Call Me By Your Name (2017) merupakan sebuah film Romace Drama garapan Luca Guadagnino yang diadaptasi dari novel dengan judul yang sama.
Film ini berlatar pada musim panas tahun 1983 di bagian Utara Italia. Oliver (24) memutuskan untuk meminta bantuan dalam penulisan naskah studinya dan menetap di rumah profesor arkeolog-nya yang merupakan ayah dari Elio (17) selama musim panas tersebut. Di sinilah cerita antara Oliver dan Elio dimulai.
Lalu bagaimana cara Elio menyadari dan menerima perasaannya terhadap Oliver? simak analisis berikut!
Teori Psikoanalisis Sigmund Freud
Sigmund Freud menyatakan bahwa perilaku manusia ditentukan oleh kekuatan irrasional yang tidak disadari oleh dorongan biologis dan dorongan naluri psikoseksual tertentu.
Menurutnya, mental seseorang seperti sebuah gunung es yang sebagian besar tersembunyi. Kesadaran manusia diibaratkan seperti puncak kecil gunung es yang terlihat. Sedangkan alam bawah sadar manusia merupakan bagian bawah gunung es yang besar dan tidak terlihat.
Dalam teori psikoanalisis Sigmund Freud, sebagian besar perilaku manusia dipengaruhi oleh kekuatan dari alam bawah sadar. Teori ini menyatakan bahwa kita memiliki tujuan untuk melindungi diri kita dari keinginan yang berupa kesenangan, kita melakukan hal ini dengan menjaga gagasan tersebut di luar kesadaran dan menyimpannya di dalam unconscious.Â
Selain itu, Freud juga menyatakan tiga (3) sistem kepribadian manusia yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain yaitu id, ego, dan superego.Â
Id merupakan komponen kepribadian yang paling mendasar. Id bersifat ingin memuaskan segala keinginan dan berorientasi pada kesenangan.
Ego merupakan kepribadian yang bertentangan dengan Id. Ego bersifat logis dan mengendalikan dorongan Id yang berorientasi pada kesenangan.
Superego merupakan penengah dan bertugas sebagai pencetus keputusan antara Id dan Ego. Superego berorientasi pada nilai-nilai seperti moral, etika, dan agama.
Dalam buku Film Studies of Dummies juga dikatakan bahwa "Psychoanalytic film theory is a way to uncover the hidden meaning from a text and a means of understanding the complex processes of film spectatorship"
Kajian Psikoanalisis Film Call Me By Your Name (2017)
Dalam film ini diceritakan bahwa awalnya, Elio tidak terlalu menyukai Oliver karena sikap arogannya saat mereka bermain voli bersama.
Hal ini juga terlihat saat Elio tidak bersedia memainkan piano sesuai keinginan Oliver, namun pada akhirnya Elio memainkannya juga. Adegan ini juga dapat diartikan sebagai sisi kekanakan Elio yang masih berusia 17 tahun dan godaannya terhadap Oliver.
Ada beberapa adegan yang menggambarkan tumbuhnya perasaan Elio terhadap Oliver. Diawali dengan close up shoot pada wajah Elio yang terlihat tidak senang saat Oliver menari dengan perempuan di sebuah pesta.
Kemudian Id Elio merespon pemandangan tersebut dengan ikut menari bersama dengan pacarnya, Marzia. Permainan 'saling membuat cemburu' ini berlanjut hingga keesokan harinya saat Elio bercerita kepada orang tuanya bahwa Ia hampir bersetubuh dengan pacarnya semalam. Yang kemudian dibalas Oliver dengan mencium perempuan yang menari dengannya semalam.Â
Pada titik ini, Elio masih menyangkal perasaannya terhadap Oliver, karena sebagai seseorang dengan latar belakang Jewish, homoseksualitas merupakan tindakan tidak terpuji. Adegan-adegan mesranya bersama Marzia juga menandakan penolakan atas perasaannya terhadap Oliver.
Berkembangnya hubungan Elio dan Oliver terus terlihat dengan mereka yang memutuskan untuk berdamai dan semakin sering menghabiskan waktu bersama. Hingga tiba di adegan dimana Elio mengajak Oliver ke sebuah sungai terpencil yang sering didatangi Elio.
Dalam adegan tersebut Elio berkata "This is my spot, its all mine". Kita dapat menginterpretasikan adegan ini sebagai penerimaan Elio atas Oliver untuk masuk ke hidupnya, serta jati dirinya yang baru.
Hal ini juga dapat dilihat saat Ia mengaku kepada Ibu dan Ayahnya bahwa Ia menyukai Oliver. Namun penyangkalan atas seksual orientasinya terus berlanjut saat Ia memutuskan untuk berhubungan badan dengan Marzia. Meskipun begitu, Elio terus memikirkan Oliver dan tidak bisa fokus kepada Marzia.
Akhirnya Elio berbuhungan badan dengan Oliver dan dalam momen tersebut, Oliver berkata " Call me by your name and i'll call you by mine". Dialog yang dapat diartikan sebagai cinta yang hanya terbentuk di antara mereka berdua.
Adegan tersebut juga merupakan jawaban dan kesadaran sepenuhnya bahwa Elio menyukai Oliver. Meskipun begitu, mereka harus berpisah karena sudah tiba waktunya bagi Oliver untuk pulang.Â
Perpisahan antara Elio dan Oliver ditandai dengan sebuah pelukan, tanpa bertukar satu kata pun. Adegan yang menggambarkan kesedihan yang begitu dalam.
Dua tahun berlalu tanpa kabar dan kabar pertama yang ia dapat dari Oliver adalah bahwa Oliver akan segera menikah melalui sebuah panggilan telepon. Panggilan tersebut berakhir dengan mereka yang saling memanggil satu sama lain dengan nama mereka, seperti dahulu saat mereka bersama.
Film ini diakhiri dengan Elio yang duduk didepan sebuah perapian sembari menangis yang kemudian dipecahkan dengan Ibu Elio yang memanggilnya.
Ada satu komentar penonton yang menggambarkan ending scene ini dengan sangat baik, yaitu "Until his mom called him 'Elio' he was Oliver".
Konflik identitas yang dialami oleh Elio bersumber dari kehadiran Oliver di hidupnya, dan kepercayaan (Jews) yang sudah Ia anut seumur hidupnya.
Daftar Pustaka
Novenia, M. (2019). ELIO'S DEFENSE MECHANISMS IN CONCEALING HIS HOMOSEXUALITY IN ANDR ACIMAN'S CALL ME BY YOUR NAME (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA).
Cateridge, J. (2015). Film studies for dummies. John Wiley & Sons.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H