Mohon tunggu...
Syaripudin Zuhri
Syaripudin Zuhri Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar sampai akhir

Saya senang bersahabat dan suka perdamaian. Moto hidup :" Jika kau mati tak meninggalkan apa-apa, maka buat apa kau dilahirkan?"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

5 Cara Moskow Mengurai Kemacetan

23 Februari 2015   22:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:39 689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_352635" align="aligncenter" width="600" caption="Jalan Seperti ini di Moskow akan didapati di hari libur biasa, Sabtu atau Minggu dan dihari-hari libur nasional mereka. Foto: Syaripudin Zuhri."][/caption]

Jakarta masih macet?

Jangan ditanya!

Jakarta masih banjir?

Jangan ditanya!

Jakarta masih semrawut?

Jangan ditanya!

Mungkin begitu kalau terjadi dialog singkat tentang macet, banjir, dan kesemrawutan! Untungnya Dan Brown penulis novel " Inferno" dan mega best seller " The Davinci Code" tidak pernah datang ke Jakarta, kalau dia sempat datang ke Jakarta, pasti Jakarta akan mendapat gambaran yang sangat buruk dan keburukannya akan "abadi", karena akan masuk di dalam novelnya yang dibaca sekian ratusan juta manusia di seluruh dunia! Kok bisa? Itu dialami oleh negara tetangga kita di Utara, Filipina.

Ibu kota Filipina, Manila, masuk dalam novel terbarunya Dan Brown "Inferno" yang akan segera difilmkan dengan bintangnya Tom Hank. Jadi gambaran buruk Manila akan terus ada selama novel tersebut dibaca orang. Positifnya memang Manila dikenal dunia, namun negatifnya, Manila dikenal sebagai ibu kota yang buruk, kumuh dan lain sebagainya. Apa jadinya kalau Dan Brown masuk ke Jakarta dan masuk ke daerah-daerah kumuh, "habis" kita di mata Internasional.

Pengantar panjang ini tak lain untuk mengingatkan kembali kepada Ahok, dengan sikap arogannya, tak bisa mengatasi banjir, kemacaten dan kesemrawutan Kota Jakarta. Karena Ahok bukan merangkul orang, tapi banyak mencari musuh. Itu yang bisa dilihat dengan kasat mata sepak terjang Ahok sebagai Gubernur. Terakhir Ahok ribut di depan kantornya, dengan sengan pengacara, yang kalau dilihat adalah waganya juga. Mengapa tak diajak masuk ke dalam kantor dan diselesaikan di dalamnnya, hingga tidak menampakkan Ahok sedang marah-marah, terlepas dari Ahok saat itu benar. Bukankah lebih elok di dalam kantor diselesaikannya, ketimbang menjadi tontonan masyarakat, jangan lupa, Ahok sekarang sudah gubernur, seorang pemimpin itu harus bijak di sana, di sini, dan bukan preman!

Untungnya Ahok benar dan tidak korupsi serta jujur dalam skala gajinya yang dilaporkan melalui web pribadinya. Salut buat Ahok, dan terlepas dari itu semua, mari saya ajak Anda ke Moskow, ibu kota Rusia, yang mungkin bisa saja dijadikan rujukan untuk menata Jakarta. Inilah cara yang dilakukan Moskow untuk mengurai kemacetan, banjir dan kesemrawutan sebuah ibu kota negara.

Pertama, hukum ditegakkan. Ini yang paling penting dan paling utama dari sebuah ibu kota negara! Bila tidak ditegakkan hukum, apa pun bentuk peraturan, perundang-undangan dan seminar dengan hasil makalah yang berjilid-jilid, tak akan ada artinya. Bahkan di Indonesia sampai keluar anekdot: "kalau makalah hasil seminar dijilid dan ditumpuk, tingginya sudah sampai ke langit, tapi impilikasinya nol".

Makanya bila kemacetan ingin diatasi, banjir ingin diuaraikan dan kesemrawutan akan dihilangkan, tegakkan hukum, dan hukum tak pandang bulu, karena hukum bukan ayam atau  kucing yang beda bulunya! Bila hukum ditegakkan maka kemacetan akan segera teratasi, dan itu sudah dilakukan di Moskow. Lihat hasilnya, Moskow sekarang lebih lengang, kemacetan kronis jarang terjadi lagi, walau di hari kerja! Bahkan kalau di hari libur biasa, Sabtu dan Minggu, Moskow seperti "kota mati" di jalan-jalan sepi, termasuk jalan protokol.

Kedua. Di setiap jalan di Moskow, terutama di jalan-jalan raya atau jalan besar, bukan gang, disediakan mesin otomatis pembayaran parkir! Pembayaran parkir otomatis dengan kartu elektronik, seperti kartu ATM Bank. Jadi tanpa tukang parkir, pembayaran parkir langsung masuk ke kas pemerintah! Dengan demikian mesin pembayaran otomatis ini sekaligus memberantas korupsi, karena uang kas tidak beredar di antara pemilik mobil dengan tukang parkir! Jadi uang parkir bukan beredar di antara tukang parkir, tapi langsung masuk ke mesin milik pemerintah, dengan sendirinya tak akan muncul istilah mafia parkir.

Lalu bagaimana kalau ada pemilik mobil yang bandel, sudah parkir tapi tidak mau bayar? Gampang! Di mana-mana sudah disediakan CCTV, yang memantau seluruh jalan yang disediakan mesin pembayaran parkir tersebut. Jadi polisi tinggal memanggil atau menilang pemilik mobil, dengan bukti yang tersedia di layar CCTV tersebut.

Dan Polisi di Moskow juga tegas, kebanyakan tak kenal kompromi, sampai-sampai kalau terjadi kecelakaan atau tabrakan, kendaraan itu dibiarkan begitu saja di tengah-tengah jalan sampai polisinya datang! Polisinya "bertangan maut", tegas tanpa ampun bagi yang bersalah. Namun bagi yang tak bersalah, polisinya akan turun tangan dan tak segan-segan membantu membantu mendorong mobil yang mogok!

Ketiga, memasang CCTV di jalan raya. Jadi jangan heran bila Anda di jalan tanpa ada polisi atau di perempatan jalan tanpa ada lampu lalu lintasnya! Benar-benar dilatih kejujuran dan kesabaran, karena ketika di perempatan tanpa ada lampu lalu lintasnya, hanya kesabaran dan toleransi yang menyebabkan arus tetap berjalan lancar. Kalau yang ada hanya egois atau hanya memikirkan diri sendiri, maka di perempatan tadi akan macet total, karena tidak ada yang mau mengalah!

Hebatnya lagi di perempatan tanpa lampu lalu lintas tadi, dibiarkan tanpa polisi berdiri atau mengawasi perempatan tadi! Luar biasa. Tapi jangan coba-coba melanggarnya, CCTV siap menjadi saksi dan saksi itu ampuh untuk menggiring pelanggar lalu lintas ditilang! Nah cara pembayaran tilang pun sudah dibuat mudah sedimikian rupa, agar pemilik mobil tidak membuang-buang waktu dan tenaga untuk mambayarnya di kantor pengadilan. Pemilik mobil cukup membayar di mesin ATM yang beredar di setiap sudut kota moscow. Mantap.

Keempat membuat garis kuning dan skat-skat berupa beton dalam bentuk setengah lingkaran, bentuk kotak, yang diletakkan di tempat yang tak boleh parkir atau dibuat penghalang otomatis! Jadi kalau ada sopir yang nekat, ya silahkan tabrak sekat beton tadi dan benper siap-siap penyok! Untuk yang garis kuning kelihatannya sederhana, tapi karena hukum ditegakkan, para pemilik mobil tak akan berani parkir yang di pinggir jalan tersebut diberikan garis kuning yang memanjang, sepanjang garis larangan parkir tersebut.

Di mana garis kuning itu berada? Biasanya di sekitar depan kantor kedutaan-kedutaan di Moskow, di tempat ibadah, masjid atau gereja, atau di depan-kantor pemerintahan yang dianggap "rawan" kalau ada mobil parkir. Jangan lupa "bom mobil", ini yang menginspirasi, tak boleh mobil tak dikenal parkir di depan kantor yang dianggap rawan. Lalu mengapa di depan tempat ibadah juga ada garis kuning? Ini penghormatan bagi orang yang sedang beribadah dan jangan bunyikan klakson, tanpa ada simbol gambar terompet yang disilang! Jadi sudah dianggap mengerti dan tahu diri, bahwa bunyi klakson mengganggu orang yang sedang beribadah, luar biasa!

Kelima, membentuk kesadaran berlalu lintas sejak dini. Inilah hasil pendidikan tersebut, sejak dini anak-anak sudah diajak bersosialisasi tentang berlalu lintas, jadi banyak permainan yang dibuat untuk mengajarkan anak tentang lalu lintas, terutama di musim panas. Selanjutnya bila sudah dewasa, mereka terbiasa dengan taat aturan berlalu lintas dan mereka akan menyadari sepenuhnya, bila punya mobil harus punya SIM.

Pengendara mobil tak akan bisa punya SIM (Surat Izin Mengemudi) tanpa adanya tes pihak Kepolisian. Jadi tak akan ditemukan SIM "tembakan".  Jadi yang punya mobil benar-benar sudah hasil test di kantor kepolisian dan bila sudah dapat SIM, enjoy, karena berlakunya 10 tahun! Jadi Anda bisa sampai bosen melihat SIM sendiri, karena ga ganti-ganti.

Sekarang di Moskow banyak jalan raya yang sebelumnya untuk jalanan mobil, berubah menjadi untuk pejalan kaki dan bersepeda. Ruang terbuka untuk jalan sore-sore, apa lagi di musim panas, begitu mengasyikkan. Anda berada di jalan raya, namun bebas dari mobil dan penghormatan pada pejalan kaki begitu tinggi!

Maka jangan heran pula kalau Anda melihat penyeberang jalan di Moskow, yang bila menyeberang tanpa tengak-tengok ke kiri atau ke kanan, mereka "lenggang kangkung" tanpa takut disumpah serapahi oleh pemilik mobil! Pejalan kaki seperti berjalan di jalan "nenek moyangnya" sendiri, dan ini benar, kalau-kalau terjadi sesuatu, sang sopir yang salah, pejalan kaki tidak akan disalahkan! Begitulah Moskow menghormati pejalan kaki.

Itulah lima hal cara Moskow menguraikan kemacetan di Moskow, dan Jakarta bisa belajar dari Moskow. Sebenarnya banyak cara lainnya kalau mau diuraikan panjang lebar, salah satunya dengan membuat kereta bawah tanah (Metro/Subways), monorel, tremways atau kendaraan-kendaraan publik lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun