Nah di tengah-tengah persiapan tersebut, sekarang stasiun-stasiun metro sedang banyak yang direnovasi, kios-kios di Moskow banyak yang digusur. Pokoknya bangunan tambahan yang sebelumnya tak ada, kemudian didirikan kios atau bangunan permanen, sudah pakai tembok dan lain-lain, tapi kalau dilihat dari induk tata kotanya tak ada, maka bangunan tersebut akan dibongkar, jadi memang Rusia tak main-main dengan berbagai jenis bangunan tambahan yang tak sesuai dengan tata kota. Maka sekarang di Moskow lebih banyak lagi ruang terbuka, padahal kalau dinilai ekonominya bangunan atau komplek bangunan tersebut membuat perputaran uang begitu cepat dan nilainya bisa jutaan dollar, tapi Rusia seperti tak butuh uang, walau lagi krisis ekonominya.
Buktinya taman-taman yang mulanya masuk harus membayar per kepala 100 rubel, sekarang digratiskan, seperti di Park Kultur, Musium On, Taman Soklniki dan lain lain. Coba aja hitung, per kepala 100 rubel, setiap hari ribuan orang masuk, terutama hari libur, taruHlah seminggu, sebulan, setahun… coba berapa pemasukannya, dan itu digratiskan, bahkan ditambah di setiap taman, ada wifi, grastis juga, coba itu. Termasuk di kereta bawah tanah, wifi disediakan, luar biasa.
Kembali ke metro, ini benar-benar menjadi inspirasi buat kita di Indonesia, coba dibuat kereta atau bus yang membuat rakyat terpaksa membacanya, entah itu kata mutiara Tokoh, seperti “Jas Merahnya” Bung Karno atau “Tut Wuri Handayani”nya Ki Hajar Dewantara dan lain sebagainya. Jadi jangan hanya dinding kosong saja di dalam bus atau di dalam gerbong kereta, tapi dibuat berbagai macam kutipan kata-kata dari buku-buku yang menjadi Best Selller, misalnya. Bahkan di pintu bagian dalam pun dibuat kata-kata mutiara tersebut. Ayo siapa yang memulai, Ahok, Ridwan Kamil, Bu Risma atau Gubernur, walikota lainnya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H