Seperti contoh jika dalam suatu klik berisi individu-individu yang memiliki karakteristik gemar berbelanja barang-barang mahal, maka klik tersebut memiliki norma yang tidak tertulis yang mewajibkan setiap individu harus memiliki karakteristik hedonis. Begitupula sebaliknya, jika klik diisi individu-individu yang gemar olahraga maka norma-norma yang ada akan berkaitan tentang seputar olahraga.
Hal lain yang perlu kita ketahui adalah bahwa norma dan aturan yang ada dalam klik tidak mengenal baik atau buruk. Artinya adalah selama itu perilaku tersebut merupakan suatu karakteristik dari klik, maka hal tersebut dapat dibenarkan oleh anggota-anggota klik tersebut, sekalipun norma tersebut menyimpang dari aturan masyarakat luas.Â
Dan selama itu merupakan norma yang berlaku dalam klik, anggota-anggotanya dituntut untuk memenuhi tuntutan konformitas tersebut tidak peduli benar atau salah.
Saat berada di masyarakat jika kita memenuhi aturan yang ada tentu akan dianggap menyimpang dan layak untuk dikuhum sesuai ketentuan yang ada, hal tersebut tentunya juga dapat terjadi di dalam klik.Â
Walaupun jika melanggar aturan dalam klik tidak akan menerima hukuman pidana, namun kita tetap akan menerima hukuman sosial seperti dicibir, dijauhi, atau menjadi korban gibah oleh anggota klik yang lainnya.
Masalah utamanya saat kita sudah masuk ke dalamnya, maka akan terasa sangat sulit untuk keluar atau lepas dari klik tersebut. Alasan utama mereka untuk sulit lepas adalah mereka tidak ingin kehilangan teman dan khawatir akan menyendiri.
Arndt (2018) dalam tulisannya yang berjudul The Fear Being Alone menyatakan bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk takut akan kesendirian. Arndt juga menambahkan beberapa alasan mereka takut sendiri adalah karena merasa kosong dan bosan dalam menjalankan rutinitas saat sendirian, dan mereka juga takut jika terus-menerus menyendiri hingga hari tua.
Ketakutan akan kesendirian inilah yang membuat beberapa individu yang telah merasa tercemplung, memaksakan segala daya upaya untuk tetap berada di klik tersebut. Yang menjadi masalahnya adalah mereka melakukan hal tersebut tanpa memikirkan dampak kedepannya akan bagaimana, sehingga terkadang perilaku mereka tidak hanya merugikan diri sendiri namun juga orang lain.
Hal tersebut banyak terjadi di sekitaran lingkungan kita, seperti anak-anak remaja yang relah berhutang sana-sini dan merengek kepada orang tuanya untuk dibelikan motor merek Vespa untuk kebutuhan sunmori.Â
Bahkan saking seringnya kasus tersebut, sampai melahirkan stigma di media sosial bahwa setiap remaja yang memiliki motor merek Vespa adalah hasil merengek dari orang tua.
Mencari circle atau klik yang terlampau positif juga sangat tidak disarankan. Memang klik yang positif tentunya akan baik akan pengembangan pribadi, namun kita juga perlu sadar akan bahaya toxic positivisty alias terlalu berlebihan dalam memaksa diri untuk melakukan hal yang positif mendorong diri sendiri ke arah yang lebih baik memang bagus, namun jika dipaksa terus menerus akan malah berdampak buruk bagi kita sendiri.Â