Mohon tunggu...
Syaripudin Zuhri
Syaripudin Zuhri Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar sampai akhir

Saya senang bersahabat dan suka perdamaian. Moto hidup :" Jika kau mati tak meninggalkan apa-apa, maka buat apa kau dilahirkan?"

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

7 Alasan Tulisan Tak Dibaca Orang

8 Oktober 2014   15:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:54 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1412732386618293764

[caption id="attachment_327893" align="aligncenter" width="320" caption="Tulis dulu, dibaca kemudian. Jangan menangis dulu, siapa tahu ada yang baca kemudian. Ilustrasi: pangeranmenulis.blogspot.com "][/caption]

Begitu derasnya arus informasi di internet, sehingga boleh dibilang informasi apa saja ada, dari satu sumber "embah" google saja anda bisa mencari jutaan bahkan milyaran info yang mau diketahui dari berbagai bahasa di dunia dan hebatnya gratis! Sekarang apa saja bisa dicari informasinya, bahkan konon google sedang menyiapkan data informasi yang mundur berabad-abad lalu, sebuah kerjaan yang bukan main-main.

Untuk itu tidak heran bila dari milyaran data yang ada di dunia internet, dengan modal HP cerdas di genggaman tangan bisa menjangkau ke ribuan kilo meter berita dan dapat berita mundur ke belakang yang tak terjangkau oleh masa dan waktu yang hanya sedikit dialami oleh manusia, berapa sih umur manusia? Kalau mau diambil rata-rata paling panjang ya 100 tahun atau seabad! Jadi dengan usia yang sangat terbatas, manusia bisa menjelajah dunia masa lalu, masa kini dan masa depan dengan mengakses informasi di internet, luar biasa!

Maka jangan heran, bila tulisan anda tidak semua orang membacanya, bukan orang tidak mau membaca, tapi memang begitu banyak arus informasi, sehingga dibutuhkan prioritas yang sangat tinggi untuk membaca sebuah artikel pendek, apa lagi artikel panjang yang berhalam-halaman, yang membutuhkan waktu panjang untuk membacanya. Dan jangan lupa, tulisan di media sosial ternyata membuat "alergi" pihak-pihak tertentu untuk membacanya, bahkan banyak yang sudah tak mau membaca koran atau majalah, karena dirinya atau lembaga tempatnya bekerja tak habis-habisnya mendapat kritikan dari masyarakat luas, akhirnya banyak yang "tutup kuping" alias "tutup mata" untuk berita, jadilah sebuah tulisan atau berita menjadi hampa, tanpa pembaca!

Bukan salah tulisan anda, bukan karena tulisan anda kurang menarik atau tulisan anda tak membawa informasi apa-apa, tapi memang begitu banyak informasi, sehingga lagi-lagi perlu skala prioritas, apa lagi kalau melihat tulisan yang asal tulis, ya sudah bablas! Jangan heran, bila sebuah tulisan seseorang tak ada yang baca, jangankan tulisan di media sosial, tulisan seorang pakar yang memang sudah ahli dibidangnyapun nyaris tak ada yang membaca, bukan karena tulisan itu tak menarik, tapi lagi-lagi arus informasi dunia internet begitu banyak, nyaris tak terbatas.

Jadi mengapa sebuah tulisan tak ada yang baca? Banyak faktornya, dan itu sudah banyak ditulis oleh teman-teman. Kalau mau diurut sebuah tulisan tak dibaca sebagai berikut:

Pertama, judulnya yang tidak menarik minat pembaca. Jadi memang sebuah judul tulisan ibarat tubuh adalah kepalanya, wajahnya, kalau wajahnya sudah tak menarik, apa boleh buat, maka sepanjang apapun tulisan tersebut tak akan dibaca orang. Jadi judul memang membuat orang paling tidak "melirik" sebuah tulisan. Makanya sampai-sampai banyak orang yang membuat judul aneh-aneh untuk menarik pembaca, repotnya yang laku judul yang berbau "gituan". Mau coba, silahkan aja tulis tentang" gituan"  wah pasti diserbu pembaca.

Kedua, tidak aktual. Ini juga perkara yang tidak kecil, misalnya sekarang lagi ramai orang membicarakan tentang pemilihan ketua MPR, tapi yang ditulis tentang sesuatu yang jauh dari hal-hal yang aktual, ya sudah itu tulisan bisa hanya numpang lewat. Yang aktual saja belum tentu dilirik, apa lagi yang sudah out date, ya maaf saja, begitu mungkin di pikiran pembaca.

Ketiga,  penulisnya tak dikenal. Nah inipun perlu perjuangan untuk memperkenalkan diri kepada pembaca luas. Penulis terkenal saja,  tulisannya tidak serta merta dibaca orang, apa lagi penulis yang tak dikenal, bisa-bisa dikatakan oleh yang baca, buang-buang waktu, wah kan repot. Jadi mana dulu, terkenal dulu atau nulis dulu? Ya bisa salah satunya, bisa dua-duanya. Kalau sudah terkenal, biasanya kalau nulis akan diserbu pembaca, tapi biasanya yang terkenal justru tak sempat menulis, sepertinya dilema. Sedangkan yang sempat nulis, tapi tak dikenal, begitulah dunia.

Keempat, asal tulis. Nah yang inipun membuat sebuah tulisan menjadi kehilangan makna, lalu buat apa dibaca, kalau sebuah tulisan asal tulis, sehingga pembaca tidak mendapat informasi atau tidak mendapat tambahan pengetahuan apa-apa  dari apa yang dibacanya, kasihankan pembacanya. Maka dengan tulisan yang asal tulis membuat sebuah tulisan tak dibaca, loh yang benar-benar menulis saja belum tentu dibaca, apa lagi tulisan asal-asalan, ya mohon maaf saja, hanya numpang lewat.

Kelima, penulisnya tak disukai. Nah yang ini berhubungan dengan perasaan sipembaca, karena pembaca juga manusia, nah manusia punya perasaan. Maka bila melihat sebuah tulisan dan tulisan sudah dikenal penulisnya dan penulisnya tak disukai, ya biasanya tulisan itu juga tak dibaca, walaupun tulisan itu menarik dan penuh dengan informasi pengetahuan. Sama seperti sebuah koran atau majalah yang dikenal sangat anti pemerintah, maka yang menjadi pegawai pemerintahpun enggan membaca tulisan tersebut!

Keenam, sudah begitu banyak informasi pada bidang yang sama. Boleh dikatakan bisa mencapai titik jenuh. Nah ini yang repot, kalau pembaca sudah mencapai titik jenuh, susah obatnya. Apa lagi kita tahu, sekarang ini minat membaca di Indonesia begitu rendah, sehingga yang terjadi semacam ini: informasi bergerak semacam deret ukur, 1,2,4,8,16, 32, 64 dan seterusnya, sedangkan yang baca seperti deret hitung, 1,2,3,4,5,6 dan seterusnya. Maka dengan pola seperti itu, antara informasi dan pembaca, pembaca selalu teryinggal jauh di belakang dibandingkan informasi, maka jangan heran bila tulisan begitu banyak, tapi yang baca begitu sedikit.

Ketujuh, tulisan tersebut tak bermanfaat. Ini yang disebut tulisan sampah, repotkan? Sudah capek-capek menulis, kemudian hanya menjadi sampah di dunia internet, banyak tapi dibuang orang! Tulisan yang tak bermanfaat adalah tulisan yang tak membawa informasi, pengetahun, wawasan dan lain sebagainya. Dengan demikian tulisan tersebut menjadi tak berguna, karena tak bermanfaat atau tak menginsfirasi pembacanya, jadinya sia-sia.

Banyak faktor lain lainnya yang menyebabkan sebuah tulisan tak dibaca orang, misalnya lagi, tulisan tersebut bertel-tele, panjang tapi tak ada isinya, tulisan tersebut tak membawa pesan apa-apa, tulisan itu hanya semacam curhat tentang dirinya sendiri, bukan tentang masyarakat luas dan lain sebagainya. Jadi bila tulisan anda mau dibaca orang, ya jangan pesimis, terus saja menulis dengan niat berbagi, jikapun tidak dibaca saat ini, masih ada waktu di hari-hari mendatang. Jangan lupa, tulisan anda tak dibaca orang, tidak kiamat! Jadi teruslah menulis, selagi dunia belum kiamat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun