Beberapa waktu yang lalu ada lagu yang viral di Tik-Tok dan berbagai macam media sosial:
"Begitu syulit lupakan Reyhan..." Silahkan diteruskan sendiri, hehe...
Pertanyaan yang sama juga dapat kita ajukan ketika mendengar kata "Filsafat":
"Begitu sulitkah Filsafat itu?"
Jawabannya: tergantung bagaimana cara kita menyampaikannya. Atau kalau konteksnya di bangku kuliah, tergantung bagaimana cara kita mengajarkannya.
Dulu dosen saya pernah berkata: "Ilmu yang kamu miliki akan berguna jika kamu bisa menyampaikannya dengan bahasa yang paling sederhana dan dimengerti oleh semua orang, sampai yang menengah ke bawah." Hal yang sama juga berlaku dengan Filsafat. Filsafat itu akan bermakna dan berguna bagi hidup manusia, jika semua orang bisa memahaminya dan menerapkannya dalam kehidupan nyata.
Kadang kala orang enggan belajar Filsafat karena menganggap Filsafat itu sulit. "Hidup sudah sulit, kenapa harus dipersulit lagi," demikian kira-kira pandangan orang pada umumnya. Namun, saya mau menawarkan cara belajar Filsafat yang mudah, santai, tapi mendalam alias bermakna.
Apa sih tips-tipsnya belajar Filsafat yang mudah itu?
- Baca Novel Dunia Sophie karya Jostein Gaarder. Coba deh membaca Novel Filsafat ini, dijamin pasti ketagihan untuk belajar Filsafat. Dalam Novel ini Filsafat disajikan dalam bentuk cerita, menarik, menantang dan pastinya mengajak kita untuk berpikir secara lebih mendalam.
- Rajin bertanya. Filsafat lahir karena orang mau bertanya dan mencari jawaban yang benar dari semua peristiwa hidup yang ia jumpai dan alami setiap hari. So, jangan malu bertanya, walaupun anak muda zaman now mengatakan, "Kamu nanya? Kamu bertanya-tanya?" Karena ketika kita berhenti bertanya, maka kita juga akan berhenti untuk berpikir dan mencari kebenaran.
- Baca Artikel Filsafat. Tips ketiga tidak kalah mudahnya. Kamu tinggal baca aja setiap artikel filsafat yang ada di Kompasiana ini. Saya berusaha menyajikan Filsafat dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh semua kalangan masyarakat. Filsafat di sini bukan Filsafat yang sulit dan rumit, tapi Filsafat Santai. Kamu bisa berfilsafat sambil ngopi, merokok, atau duduk-duduk di warung. Kamu  sudah siap berfilsafat? Mari kita mulai.
Pada mulanya peradaban manusia dipenuhi dengan mitos. Mitos lahir karena rasa heran dari manusia akan segala sesuatu yang ada di bumi ini. Manusia bertanya akan asal usul segala sesuatu. Mereka berusaha untuk menemukan jawaban tersebut. Pada zaman dulu, bahkan sekarang juga, mitos-mitos sudah memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang hidup dalam hati manusia: "Dari mana dunia kita? Dari mana kejadian-kejadian dalam alam? Apa sebab matahari terbit, lalu terbenam lagi?" Melalui mitos-mitos, manusia mencari keterangan tentang asal usul alam semesta dan tentang kejadian-kejadian yang terjadi di dalamnya.
Mitologi yang terkenal adalah mitologi Yunani. Tokoh-tokoh yang terkenal dalam mitologi Yunani adalah Hesiodos, Orpheus, dan Pherekydes dari Syros. Orang-orang Yunani tersebut menjelaskan asal usul segala sesuatu yang ada di dunia ini melalui dua mitos, yakni: mitos kosmogonis (asal usul alam semesta) dan mitos kosmologis (asal usul serta sifat kejadian-kejadian dalam alam semesta).
Mitos memberikan jawaban yang sangat mistis dan tidak masuk akal. Penjelasan mitos ini berbau dewa-dewi dan alam-alam yang tidak diketahui oleh manusia. Misalnya, dalam menjelaskan fenomena pelangi. Bagi masyarakat Yunani yang tradisional, pelangi adalah seorang dewi yang bertugas sebagai pesuruh bagi dewa-dewa lain.
Dari sisi lain, mitologi menjadi perintis jalan bagi lahirnya filsafat. Orang-orang berusaha mengerti segala sesuatu. Namun, mitologi rupanya tidak memberikan jawaban yang memuaskan bagi manusia. Mitologi dianggap tidak masuk akal. Manusia berusaha untuk mencari jawaban yang lebih masuk akal.
 Sekitar abad ke-6 sebelum Masehi muncullah pemikiran yang sama sekali berbeda dengan penjelasan mitos. Sejak saat itu, orang-orang mulai mencari jawaban-jawaban yang masuk akal tentang peristiwa yang terjadi di alam semesta. Logos (akal budi) menggantikan mitos. Dengan demikian filsafat dilahirkan.
Tokoh filsuf yang menjadi perintis lahirnya filsafat adalah Thales. Thales (624-546 SM) mengawali babak baru dalam sejarah filsafat Barat Kuno dengan memberikan jawaban yang tidak mitologi atas pertanyaan: "Apakah prinsip dasar segala sesuatu?" Ia menjawab, "Air adalah Prinsip awal."
Alasan mengapa Thales memilih air sebagai prinsip dasar dari segala sesuatu yang ada, karena menurut dia, semua yang ada di dunia ini berasal dari air dan semuanya kembali lagi menjadi air. Air memiliki berbagai bentuk, yakni: cair, beku, dan uap. Selain itu, bahan makanan dan benih semua makhluk hidup juga mengandung air. Â
Penjelasan Thales menarik untuk disimak. Ia menjelaskan prinsip segala sesuatu dengan jawaban yang masuk akal dan dapat diterima dengan akal sehat. Mitos telah ditentang oleh Thales. Ia tidak menjelaskan segala sesuatu berasal dari dewa-dewi, melainkan dari air. Air merupakan sesuatu yang nyata, dapat dilihat dan dirasa. Thales juga berhasil membuktikan, bahwa air terdapat dalam segala sesuatu, misalnya dalam tubuh makhluk hidup, tanah, dan lain sebagainya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H