Mohon tunggu...
Viral Tangerang
Viral Tangerang Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Cerdas Mengabarkan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kritik 20 Tahun Kepemimpinan Kabupaten Tangerang Dibawah Dinasti Iskandar

14 September 2024   22:03 Diperbarui: 14 September 2024   22:03 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kritik 20 Tahun Kepemimpinan Kabupaten Tangerang dibawah Dinasti Iskandar/dokpri

SELAMA dua dekade, Kabupaten Tangerang berada dibawah kepemimpinan dinasti Iskandar, sebuah kekuasaan politik yang terus menerus di wariskan dalam satu keluarga.

Kini, muncul pertanyaan yang menggema di kalangan masyarakat dan aktivis: Maju atau Mundur? Apakah Kabupaten Tangerang telah berkembang maju atau justru tertinggal di bawah dinasti politik yang sama selama 20 tahun ini?

Sejumlah aktivis mahasiswa menilai bahwa di bawah kepemimpinan keluarga Iskandar, Kabupaten Tangerang mengalami stagnasi dalam berbagai sektor.

Meskipun beberapa wilayah elit seperti BSD City menikmati kemajuan pesat, banyak daerah di Kabupaten Tangerang yang masih terjebak dalam ketertinggalan, terutama dalam bidang transportasi umum, infrastruktur dasar, pendidikan, dan layanan kesehatan.

Salah satu kritik terbesar adalah minimnya perkembangan transportasi umum. Selama 20 tahun, pemerintah daerah belum berhasil menyediakan jaringan transportasi umum yang memadai bagi masyarakat.

Padahal, kota-kota tetangga seperti Kota Tangerang dan Tangerang Selatan telah berinvestasi besar-besaran dalam pengembangan transportasi publik.

Ketidak merataan pembangunan ini dirasakan sangat nyata, di mana kawasan elit berkembang pesat sementara wilayah pedesaan masih jauh dari infrastruktur dasar yang memadai.

Selain itu, sektor pendidikan di Kabupaten Tangerang masih menghadapi tantangan besar. Banyak sekolah di daerah pedesaan yang kekurangan fasilitas, sehingga mempengaruhi kualitas pendidikan yang diterima siswa.

Angka putus sekolah pun tetap menjadi masalah serius yang belum tertangani dengan baik. Aktivis mahasiswa menilai, kurangnya perhatian pemerintah terhadap pembangunan pendidikan adalah salah satu dampak negatif dari sistem politik dinasti, di mana prioritas pembangunan sering kali tidak merata.

Kesehatan masyarakat juga tidak luput dari kritik. Akses ke layanan kesehatan yang memadai masih minim, terutama di daerah pinggiran. Banyak warga yang harus menempuh perjalanan jauh untuk mendapatkan perawatan medis yang layak karna RSUD yang di bangun sekitar belum memadai peralatan medisnya.

Kondisi ini menunjukkan bahwa program kesehatan belum menjadi prioritas utama selama dua dekade terakhir.

Di sisi lain, tingkat pengangguran di Kabupaten Tangerang masih relatif tinggi. Para aktivis menilai, kurangnya peluang kerja dan program pemberdayaan masyarakat menyebabkan meningkatnya angka pengangguran, khususnya di kalangan pemuda.

Mereka mengkritik pemerintah daerah yang dinilai lebih fokus pada pembangunan fisik di beberapa wilayah tertentu, namun kurang memperhatikan pemberdayaan ekonomi masyarakat secara keseluruhan padahal daerah ini sering disebut kota seribu satu industri.

Dengan 20 tahun di bawah satu keluarga, aktivis mempertanyakan apakah Kabupaten Tangerang telah berkembang sesuai dengan potensi dan harapan masyarakat, atau justru tertinggal dibandingkan daerah-daerah tetangga yang lebih dinamis.

Mereka mengajak masyarakat untuk lebih kritis dalam menilai perkembangan daerah ini dan mempertanyakan apakah dinasti politik benar-benar membawa manfaat bagi rakyat atau justru memperlambat kemajuan daerah.

*Penulis: Azis Patiwara aktivis mahasiswa Kabupaten Tangerang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun