Mohon tunggu...
Syaripudin Zuhri
Syaripudin Zuhri Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar sampai akhir

Saya senang bersahabat dan suka perdamaian. Moto hidup :" Jika kau mati tak meninggalkan apa-apa, maka buat apa kau dilahirkan?"

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Kereta Bawah Tanah Dibuat seperti Perpustakaan

25 Januari 2016   11:56 Diperbarui: 25 Januari 2016   21:14 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[/caption]Kembali ke kereta, sekarang naik metro pun masuk ke pintu detector, hal ini dilakukan oleh Rusia, karena pernah “kecolongan”. Stasiun kereta di Moskow, tepat stasiun Park Kultur dan stasiun Lubyanka pernah kena sasaran bom beberapa tahun lalu. Sehingga terpaksa Rusia merenovasi stasiun metro tersebut. Dan alasan lainnya, Rusia akan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2018. Kalau di ibu kotanya tak aman, bisa-bisa menjadi tuan rumah piala dunia dipindahkan ke tempat lain, walau ini tak semudah dibayangkan, karena untuk menyelenggarakan piala tingkat dunia memakan waktu lama dan biayanya pun tak kira-kira. Kalau ukuran kita, bisa saparuh memakan APBN, kan luar biasa besarnya, makanya tak sembarangan negara bisa menjadi tuan rumah piala dunia.

Nah di tengah-tengah persiapan tersebut, sekarang stasiun-stasiun metro sedang banyak yang direnovasi, kios-kios di Moskow banyak yang digusur. Pokoknya bangunan tambahan yang sebelumnya tak ada, kemudian didirikan kios atau bangunan permanen, sudah pakai tembok dan lain-lain, tapi kalau dilihat dari induk tata kotanya tak ada, maka bangunan tersebut akan dibongkar, jadi memang Rusia tak main-main dengan berbagai jenis bangunan tambahan yang tak sesuai dengan tata kota. Maka sekarang di Moskow lebih banyak lagi ruang terbuka, padahal kalau dinilai ekonominya bangunan atau komplek bangunan tersebut membuat perputaran uang begitu cepat dan nilainya bisa jutaan dollar, tapi Rusia seperti tak butuh uang, walau lagi krisis ekonominya.

Buktinya taman-taman yang mulanya masuk harus membayar per kepala 100 rubel, sekarang digratiskan, seperti di Park Kultur, Musium On, Taman Soklniki dan lain lain. Coba aja hitung, per kepala 100 rubel, setiap hari ribuan orang masuk, terutama hari libur, taruHlah seminggu, sebulan, setahun… coba berapa pemasukannya, dan itu digratiskan, bahkan ditambah di setiap taman, ada wifi, grastis juga, coba itu. Termasuk di kereta bawah tanah, wifi disediakan, luar biasa.

Kembali ke metro, ini benar-benar menjadi inspirasi buat kita di Indonesia, coba dibuat kereta atau bus yang membuat rakyat terpaksa membacanya, entah itu kata mutiara  Tokoh, seperti “Jas Merahnya” Bung Karno atau “Tut Wuri Handayani”nya Ki Hajar Dewantara dan lain sebagainya. Jadi jangan hanya dinding kosong saja di dalam bus atau di dalam gerbong kereta, tapi dibuat berbagai macam kutipan kata-kata dari buku-buku yang menjadi Best Selller, misalnya. Bahkan di pintu bagian dalam pun dibuat kata-kata mutiara tersebut. Ayo siapa yang memulai, Ahok, Ridwan Kamil, Bu Risma atau Gubernur, walikota lainnya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun