cetak kaos dan spanduk senang, eh yang ini salah, mereka malah sedih, karena pesanan kaos, spanduk dan pernik-pernik lainnya dalam pilkada DKI 2017 menjadi berkurang. Oya lupa, diantara yang senang Kang Emil mundur menjadi balon Gubernur DKI tentu saja warga Bandung, dengan demikian sampai tahun 2018 warga Bandung masih tetap punya Wali Kota gaul, Wali Kota yang punya pantun" berakit-rakit kahulu, berenang-renang kemudian, mantan anda sudah ke penghulu, mengapa anda masih sendirian?", Wali Kota yang terkenal dengan Taman Jomblonya. 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun