Mohon tunggu...
Vio Alfian Zein
Vio Alfian Zein Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pendidikan Sosiologi FIS UNJ

Hanya seorang mahasiswa yang gemar menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Circle atau Lingkar Pertemanan pada Kelompok Remaja dalam Kajian Sosiologi Pemuda

20 Oktober 2021   12:40 Diperbarui: 20 Oktober 2021   12:44 1666
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar tentang pertemanan. Gambar: Duy Pham di unsplash.com

Oleh: Vio Alfian Zein

(Mahasiswa Pendidikan Sosiologi FIS UNJ)

Jika satu dekade kebelakang kita tentu mengenal istilah geng-gengan, atau yang bagi anak STM/SMK lebih familiar dengan istilah "Barisan Siswa" atau lebih dikenal basis. 

Beberapa tahun belakangan ini kita sudah jarang mendengar kedua istilah tersebut, dan istilah yang lebih familiar saat ini adalah circle atau dapat disebut juga Sirkel, jika dilihat melalui cara penyebutannya. 

Meskipun memiliki istilah dan penyebutan yang berbeda, namun secara pengertian mereka serupa, yaitu sama-sama kelompok pergaulan yang diisi oleh kalangan remaja. Dalam kajian sosiologi pemuda circle diklasifikasikan sebagai clique atau klik. Klik merupakan kelompok remaja yang memiliki keintiman tinggi antar anggota-anggota kelompoknya. 

Dalam satu klik sendiri biasanya hanya berisikan 4-6 orang remaja, namun pada kasus paling banyak dalam satu klik dapat mencapai hingga 12 remaja. Menurut Davies dalam (Salkind, 2008: 149) klik dapat terbentuk karena adanya kesamaan karakteristik antar anggota-anggotanya, seperti usia, jenis kelamin, status sosial, serta saling berbagi ketertarikan dan aktivitas.

Disinilah konsep yang harus diperhatikan dalam setiap individu, bahwa karakteristik antar anggota-anggota dalam klik itu serupa, konsep kesamaan ini yang terkadang membuat suatu individu terbalik dalam memaknainya. 

Banyak kasus remaja malah tidak mencari klik yang sesuai dengan karakterisitiknya, namun malah memaksa untuk mengubah karakteristiknya agar dapat menyesuaikan dengan klik yang ia mau.

Dengan terbentuknya kelompok, maka akan terbentuk pula norma kelompok. Yang dimaksud dengan norma kelompok ialah pedoman-pedoman yang mengatur perilaku atau perbuatan anggota kelompok (Walgito, 2003: 89). 

Disinilah konformitas klik terbentuk, suatu aturan dapat mengubah sikap dan perilaku individu agar dapat sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Norma dalam klik sendiri bersifat cair, yakni mengikuti dan sesuai dengan karakteristik anggota-anggotanya.

Seperti contoh jika dalam suatu klik berisi individu-individu yang memiliki karakteristik gemar berbelanja barang-barang mahal, maka klik tersebut memiliki norma yang tidak tertulis yang mewajibkan setiap individu harus memiliki karakteristik hedonis. Begitupula sebaliknya, jika klik diisi individu-individu yang gemar olahraga maka norma-norma yang ada akan berkaitan tentang seputar olahraga.

Hal lain yang perlu kita ketahui adalah bahwa norma dan aturan yang ada dalam klik tidak mengenal baik atau buruk. Artinya adalah selama itu perilaku tersebut merupakan suatu karakteristik dari klik, maka hal tersebut dapat dibenarkan oleh anggota-anggota klik tersebut, sekalipun norma tersebut menyimpang dari aturan masyarakat luas. 

Dan selama itu merupakan norma yang berlaku dalam klik, anggota-anggotanya dituntut untuk memenuhi tuntutan konformitas tersebut tidak peduli benar atau salah.

Saat berada di masyarakat jika kita memenuhi aturan yang ada tentu akan dianggap menyimpang dan layak untuk dikuhum sesuai ketentuan yang ada, hal tersebut tentunya juga dapat terjadi di dalam klik. 

Walaupun jika melanggar aturan dalam klik tidak akan menerima hukuman pidana, namun kita tetap akan menerima hukuman sosial seperti dicibir, dijauhi, atau menjadi korban gibah oleh anggota klik yang lainnya.

Masalah utamanya saat kita sudah masuk ke dalamnya, maka akan terasa sangat sulit untuk keluar atau lepas dari klik tersebut. Alasan utama mereka untuk sulit lepas adalah mereka tidak ingin kehilangan teman dan khawatir akan menyendiri.

Arndt (2018) dalam tulisannya yang berjudul The Fear Being Alone menyatakan bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk takut akan kesendirian. Arndt juga menambahkan beberapa alasan mereka takut sendiri adalah karena merasa kosong dan bosan dalam menjalankan rutinitas saat sendirian, dan mereka juga takut jika terus-menerus menyendiri hingga hari tua.

Ketakutan akan kesendirian inilah yang membuat beberapa individu yang telah merasa tercemplung, memaksakan segala daya upaya untuk tetap berada di klik tersebut. Yang menjadi masalahnya adalah mereka melakukan hal tersebut tanpa memikirkan dampak kedepannya akan bagaimana, sehingga terkadang perilaku mereka tidak hanya merugikan diri sendiri namun juga orang lain.

Hal tersebut banyak terjadi di sekitaran lingkungan kita, seperti anak-anak remaja yang relah berhutang sana-sini dan merengek kepada orang tuanya untuk dibelikan motor merek Vespa untuk kebutuhan sunmori. 

Bahkan saking seringnya kasus tersebut, sampai melahirkan stigma di media sosial bahwa setiap remaja yang memiliki motor merek Vespa adalah hasil merengek dari orang tua.

Mencari circle atau klik yang terlampau positif juga sangat tidak disarankan. Memang klik yang positif tentunya akan baik akan pengembangan pribadi, namun kita juga perlu sadar akan bahaya toxic positivisty alias terlalu berlebihan dalam memaksa diri untuk melakukan hal yang positif mendorong diri sendiri ke arah yang lebih baik memang bagus, namun jika dipaksa terus menerus akan malah berdampak buruk bagi kita sendiri. 

Seperti jika tergabung dalam klik yang gemar membahas politik namun kita sendiri tidak paham akan politik tentu kita akan nyambung dalam pembicaraan. Saat kita berusaha untuk memahami politik, namun kita malah menjadi insecure karena merasa ilmu kita tidak ada apa-apanya dibandingkan mereka. 

Jika Hal tersebut terus berlangsung dapat berdampak negatif pada diri kita sendiri, karena malah melahirkan sifat pesimistis karena sering membanding-bandingkan kita dengan orang lain. 

Hal tersebut tentunya sangat berdampak negatif kepada tubuh dalam hal kesehatan fisik maupun mental. Kecemasan berlebih yang membuat tidak nyaman tentunya dapat mengganggu rutinitas sehari-hari.

Carilah circle atau klik yang memang sesuai dengan karakteristik yang sama dengan diri kita. Untuk itu sebelum kita pusing dalam memikirkan klik atau circle, kita wajib untuk mengenali dan berani jujur tentang diri kita sendiri.

Memilih teman yang sesuai dapat berdampak positif terhadap diri kita, karena mereka juga dapat menjadi pendukung atau support system bagi kita dalam menjalani kehidupan sehari-hari

Daftar pustaka

Ully, C. U. 2012. Latar Belakang Terbentuknya Clique The Allay's dan Faktor-Faktor yang Mendorong Kekohesifan antar anggotanya. JPPP-Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, 1(1), 153-163.

Steinhoff, A., & Keller, M. 2020. Pathways from childhood sociomoral sensitivity in friendship, insecurity, and peer rejection to adult friendship quality. Child development, 91(5), e1012-e1029.

Arndt, Karin. 2018. The Fear Being Alone dalam https://www.psychologytoday.com/us/blog/hut-her-own/201804/the-fear-being-alone (Diakses 20 Oktober Pukul 8.32)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun