Mohon tunggu...
Vira TaniaSavana
Vira TaniaSavana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

halooo, saat ini saya sedang sibuk dengan aktivitas-aktivitas yang bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dasar-dasar Pendidikan Ki Hajar Dewantara

9 Maret 2024   20:18 Diperbarui: 9 Maret 2024   20:52 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Koneksi Antar Materi Folosofi Pendidikan Topik 2

Pertanyaan Pemantik 

  1. Apa yang Anda percaya tentang peserta didik dan pembelajaran di kelas sebelum Anda mempelajari topik ini?
  2. Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari topik ini?
  3. Apa yang dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas Anda merefleksikan pemikiran KHD?

Jawab :

  • Sebelum saya mempelajari topik ini saya beranggapan bahwa pembelajaran disekolah adalah proses untuk memberikan ilmu kepada anak didik berupa penyampaian materi yang dilakukan dengan metode ceramah, dan menganggap bahwa setiap anak mempunyai minat  dan kemampuan yang sama dalam belajar yakni ‘harus paham’ ketika guru menyampaikan materi.
  • Setelah mempelajari topik ini, saya paham bahwa pengajaran dan pendidikan adalah dua hal yang berbeda tetapi dalam tujuan yang sama.  Pengajaran termasuk dalam pendidikan. Hal ini berarti dalam pendidikan yang diartikan sebagai proses memberi tuntunan kepada anak untuk menumbuhkan potensi dirinya sesuai dengan kodrat alam dan zaman dimana anak itu berada. Menurut pemikiran KHD, setiap anak itu unik dan mempunyai karakteristik berbeda, jadi kemampuan maupun minat anak dalam belajar tidak bisa diratakan dan tidak bisa disamakan.
  • Setelah mempelajari topik ini, saya akan menerapkan pembelajaran yang berpusat pada anak, lebih memperhatikan anak dan memahami kondisi setiap anak di kelas. Hal ini bertujuan untuk menggali minat dan memahami kemampuan setiap anak serta menerapkan pembelajaran berdiferensiasi yang dapat membuat anak aktif, berpartisipasi dan berkolaborasi serta sigap dalam memberikan respon terhadap anak.

Ceritakan (konstruksikan kembali) proses pembelajaran dan suasana kelas yang mencerminkan pemikiran KH Dewantara secara konkret sesuai dengan konteks lokal sosial budaya di kelas dan sekolah Anda. 

Jawab :

Proses pembelajaran dan suasana kelas yang ada di sekolah tempat saya PPL, sudah mulai terlihat dan mencerminkan pemikiran Ki Hajar Dewantara. Di kelas 6, Guru sudah memperhatikan dan memahami karakteristik anak dengan mengelompokkan tempat dudul sesuai dengan kemampuannya, tempat duduk siswa dikelompokan berdasarkan tes diagnostik yang dilakukan guru kelas sehingga dalam satu kelompok terdapat anak dengan beragam kemampuannya. Setelah melakukan wawancara dengan guru kelas, beliau menjelaskan dengan mengelompokkan tempat duduk anak seperti ini, terlihat sekali berubahannya, yakni anak dapat melakukan diskusi dengan baik sehingga dapat mengeluarkan berbagai pendapatnya, selain itu anak yang awalnya belum berani kedepan kelas untuk presentasi berubah menjadi berani kedepan kelas walaupun untuk membuka salam saat diskusi. Hal ini sesuai dengan pemikiran KHD yakni setiap anak berbeda karakteristiknya dan juga setiap anak unik, guru telah manyadari hal tersebut sehingga diciptakannya kelompok-kelompok duduk agar anak dapat leluasa berdiskusi dengan teman-temannya. Pembelajaran dalam konteks lokal sosial budaya juga tercermin di sekolah, seperti adanya mata pelajaran mulok bahasa Jawa Serang, hal ini terbukti bahwa pihak sekolah dan pemerintah sudah mulai menanamkan kearifan lokal daerahnya sendiri agar tetap dilestarikan dan diaplikasikan, serta nilai-nilai gotong royong juga tersermin dalam kegiatan piket kelas, menghias kelas, serta bekerjasama dalam menjaga kebersihan sekolah.

Selain itu, beberapa kegiatan (acara) kearifan lokal yang ada di daerah Banten mulai berakar di sekolah-sekolah terutama di Daerah Banten, seperti Panjang Mulud, Rampak bedug, dan lain sebagainya, kegiatan tersevut memiliki beberapa nilai-nilai kebudayaan seperti menghargai, kerjasama, gotong royong dan melatih kreativitas serta tanggung jawab.

Dari beberapa hal diatas, dapat disimpulkan bahwa sekolah sudah menerapkan proses pembelajaran dengan mencerminkan pekikiran KH Dewantara sesuai dengan konteks sosial budaya didaerah.

Mulai Dari Diri 

Ki Hajar Dewantara adalah ‘Bapak Pendidikan’ yang ada di Indonesia yang telah banyak memberikan kontribusi untuk sistem pendidikan di Indinesia. Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya pengajaran dengan memperhatikan keunikan dan kebutuhan setiap individu peserta didik. Selain itu, pendidikan bukan hanya mencakup pemberian materi berupa pengetahuan saja tetapi juga melibatkan pengembangan karakter peserta didik.

Pemikiran Ki Hajar Dewantara sudah mulai diaplikasikan kedalam konteks pendidikan di Indonesia saat ini seperti kebabasan belajar sesuai minat dan bakat, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif dan kritis dalam pembelajaran karena guru bukan lagi sebagai satu-satunya sumber belajar dan tentunya mengajar bukan hanya tentang mengirimkan ilmu tetapi pembentukan karakter. Sebagai calon guru, pemikiran Ki Hajar Dewantara dapat diaplikasikan bukan hanya untuk memerdekakan murid tetapi untuk memerdekakan gurunya juga.

Eksplorasi Konsep 

“Pemikiran Ki Hajar Dewantara”

Pengajaran adalah proses pendidikan untuk memberi ilmu atau (transfer ilmu) kepada peserta didik, sedangkan Pendidikan yaitu memberi tuntunan kepada anak untuk mengembangkan potensi yang dimiliki sesuai kodratnya.

Dasar-dasar pendidikan yang menuntun :

  • Pendidik hanya menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.
  • Kekuatan sosio kultural menjadi prose yang mendalam bagi kekuatan kodrat alam/

Kodrat alam dan Zaman

  • Kodrat Alam : sifat dan bentuk dimana anak berada. Hal ini dapat diartikan sebagai dalam proses pembelajaran, sebagai pendidik harus menyadari ‘anak ada dimana?’ pembelajaran seharusnya dapat mengetahui dan memahami kodrat alam anak yang berada di Indonesia dan pahami latar belakang anak seperti apa.
  • Kodrat Zaman : isi dan irama, hal ini dapat diartikan bahwa proses pembelajaran harus disesuaikan dengan zaman anak berada, ‘bagaimana dunia sekarang’ yang pada prosesnya menyesuaikan teknologi dan lain sebagainya.

Ki Hajar Dewantara juga menekankan bahwa kekuatan sosial budaya yang beragam dapat menjadi kekuatan alam dan kodrat zaman dalam mendidik. Dan sebagai pendidik tidak hanya memperhatikan pengetahuan akademik saja, melainkan menumbuhkan karakter anak (budi pekerti). Menurut pemikiran KHD, Keluarga adalah tempat utama dalam melatih budi pekerti

Budi pekerti :

Cipta (Kognitif) – Karsa (Afektif) – Karya (Psikomotor)

Pendidik harus mampu memahami kodrat murid yang sadar dan mampu memikirkan, memahami, merasakan, berempati, berkehendak dan bertindak agar murid dapat berefleksi mendapatkan pengalaman bermakna sehingga murid merdeka, berakal, budi pekerti untuk menentukan jati dirinya.

Ruang Kolaborasi 

Ki Hajar Dewantara (KHD) menekankan bahwa pendidikan tidak lepas dengan nilai kebudayaan. Peserta didik harus dituntun sesuai dengan kodrat alam dan zamannya. KHD juga mengingatkan bahwa pengaruh dari luar harus didaring dan tetap mengutamakan kearifan lokal sosial budaya Indonesia.

Kekuatan Ki Hajar Dewantara yang sudah banyak diterapkan sesuai dengan nilai-nilai sosial budaya :

  • Gotong Royong dan kerjasama
  • Keanekaragaman Budaya
  • Hormat dan Tanggung jawab terhadap guru
  • Pendidikan Karakter
  • Keterbukaan terhadap Inovasi.

Kearifan lokal budaya yang ada di berbagai wilayah di Indonesia dapat dijadikan untuk menebalkan laku peserta didik di kelas atau sekolah sesuai dengan konteks sosial budaya. Misalnya di Daerah Banten terdapat kegiatan panjang mulud, Rampak Bedug, Rebutan Bumi, dan lain sebagainya yang didalamnya terdapat nilai-nilai sosial budaya.

Demonstrasi Kontekstual 

Ki Hajar Dewantara merupakan tokoh pendidikan yang terkenal karena pemikiran-pemikirannya mengenai pendidikan. Beliau disebut ‘Bapak Pendidikan’ di Indonesia karena berperan penting dalam pembangunan sistem pendidikan di Indonesia.

Strategi dalam mewujudkan pemikiran Ki Hajar Dewantara “Pendidikan yang Berpihak pada Anak” :

  • Pentingnya memahami kondisi dan potensi peserta didik. Setiap anak itu unik dan mempunyai potensi serta minat yang berbeda. Pentingnya dalam memahami kodrat alam dan zaman dimana anak berada.
  • Memberikan anak kebabasan dan perpartisipasi aktif dalam pembelajaran. guru bukanlah satu-satunya sumber pengetahuan, dan peserta didik memiliki peran aktif dalam mengkonstruksi pemikirannya sendiri. guru memberi ruang kepada peserta didik untuk berdiskusi, bertanya dan bereksplorasi
  • Membangun metode pembelajaran yang beragam. penggunaan metode pembelajaran yang beragam dan menyesuaikan kebutuhan peserta didik. melalui pembelajaran berdiferensiasi guru dapat memilih metode yang sesuai dengan gaya belajar anak dan dapat merespons setiao murid dengan baik.
  • Membangun lingkungan belajar yang inklusif dan bermakna. inklusif memungkinkan peserta didik merasa lebih diterima dan dihargai, dan lingkungan belajar yang bermakna yakni memberikan pembelajaran yang relevan dan dikaitkan dengan pengalaman hidup mereka.

Elaborasi Pemahaman 

Pemikiran KHD mengenai “Pendidikan yang berhamba pada anak” yang dapat diartikan sebagai murid adalah bahwa setiap murid memiliki karakteristik yang berbeda, kemampuan, minat dan perkembangannya. Sebagai pendidik, guru harus fokus terhadap kebutuhan belajar anak yang bervariasi dan beragam. Hal ini mempunyai arti bahwa guru mengabdi kepada keinginan murid, guru memiliki tanggung jawab terhadap perkembangan muridnya karena pendidikan sejatinya ada;ah pelayanan untuk membantu tumbuh kembang anak untuk berpikir kritis, kreatif dan memiliki daya saing.

Sebagai pendidik, hendaknya dapat menjadi mentor dan panutan. Guru bukan lagi sebagai satu-satunya sumber belajar anak, melainkan sebagai fasilitator yang dapat membangun hubungan positif kepada muridnya untuk belajar dengan semangat. Guru juga harus menghargai keunikan setiap individu  muridnya, guru berusaha untuk memahami dan menghargai kebutuhan serta gaya belajar siswanya. Selain itu, sebagai pendidik dapat menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, dimana setiap anak merasa diterima dan didukung serta menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi semua murid.

Vira Tania Savana

PGSD B
PPG Prajabatan Gelombang 1 Tahun 2024
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun