Pola didik yang tampaknya bermanfaat pada permukaannya, terbukti berdampak negatif karena menurunkan kemampuan anak untuk mengambil cara yang sesuai pada waktu yang tepat. Terjebak dalam kesulitan menerima kegagalan atau kritik, sehingga mereka cenderung menyalahkan faktor eksternal saat menghadapi masalah. Afirmasi yang asal terucap, tidak mendidik anak menjadi lebih kuat, melainkan menumbuhkan kerapuhan psikologis yang membuat mereka lebih rentan terhadap tekanan.
Melepas untuk membentuk
Dalam perspektif kebijakan sosial, lembaga-lembaga, seperti Komnas HAM, Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), dan KPAI memiliki peran strategis dalam menciptakan keseimbangan antara perlindungan hak anak dan kesempatan bagi anak untuk tumbuh mandiri. Menurut Ketua LPAI (Kak Seto), yang disebut Sahabat Anak, orang tua tidak hanya berperan sebagai pendidik, tetapi juga sebagai pendamping yang mampu memahami perasaan dan kebutuhan anak.
Penekanan bahwa orang tua harus mampu memahami kapan harus melindungi dan kapan harus memberi ruang bagi anak untuk menghadapi tantangan. LPAI, misalnya, dapat bekerja sama dengan sekolah untuk memberikan seminar dan pelatihan kepada orang tua mengenai pentingnya keseimbangan antara proteksi dan pengembangan karakter mandiri. Dengan cara ini, diharapkan orang tua tidak lagi terlalu cepat melaporkan tindakan disiplin dari pendidik yang sebenarnya bertujuan positif.
Layaknya pepatah yang mengatakan, “Akar yang kuat tidak tumbuh dari tanah yang lembut,” anak-anak butuh ruang untuk belajar bertanggung jawab dan merasakan tantangan, agar tumbuh mandiri dan tangguh. Biarkan mereka jatuh dan bangun, dengan orang tua sebagai pendamping setia di setiap langkahnya. Jika anak diberikan perlindungan sekaligus kesempatan untuk bertumbuh, maka kelak generasi muda akan menjadi individu yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga kuat dalam menghadapi berbagai tantangan hidup di masa depan.
Penulis : Vio Anantadeva 12-7 / 33
Sumber:
Suharto, E. (2021). "Peran kebijakan perlindungan anak dalam konteks pendidikan di Indonesia." Jurnal Kebijakan Sosial dan Pembangunan, 8(4), 45-61.
Universitas Gadjah Mada (UGM). (2022). Self-Esteem and Resilience: The Psychological Impact of Overvalidation in Adolescents. Yogyakarta: UGM Press.
Universitas Indonesia (UI). (2023). "The impact of parental overprotection on child resilience in school settings." Journal of Child Development and Education, 12(1), 34-49.