Segudang pertanyaan yang bisa ditambah seluas-seluasnya, dan bila ditanyakan kepada kawan, bisa saja menjadi bahan olok-olokan. Buat apa pusing-pusing mikirin negara Indonesia? Buat apa pusing-pusing mikiran Indonesia yang kacau balau ini? Buat apa, buat apa dan buat apa? Buat makan saja susah, mencari rezeki halal saja repot, mau jadi orang benar saja ditertawakan orang, mau usaha dagang seperti PKL saja digusur-gusur, mau jadi buruh saja harus siap jadi pegawai kontrakan dan segudang permasalahan lain, sehingga banyak yang menjadi pesimis hidup di Indonesia, akankah Indonesia bangkit dari segala macam keterpurukannnya?
Udeh deh jangan sok menjadi pemikir, untuk apa? Â Di gaji tidak, dibayar juga engga, bukan negarawan, bukan siapa-siapa, buat apa mikirin negara? Sudah ada yang urus! Â Buat apa sih repot-repot nulis, dibaca juga tidak! Begitulah, banyak sekali orang menjadi pesimis terhadap kemajuan bangsa Indonesia, sampai untuk berbuat sesuatu yang kecilpun, males, seperti menulis, mengeluarkan ide-ide atau gagasan, Â apa lagi tak dibayar, ya sudah menjadi "melempem".
Bahkan banyak yang sudah malu menjadi bangsa Indonesia, bahkan banyak yang sudah enggan menjadi orang Indonesia, bahkan tak berani berkata" Saya Bangga Menjadi Orang Indonesia!" Begitu parahnya kondisi ini, menyebabkan banyak orang dibuat terkapar, merintih , sedih. menangis dan akhirnya bersembunyi di dalam kegelapan malam atau masuk kedalam goa kegelapan yang tak berujung!
Lalu bagaimana agar Indonesia menjadi negara yang dihargai bangsa lain?
Bagaimana agar orang tidak menjadi malu menjadi bangsa Indonesia?
Bagaimana solusinya mengangkat derajat bangsa ini?
Bagaimana membangkitkan kembali jiwa-jiwa yang sudah lemah dan terjatuh?
Bagaimana agar Indonesia benar-benar menajdi negara besar yang sesungguhnya?
Banyak pertanyaan lainnya yang perlu jawaban, dan jawaban itu sebenanya sudah ada di seminar-seminar, di buku-buku, di kampus-kampus, di lembaga-lemabaga tinggi negara, di gedung-gedung pemerintahan dan swasta, di otaknya para pemikir, para Profesor Doktor dan lain sebagainya. Lalu mengapa tetap saja Indonesia masih seperti ini, masih tetap saja dilecehkan oleh bangsnya sendiri, oleh penduduknya sendiri, oleh warganya sendiri, mengapa, mengapa dan mengapa?
Karena begitu jengkelnya melihat situasi ini, maka harus ada pikiran yang revolusioner, yang mendombrak segala macam kejumudan, keterbelakangan, ketidakpastian, ketakutan dan berbagai hal yang membuat Indonesia harus bangkit, berdiri tegak dan mengatakan "tidak" untuk segalam macam kerendahan, kehinaan, nestapa, lara, kemiskinan, kebodohan dan keterpurukan. Caranya?
Pertama, suka atau tidak suka, Indonesia harus punya tenaga nuklir untuk perdamaian, seperti Iran yang sedang merisntis. Atau seperti negara besar lainnya yang benar-benar punya nuklir tanpa ada kata untuk perdamaian. Pokonya harus punya, seperti AS, Rusia, Cina, India, Pakistan, Esrail dan lain sebagainya. Negara besar di era nuklir ya harus punya nuklir, agar punya kekuatan yang tersembunyi, hingga negara lain bila ingin memporakporandakan Indonesia, mikir seribu kali, karena Indonesia punya nuklir! Entah bagaimana cara, ini urusan para ilmuwan kita untuk bisa mewujudkannya, walau mungkin akan banyak yang menentang, tapi seperti Iran, mereka jalan terus dan terus membangun proyek nuklirnya, walau sudah dihalang-halangi oleh negara AS dan sekutunya.