PUBG, game produksi perusahaan teknologi raksasa Cina- Tencent memang bisa membuat siapapun kecanduan, tak terkecuali asisten rumah tangga.
Awal Cerita ART Kecanduan PUBG
Sedikit cerita mundur, ARTku ini awalnya hanya punya smartphone "biasa" yang RAMnya hanya 512MB. Dengan smartphone itu jenis hiburan yang dia konsumsi hanya FB, status WA, dan Youtube, dan mungkin game-game kecil yang enggak membutuhkan banyak ruang penyimpanan.
Setelah beberapa bulan kerja, aku mulai iseng saranin dia untuk beli smartphone baru yang lebih bagus. Harapanku sih sebenarnya biar dengan HP yang lebih bagus dia bisa mengunduh lebih banyak aplikasi yang bermanfaat. Dan benar saja, dia mulai mengunduh Duolingo, aplikasi untuk belajar bahasa asing. Well, cukup semangat dia belajar Bahasa Inggris selama 2 minggu pertama. Namun setelah itu, semangat itu hilang entah kemana.
Nah setelah belajar Duolingo tidak lagi menyenangkan buatnya, dia mulai mengunduh game PUBG, dan memainkannya di setiap ada kesempatan. Tidak hanya sampai di situ, dia juga senang menonton Youtube untuk melihat aksi orang-orang yang merekam permainan mereka dan mungkin memberikan tips cara bermain yang "benar".
Dampak Buruk Ketika ART Bermain PUBG
Masalahnya mulai muncul, game ini memberikan banyak sekali dampak buruk yang tidak menyenangkan. Aku melihat ini dari sudut pandang majikan ya:
- Kalau dia sudah main PUBG itu lupa semuanya, saking fokusnya dengan permainan, dipanggil 5x baru dia nyahut. Kan kesel ya.
- Saat dia sedang kesal dengan sesuatu dia mulai sering mengeluarkan kata-kata yang kasar, dan aku rasa dia mempelajarinya dari kebiasaan mendengarkan gamer-gamer di Youtube. Walaupun tentu saja dia enggak pernah ngomong seperti itu ke aku, tapi tetap saja mendengarnya sangat risih.
- Dia jadi lebih malas karena inisiatif jadi berkurang, mengingat setiap waktu yang ada sebisa mungkin untuk bermain game, bukan untuk menawarkan diri mengerjakan pekerjaan lain yang bisa memberi nilai tambah.
Kebetulan di rumah aku mengijinkan dia menggunakan WiFi karena aku tahu dia butuh hiburan, dia pengguna internet, dan dia tentu perlu menghubungi sanak famili di kampungnya. Sekaligus juga agar dia lebih bisa menghemat pengeluarannya untuk pulsa.Walaupun kenyataannya, internet di rumah lebih banyak dia gunakan untuk bermain game perang tsb.
Setelah melihat beberapa keburukan main game ini yang merugikan aku (dan pastinya juga merugikan dia namun dia enggak sadar), aku segera mengambil tindakan preventif.
Cara Termudah Memblokir Game PUBG
Aku mengunduh aplikasi keluaran Google: Family Link, dan menyuruh dia juga untuk mengunduhnya. Dengan aplikasi tersebut, aku bertindak sebagai orang tua (parent) untuk smartphone yang dipegang oleh dia.
Dengan statusku sebagai parent-nya, aku punya kendali penuh terhadap smartphonenya. Selain bisa membatasi penggunaan aplikasi, aku juga bisa membatasi penggunaan data, dan waktu penggunaan device. Selain itu, aku juga bisa tahu lokasi dia berada jika dia bepergian.
Awalnya aku hanya membatasi waktunya saja. Dia hanya boleh bermain sampai jam 11 malam. Sebelum aturan ini aku terapkan, dia bisa bermain PUBG sampai jam 2 malam! Bayangkan setiap pagi jam 5 aku harus membangunkan dia untuk mulai bekerja, kan enggak lucu.
Waktu berjalan, dan ternyata dampak buruknya masih ada. Kalau dipanggil enggak langsung nyahut karena sedang asyik "nembak-nembak". Selain itu, anakku yang usianya hampir setahun dan masih perlu diawasi kalau sedang aktif merangkak atau belajar berdiri juga jadi sering terabaikan karena dia kerja sambil main game. Jadi aku terapkan aturan ke-2, dia hanya boleh main saat anak tidur.
Sudah 2 aturan berlaku, namun ada dampak buruk lain yang masih saja mengganggu. Dia tidak peduli dengan sekitar dan rasa sungkannya hilang. Sering sekali aku menemukan dia tetap dengan smartphonennya saat aku dan anak-anak bermain di ruang keluarga. Dia ada di tempat yang sama dengan kami, tapi tetap saja dia asyik menonton Youtube tutorial PUBG (iya dia tidak lagi main game saat anak-anak terjaga karena aku sudah menerapkan aturan ke-2). Namun tetap saja, menonton di HPnya seolah tidak ada siapa-siapa di sana, tidak ada anak-anak yang seharusnya diajak bermain bersama.
Selain itu, saat anak-anak tidur dan dia bebas bermain. Tetap saja dengan santai dia meneriakkan umpatan-umpatan kecil saat asyik bermain. Aku tidak suka ada yang berisik ketika anak-anak tidur, karena mereka sangat sensitif dengan suara.
Akhirnya aku menerapkan aturan terakhir, aku blokir PUBG dari HPnya dan aku katakan padanya: aku sudah blokir PUBG dari HPmu, dan kamu enggak boleh lagi main game itu selama kamu kerja di sini. Titik.
Diterbitkan ulang dari blog parenting pribadi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI