Mohon tunggu...
Violet Kosuma
Violet Kosuma Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

yasuda

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Peduli Sesama

28 Januari 2024   19:50 Diperbarui: 1 Februari 2024   07:46 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

    Matahari pagi yang begitu terik perlahan terbit dari timur dan menghiasi hari baru penuh misteri. Waktu berjalan begitu cepat sampai-sampai aku tak sadar, kini sudah berada di bangku SMA. Banyak orang bilang bahwa masa SMA merupakan masa yang paling indah, aku percaya itu. Namun banyak juga pengalaman menyakitkan yang aku lewati. Tetapi dari sini aku dapat belajar untuk lebih tegas dalam mengambil keputusan dan dapat berfikir lebih jauh agar tidak mengecewakan banyak orang. 

   Tahun ajaran baru dengan lingkungan dan orang-orang yang berbeda, tentunya aku harus kembali beradaptasi lagi. Bukan kebetulan angkatan kami menjadi angkatan pertama yang menggunakan "Kurikulum Merdeka". Yang harus kalian tau, menggunakan kurikulum merdeka bukan berarti kita sudah merdeka. Malahan beban kami bertambah banyak, kami harus mempelajari semua mata pelajaran yang ada di sekolah. Bukan hanya itu, kami sebagai pelajar kurikulum merdeka mendapat 1 tugas lagi yaitu "P5". 

   P5 merupakan singkatan dari Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, yang merupakan kegiatan kokurikuler berbasis projek yang dirancang untuk menguatkan upaya pencapaian kompetensi dan karakter. Satu semester sudah aku lewati di kelas X dan satu proyek P5 sudah aku kerjakan. Setelah libur panjang, sekarang tiba saatnya aku kembali masuk ke sekolah, kembali bertemu dengan proyek P5 yang baru. 

   Sebenarnya aku ragu, takut, dan juga bingung. Aku takut tidak dapat memaksimalkan diriku di proyek kali ini, tapi aku mengingat pesan ibuku bahwa tidak boleh menjadi orang yang pesimis, tetapi aku harus opstimis bahwa aku dapat menjalani proyek ini dengan baik. Pagi hari aku bangun dalam keadaan masih ngantuk, aku ingin melanjutkan kembali tidurku tapi aku tahu bahwa sebentar lagi harus berangkat ke sekolah.pelajaran yang akan dipelajari sungguh membuatku malas untuk pergi ke sekolah ditambah lagi ada P5, kenapa? guru mata pelajaran yang masuk hari ini menurutku sangat menyebalkan. Bukan hanya omongan saja, tetapi memang betul-betul menyebalkan.

    Aku mempersiapkan diriku kemudian sarapan dan langsung berangkat ke sekolah, aku takut dihukum jika terlambat. Menurutku beban hidupku sudah banyak, tidak perlu aku tambah lagi dengan melakukan hal bodoh seperti datang terlambat ke sekolah. Menjalani hari-hari di sekolah seperti biasanya, mengikuti proses pembelajaran dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan, tidak ada yang special menurutku. Saat pembelajaran P5, Kami seluruh siswa kelas X disuruh pergi ke pendhapa. 

    “Dalam benakku aku berkata,huhh... entah proyek apa lagi yang dibebankan" aku tahu, tidak baik jika terus-terusan mengeluh tetapi aku merasa begitu lelah ketika mejalani semua secara bersamaan menjadi anak asrama yang tinggal jauh dari orang tua, harus terus belajar untuk meningkatkan nilai, ditambah lagi dengan tugas-tugas P5 yang diberikan. 

   Kami semua berkumpul di pendhapa dan duduk sesuai dengan kelas masing-masing. Saat itu, bu risma yang merupakan fasilitator menjadi pemandu sosialiasi p5 kami. Temanku yang bernama dendi sangat berisik, dia tidak bisa duduk tenang dan mendengarkan apa yang bu risma katakan kepada kami. aku yang duduk didepannya pun menergurnya. 

   "hehh dendi kok berisik banget si, udah tau ada guru yang jelasin di depan kok masih kaya gitu. kamu bukan anak kecil lagi ya, harusnya udah bisa ngontrol diri sendiri". 

   dendi membalas dengan ketus "apaan sih, lu mending diem deh, gausah banyak bacot". 

   Aku yang sudah capek dengan dendi pun hanya diam dan tidak membalasnya lagi. Kami duduk di pendhapa cukup lama, sekitaran sejam untuk mendengarkan tentang proyek P5 yang ke-2. Ternyata proyek P5 yang kedua ini mengambil tema "Kebhinekaan global" yang dimana tugas yang diberikan berkaitan dengan pulau-pulau yang ada di Indonesia. Pembagian pulau diundi, dan kelas kami mendapatkan pulau sulawesi. Insting ku ternyata benar pulau sulawesi yang akan kami dapatkan, biasalah cewek ga pernah salah. Aku dan teman-temanku kembali ke kelas dan mendiskusikan tentang pembagian panitia untuk proyek kali ini. Bu risma yang merupakan fasilitator P5 dan juga sebagai wali kelas kami memimpin berlangsungnya diskusi kelas. Aku ditunjuk sebagai Ketua untuk proyek P5 yang kedua ini, bukan sengaja karena aku memang berasal dari daerah tersebut. Tanggung jawab besar sudah diberikan bagiku, tentunya aku harus siap dengan sengala sesuatu yang akan terjadi kedepannya. Disitu aku dan teman-temanku memikirkan bersama apa yang akan kami tampilkan untuk pentas nanti.

   "Bagaimana kalau saat pentas nanti kita gabungkan semua adat dari masing-masing daerah yang masuk ke dalam sulawei" tanyaku kepada teman-temanku.

   "nah ide bagus tuh! yuk sama-sama kita kelola ide kita kedalam sebuah pentas" kata riana.

    Ada banyak masukan dari teman-temanku, aku dan teman-teman panitia kemudian mengolahnya menjadi sebuah jalan cerita. 

  "awalnya ada tarung sarung antara 2 pria, untuk mendapatkan 1 wanita impian nya. Setelah diadakannya tarung sarung tersebut, akan ada 1 pria yang menang dan kemudian mereka akan melakukan upacara adat, upacara adat itu merupakan acara adat yang dilakukan sebelum melakukan resepsi pernikahan. Di tengah-tengah resepsi pernikahan yang berlangsung akan ada penampilan tarian khas dari daerah toraja. Pernikahan yang diakan ini masih sangat melekat dengan kebudayaan-kebudayaan daerah sehingga para hadirin yang datang juga menggunakan baju adat daerah masing-masing. Kami akan mengadakan fashion show untuk memperlihatkan baju-baju adat dari masing-masing daerah yang ada di sulawesi. Bukan kebetulan jika di kelas kita banyak banget yang multi talenta sehingga akan dibuatkan band untuk mendukung penampilan pentas kelas. Diakhir akan ada tarian bersama dari semua siswa kelas kami" penjelasan sebagai ketua kepada teman-teman kelas.

    Bu risma dan teman-teman sudah menyetujui tentang penampilan dan alur pementasan ini sehingga kami pun sudah mulai untuk mengadakan latihan rutin setiap minggu pada saat pembelajaran P5. Selama 2 bulan full kami berlatih untuk proyek p5 yang ke-2 ini, tiba saatnya latihan terakhir sebelum liburan. Seharusnya semua siswa kelas kami datang, tapi ada saja yang membuat tidak datang sehingga membuat latihan kami yang terakhir ini menjadi tidak maksimal. Dendi, itulah siswa kelas kami yang membuat latihan terakhir ini menjadi kurang maksimal. Tentunya aku sebagai ketua harus bertanggung jawab akan hal ini, aku terus menerus coba untuk menghubungi dendi tapi tidak ada satupun jawaban yang dia berikan kepadaku. Semua orang terdekatnya sudah ku hubungi satu per satu.

Percakapan WhatsApp aku dan dendi

aku: woyy cepetan dateng kesini

aku: setidaknya kalo ga dateng, kasih alasan yang jelas

aku: jangan main ngilang gitu aja, kamu ambil bagian penting loh di band

aku: jangan nyusahin!!

2 Panggilan tak terjawab

   Aku menunggu jawaban dari dendi, tapi tak kunjung ada jawaban darinya. Aku sudah mengupayakan berbagai macam cara untuk menghubunginya tetapi tak ada jawaban darinya, akhirnya aku berinisiatif memberi tahu kepada bu risma. Bu risma kemudian memyuruhku untuk sabar karena bu risma akan menanyakan keberadaan dendi.

Percakapan WhatsApp Bu risma dan Ibu dendi

Bu risma: Selamat siang ibu, apakah bisa menghubungi dendi bu? Siang ini ada jadwal latihan terakhir untuk P5, tetapi dendi tidak ada di sekolah. Saya sudah coba untuk menghubunginya tetapi nomernya ga aktif.

Ibu dendi: Selamat siang bu, ohiya dendi katanya izin untuk P5 bu.

Bu risma: Dendi sama sekali tidak izin ke saya dan teman-teman nya bu. Dia izin ke siapa ya?

Ibu dendi: Tadi dia bilang ke saya bu tapi saya lupa untuk mengabarkan ke ibu, maafin dendi ya bu

Bu risma: Baik bu, ini kasihan teman-temannya yang sedang latihan dan mempersiapkan properti.

   Yaaa begitu kira-kira percakapan bu risma dan ibu dendi. Setelah membaca percakapan itu dalam benakku "yah ibu dan anak sama-sama tidak supportive" tapi yasudah lah ya mau gimana lagi, semua sudah terjadi. Tak lama kemudian, Hpku kembali berdering. notif dari dendi bermunculan di Hpku

Percakapan aku dan dendi

dendi: siapa yang nyusahin kamu

dendi: siapa yang nyuruh kamu ngurusin aku

aku:bu risma yang nanyain kamu, lagian buat apa aku susah-susah nyariin kamu kalo bukan karna bu risma dan latihan kelas

dendi: Kalo memang kerepotan gausah dicari, simple kan?

aku: emang ngerepotin makanya aku nyarinya dibantu bu risma

aku: kaya anak kecil si, harus dicari-cari padahal udah gede. ga malu?

   Begitu kira-kira percakapanku dengan dendi di WhatsApp. Aku dan teman-temanku kemudian melanjutkan latihan dan membuat properti tanpa dia. Ternyata itu bukan menjadi masalah besar bagi kami, kami dapat mengatasi hal itu dengan cukup mudah. Dari pengalaman tersebut aku dapat menyimpulkan bahwa ternyata tidak semua orang dapat sesuai dengan apa yang kita harapkan dan kita harus sadar akan apa yang menjadi tugas dan tenggung jawab kita. Kita yang sudah tergabung di dalam satu tim, harus selalu mengedepankan kepentingan tim dibalik kepentingan pribadi karena jika tidak banyak orang yang akan kita rugikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun