Mohon tunggu...
Vinsensius Koesadhitya Mathew
Vinsensius Koesadhitya Mathew Mohon Tunggu... Lainnya - Siswa

Bahasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Asam Manis

23 Maret 2024   09:35 Diperbarui: 23 Maret 2024   09:55 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

                     Asam Manis
Vinsensius Koesadhitya Mathew

Siswa SMA Seminari Mertoyudan

 "Pasar Paing, Pasar Paing" teriak Yudhi seraya memberikan pengumuman pada
para penumpang. "Iya Pak, berhenti" balas seorang pria berambut putih. Tepat di
depan pasar, bus berhenti dan menurunkan bapak tersebut. Setelah itu bus kembali di
pacu menuju tujuan akhir. "Masih berapa?" tanya Muhidin yang sedang berada di
balik kemudi sembari menghisap sebatang rokok. "Sebentar lihat datanya dulu, masih
ada lima semua turun di garasi". Setelah beberapa menit menggilas aspal dari Pasar
Paing, bus pun tiba di garasi akhir dan menurunkan semua penumpang yang tersisa.

Semin, begitulah kata yang terpampang di spanduk garasi bus tersebut."Jo
kemarin di Kendal itu gerimis, dan wiper bus ku rusak" seru Yudhi pada Joko si
mekanik andal. "Ok, langsung aku perbaiki","Sip" jawab Yudhi singkat. Kemudian
Yudhi menghampiri Muhidin, sahabatnya yang sedang memasang hiasan stiker pada
kaca depan armada mereka. "Gimana bagus ga?" tanya muhidin, "Bagus, ini sesuai
dengan trayek bus kita, Semin-Kutabumi" balas Yudhi. Ya, sticker yang dipasang
Muhidin adalah gambar belalang dengan latar bumi dan diatari gedung-gedung
perkotaan. Usai memasang Sticker, mereka langsung membersihkan diri dan sarapan
di Warung Mbok Iyem.

"Gimana kenyang ga?" Muhidin meledek sahabatnya, "Ya jelas kenyang
soalnya lauknya tahu tempe bacem terus disiram jangan lombok khas Jogja lantai
dua." balas Yudhi sembari mengusap-usap perutnya yang maju kedepan. Muhidin
tertawa kecil mendengar jawaban sahabat akrabnya. Mereka kembali menuju garasi
untuk menyiapkan perjalanan ke arah barat. Mereka berdua sangat sibuk menyiapkan
armada mereka, Yudhi sibuk mengelap bagian luar, sementara Muhidin
membersihkan kabin, sedang Joko sibuk mengutak-atik bagian wiper. Satu jam
berlalu dan semua sudah siap pada tempatnya masing-masing.

Karena supir pinggir kali ini adalah Yudhi, maka Muhidin Lah yang mengambil
surat jalan di kantor. Namun kali ini ada sesuatu yang membuat Muhidin heran,

mengapa di surat jalan itu terstaples sebuah amplop dengan kop perusahaan. Muhidin
yang penasaran pun bertanya pada orang kantor, "Mbak ini amplop apa ya?", "oh,
nanti dibaca saja di jalan". Muhidin pun keluar dari kantor dan menuju armadanya,
disana telah terisi 5 penumpang, tepat pada pukul 12.15, armada bergerak menuju
barat. Setelah beberapa menit melaju bus pun tiba di Terminal Dhaksinarga,
Wonosari. Di terminal, Yudhi langsung menuju kios warung makan, sedangkan
Muhidin harus melapor ke agen terlebih dahulu. Setelah itu dia menyusul sahabatnya.
Setelah makan siang mereka melanjutkan perjalanan. Setelah berputar-putar di daerah
Wonosari - Klaten, bus pun tiba di Gerbang Tol Kartasura dan kondisi kabin penuh
penumpang.

Saat di tol, Muhidin beristirahat di kandang macan. Lalu ia teringat dengan
amplop tersebut dan saat membaca surat tersebut,  isinya mengenai laka lantas
yang dialami armada Muhidin dan Yudhi 3 bulan yang lalu, yang menyebabkan muka
dari bus tersebut remuk. Memang sekarang armada tersebut telah diperbaiki namun
perusahaan hanya menanggung 50% saja dan sisanya ditanggung oleh kru. Muhidin
merasa bingung bagaimana caranya untuk menceritakan hal ini pada Yudhi, sebab
istri Yudhi akan melahirkan sekitar 3 bulan lagi, Sebenarnya jika dibagi 2 bisa-bisa
saja, Yudhi dan Muhidin hanya menerima gaji 75%. Tapi Muhidin merasa tidak tega
dengan Yudhi, ia paham kondisi sahabatnya sekarang.

Tak terasa perjalanan telah tiba di rumah makan, di daerah Kendal. Saat di ruang
makan khusus kru, raut wajah Muhidin tampak seperti orang bimbang. Yudhi pun
heran dengan raut wajah Muhidin, ia pun bertanya "Din, kok muka mu agak beda",
"ga papa kok" jawab Muhidin singkat. Mereka pun melanjutkan makan malam.
Setelah 30 menit beristirahat, armada pun melanjutkan perjalanan ke barat. Sekarang
Muhidin Lah yang berada di balik kemudi. Sebelum berangkat Yudhi mengecek dan
memastikan tidak ada penumpang yang tertinggal. Setelah aman semuanya, bus
bertolak ke pos kontrolan. Pihak kantor juga mengontrol setiap armada yang akan
berangkat ke barat, untuk memastikan tidak ada penumpang gelap dalam tersebut.
Setelah dinyatakan aman, armada Muhidin dan Yudhi diizinkan meneruskan
perjalanannya.

Saat di Tol Trans Jawa, Yudhi memilih duduk di kursi kernet dan bercakap-cakap
dengan Muhidin yang tengah mengemudi. Yudhi yang sedang menghisap sebatang
rokok membuka topik pembicaraan. "Penumpangnya banyak ya hari ini",
"Alhamdulillah masih diberi rezeki oleh Gusti Allah" balas Muhidin seraya mengucap
syukur. "Aku setuju Din, kita masih diberi rezeki oleh Gusti Allah, apalagi 3 bulan
lagi istri ku bakal lahiran" kata Yudhi. Perkataan Yudhi barusan membuat Muhidin
teringat dengan surat dari kantor. "Yud, maaf sebenarnya aku mau jujur sama kamu,
tadi pas di garasi diberi amplop oleh kantor. Nah isi amplopnya itu surat tentang
kecelakaan yang kita alami 3 bulan yang lalu, nah perusahaan hanya nanggung 50%
aja, biasanya kita yang nanggung, separuh-separuh lewat potong gaji, jadi kita cuman
bayaran 75% sebulannya mulai bulan depan" ucap Muhidin dengan tangis kecil.
Yudhi sangat terkejut, ia diam seribu bahasa. " Yud, urusan lahiran istrimu biar aku
bantu, aku tahu kamu baru aja nikah dan istrimu lagi hamil anak pertama, pasti butuh
banyak dana" Muhidin mencoba menenangkan. "Din, aku merasa terpukul, mengapa
pihak kantor semendadak gini, padahal 3 bulan yang lalu mereka berjanji akan
menanggung seluruh biaya perbaikan" balas Yudhi berkaca-kaca. "Mau gimana lagi,
saat itu tidak ada tanda tangan di atas materai. Tapi benar katamu, seharusnya
perusahaan menanggung semuanya, sebab penyebabnya dari laka itu, ya rem blong
akibat kerusakan pada selang angin" Muhidin berkata seraya mengingat-ingat
peristiwa itu. "Sudah lebih baik kamu istirahat di kandang macan, biar adem hati dan
pikiranmu" Muhidin memberi saran. Yudhi mengikuti saran tersebut dan beristirahat
di 'kandang macan'.

Setelah Yudhi beristirahat di kandang macan, Muhidin ingat dengan pacarnya,
Ana, yang sedang kuliah keperawatan di salah satu universitas di Tangerang. sekarang
ia sedang magang di rumah sakit, siapa tahu ada kenalan, begitulah pikir Muhidin
untuk menolong sahabatnya. Muhidin Pun mengambil ponsel dan ngechat pacarnya.
M : alo ayang lagi apa?
A : alo yang, ini lg nugas biasa anak kampus
M : eh bsk bisa ketemuan ga?
A : kok tumben minta ketemuan, lg kangen ya :)
M : kamu kok tau aja sih....
A : taulah lg an bsk tuh malming, tgl muda lg:v
M : iya deh bsk aku ajak kamu ke tempat fav mu

A : ok ayang, bsk jmpt aku jam 5 sore
M : ok, luv u
A : ok ayang, ati2 di jln ya
M : thanks my sweety heart
Muhidin merasa lega sebab bisa bercerita masalah ini pada Ana besok. Ia berharap
supaya ada jalan keluar terbaik bagi sahabatnya. Muhidin meletakkan kembali
ponselnya dan fokus berkendara.

Keesokan harinya, tepat pukul 03.30, perjalanan sudah sampai di Terminal
Kampung Rambutan, beberapa penumpang ada yang turun disini. Setelah itu bus
kembali melanjutkan perjalanan hingga tiba di daerah BSD, menurunkan beberapa
penumpang, lalu melanjutkan perjalanan menyusuri daerah Kebun Nanas, Cimone,
sembari menurunkan beberapa penumpang, lalu tiba di Kutabumi dan menurunkan
semua penumpang yang tersisa.

Setelah semua penumpang turun, Muhidin menghampiri Yudhi sahabatnya " Yud,
nanti aku bakal ketemuan sama Ana, pacarku, aku bakal minta tolong sama dia, siapa
tahu ada kenalan, biar biaya lahiran istrimu dibantu" Muhidin membuka percakapan
di pagi hari di sebuah warung kopi. " oh ya, pacarmu itu lagi kuliah keperawatan
tho?" balas Yudhi berharap. "Nah, makanya aku bakal ngomong sama dia" balas
Muhidin. "Din, tolong diusahain ya" Yudhi memohon. "Tenang, apa sih yang gak
buat sahabat, we are brother" balas Muhidin menyemangati. Mereka kemudian
meneruskan aktivitas seperti biasanya seusai ngopi, yaitu beres-beres bus agar tetap
bersih, sebab kali ini bus akan di bawa oleh kru lainnya.

Sore hari pun tiba, Muhidin telah mengenakan kemeja hitam berlengan
panjang dengan celana hitam andalannya, ia ingin terlihat rapi di hadapan pacarnya.
30 menit kemudian Muhidin tiba di kos-kosan tempat Ana tinggal. Tepat di depan
gerbang, Muhidin menunggu pacarnya sekitar 5 menit. Akhirnya yang ditunggu-
tunggu pun tiba, seorang gadis berambut hitam panjang, berkacamata bundar dan
mengenakan gaun selutut yang senada dengan kemeja Muhidin, keluar dari salah satu
kamar. "Eh, sayangku udah cantik aja, mau kemana sih?" rayu Muhidin dari atas
sepeda motor. "Ya, mau jalan sama kamulah, gimana sih gitu aja lupa" gerutu Ana.
"Oh iya, sini mas boncengin ya" balas Muhidin. "Mbok yo dari tadi tho, dasar cowok

itu emang ga peka" omel Ana sambil memukul bahu pacarnya seraya membonceng
sepeda motor Muhidin.

Cahaya lampu gantung yang melintang di atas jalan, street food di kanan kiri
jalan, ruko-ruko dengan etalase bercahaya terang, orang-orang yang berjalan
menikmati suasana malam semakin membuat sempurna rembulan dimalam itu, ya
itulah suasana yang terbangun di pecinan di Kota Tangerang yaitu Pasar Lama.
Memang tempat ini sudah terkenal dengan kuliner malamnya sejak berpuluh-puluh
tahun yang lalu. Banyak anak muda yang datang ke tempat ini di malam minggu
untuk memadu kasih. Muhidin dan Ana lebih menyukai spot di sisi Sungai Cisadane.
Mereka senang memesan makanan makanan disalah satu kedai masakan Tionghoa.
Muhidin dan Ana sama-sama menyukai bakmi, sehingga mereka memesan makanan
tersebut. Mereka juga memesan fu yung hai sebagai pelengkap, untuk minuman
mereka memesan the fu shui. Setelah beberapa menit menunggu akhirnya pesanan
mereka tiba. "Jadi gini yang ada hal yang mau aku bicarain sama kamu" Muhidin
membuka pembicaraan sambil menyantap bakmi. "Apa tuh, tumben banget" balas
Ana sambil memainkan sumpit di tangannya. "Ini serius yang, jadi aku sama
sahabatku, Yudhi lagi kena masalah sama kantor, kamu tahu Yudhi kan? Kita sering
main ke rumahnya". Muhidin menyambung pembicaraan. " Yudhi, oh Yudhi yang
partner nyupir mu kan?" jawab Ana. "Iya" jawab Muhidin singkat. "BTW, kamu
sama dia kena masalah apa?" Ana merasa penasaran sekaligus iba. "Jadi gini, kamu
ingatkan, 3 bulan yang lalu aku kecelakaan di tol, nah secara tiba-tiba kantor hanya
nanggung 50% doang buat biaya perbaikan" cerita Muhidin. "Ya, Allah kok bisa gitu
sih?" iba Ana sembari menyedot the fu shuinya "Iya, pihak kantor baru bilang
kemarin, nah untuk nanggung sisanya aku sama Yudhi potong gaji 25% selama
beberapa bulan kedepan. Aku pribadi sih ga masalah tapi aku kasihan sama Yudhi,
soalnya 3 bulan lagi istrinya lahiran, pasti butuh banyak biaya" Muhidin menjelaskan
pada Ana. "Oh, istrinya Yudhi yang ngajar tari itukan? Namanya Mbak Sari" Ana
mencoba mengingat-ingat. "Nah yang, aku mau minta tolong sama kamu, kalau ada
relasi yang bisa bantu" Muhidin memohon. "Bentar, oh ya kebetulan aku kenal baik
dengan Dokter Siska, dia dosen di kampusku, kebetulan dia seorang dokter
kandungan di salah satu rumah sakit di Tangerang, nanti aku coba chat dia siapa tahu
jalan terbaik buat Mas Yudhi dan Mbak Sari" ucap Ana dengan wajah senang.
"Makasih banyak lho yang, maaf jadi ngerepotin kamu" Muhidin berterima kasih.

"Santai ajalah, kita sebagai manusia harus tolong menolong" ucap Ana sembari
menyantap bakmi. "Kamu memang yang terbaik deh" gombal Muhidin. "Jadi malu
deh aku" muka Ana tampak memerah. "Ya udah, ayo dilanjut makannya, makan yang
banyak biar ndut" ledek Muhidin. "Yanggg...." Omel Ana. Beberapa menit kemudian
mereka selesai bersantap malam. "Nanti kalau Dokter Siska bilang ok, aku kabarin
kamu" Ana memberi kepastian. "Yang, aku makasih banyak lho, kamu itu orangnya
care banget" ucap Muhidin, sekaligus bersyukur mempunyai Ana yang baik hati dan
peduli pada sesama. "Kamu dari tadi makasih mulu sih, ga ada kata-kata lain po?"
Ana kesal dengan kelakuan pacarnya. Mereka kemudian memilih menghabiskan
malam dengan menonton pagelaran Opera Cina yang diadakan oleh pemerintah Kota
Tangerang.

Tiga Hari Kemudian

A : yang lagi ngapain?
M : iya, ada apa yang?
A : aku ada kabar bahagia buat kamu
M : apa tuh yang, penasaran nih
A : dr. Siska bersedia membantu proses kelahiran anak Mbak Sari, dan hanya
bayar obat aja
M : Allhamdulilah, seneng dengernya
A : iya, Allah pasti memberikan jalan terbaik untuk hambanya
M : bener yang, Allah selalu memberikan jalan di tengah kesulitan yang kita
hadapi
A : yess, God always give us solution when we are down
M : btw, makasih banyak lho yang, aku mau langsung kabarin Yudhi
A : iya yang, aku ikut seneng pokoknya, doa terbaik buat Mas Yudhi dan Mbak
Siska

Saat sedang berkontakan dengan Ana, Muhidin sedang di garasi untuk menyiapkan
perjalanan ke arah timur. Sementara Yudhi sedang cuti karena demam selama
beberapa hari terakhir, mungkin karena kepikiran biaya lahiran istrinya. Muhidin
kemudian menelepon sahabatnya.

Tut...tut...tut...
M : "Halo Yud gimana kabar mu?"
Y : " Alhamdulillah, udah baikan, udah turun panasnya"
M : "Alhamdullilah, ikut senang, cepet sembuh biar bisa ngaspal lagi"
Y : "Doakan Din, aku kangen ngaspal lagi"
M : "Yud, aku punya kabar bahagia buat kamu, kemarin Ana sudah ngechat sama
dokter yang dia kenal, dia mau bantu proses lahiran istrimu"
Y : "Din, yang benar ni? Ya Allah, Alahamdullilah, kamu dan Ana baik banget"
M : "Sama-sama Yud, yang penting nanti proses lahiran istrimu sudah aman"
"Ma, kamu tenang aja, sahabatku, Muhidin sudah nyari dokter yang mau bantu
kelahiran anak kita nanti" terdengar bisikan di ujung telepon.
M : "Yud, halo?" Muhidin berusaha seolah-olah tidak mendengar percakapan
tersebut.
Y : "Eh, iya halo, gimana-gimana?"
M : "Yud untuk biaya dokter free, tinggal biaya obat aja"
Y : "Ya Allah, aku terima kasih banyak lho"
M : "Ga papa kok, santai aja Yud"
S : "Mas, terima kasih ya, sudah dibantu
M : "Ya mbak, ga papa kok"
S : " Titip salam buat Mbak Ana, saya terima kasih sekali, sudah dibantu sama
Mbak Ana"
M : "Ya mbak, saya sampaikan salamnya"
Y : "Din intinya aku berterima kasih sekali dengan kamu dan Mbak Ana, sudah
mau bantu aku"
M : "Ya Yud, nanti ku sampaikan ke Ana. Cepet sembuh ya Yud, biar bisa
ngaspal lagi"
Y : "Ya Din, terima kasih atas doanya, aku dah pengen ngaspal bareng kamu
lagi"
M : "Begitu ya, aku mau lanjut kerja lagi"
Y : "Ya, hati-hati ya Din nanti di jalan"
M : "Siap, makasih ya Yud
Tut...
Muhidin memasukkan kembali ponsel ke saku kemejanya dan kembali bekerja.

Tiga Bulan Kemudian

"Oek...oek...oek" terdengar jeritan tangis bayi. "Alhamdulillah, gadis kecil ibu lahir
dengan selamat" ucap Dokter Siska sambil meletakan bayi dalam gendongannya di
sebelah Sari. "Dok, saya sangat berterima kasih atas segala yang dokter berikan pada
kami" Yudhi berterima kasih. " Sama-sama pak, anak bapak lahir dengan selamat
sudah menjadi kebahagian bagi saya" ucap Dokter Siska. Kemudian Sari dan gadis
kecilnya dipindahkan oleh perawat ke ruang pasca bersalin. Sore harinya, Muhidin
dan Ana datang menjenguk dengan membawa bingkisan. "Welcome to the world dede
manis, ini aku bawain sesuatu buat kamu, oh ya kenalin aku Aunty Ana, kalau yang
ini Uncle Hidin" ucap Ana sumringah sambil meletakan bingkisan di meja.
"Oek...oek...oek" gadis kecil itu tampak senang. "Mbak, nama adiknya siapa?' Ana
penasaran. "Belum mbak, belum aku beri nama, mbak aja yang beri nama" ucap Sari.
"Mbak, kok aku yang ngasih nama?" Ana merasa bingung. "Iya ndak papa mbak,
soalnya mbak banyak bantu aku sama Mas Yudhi, aku ingin mbak yang ngasih nama
buat anakku" pinta Sari. Ana dan Muhidin berunding sejenak. "Santika Putri
Wulandari' bisik Ana di telinga Sari. "Nama yang indah, makasih ya mbak" Sari
sangat senang dengan nama tersebut. " Santika berarti cantik dan beretika, Putri
Wulandari, seorang putri yang indah bagaikan cahaya bulan" Ana menjelaskan nama
yang ia berikan pada gadis kecil itu. "Makna yang dalam, mbak" ucap Yudhi. "Iya
mas, aku berharap dia menjadi seorang pemimpin di masa depan" harap Ana. "Berarti
nama panggilannya Santika aja" usul Muhidin. "Setuju.." Ana, Sari dan Yudhi
serentak menjawab. Hari ini adalah hari yang bahagia bagi Yudhi dan Sari, begitupun
dengan Muhidin dan Ana, mereka turut berbahagia.

   ***

"Nah begitulah kisah kelahiran mu kak" Yudhi bercerita pada Santika. "Wow, selama
17 tahun hidupku, aku baru tahu sekarang. It's a great treasure in my sweet seventeen
birthday" haru Santika. "Aunty bangga deh sama kamu, ternyata apa yang aunty
harapin 17 tahun yang lalu jadi kenyataan, kamu sekarang jadi ketua OSIS, kamu juga
aktif di pramuka sama PMR, aunty seneng deh" Ana sangat bangga dengan Santika.
"Ma, aku nanti mau kayak kakak Tika, pengen jadi anggota PMR" ucap Bella pada
ibunya, Ana. " Iya boleh kok sayang, kan tahun depan kakak udah SMP" jawab Ana.
"Bener deh Bel, nanti Kak Tika bantu daftarin, kebetulan aku ada temen di SMP

Taruna Bangsa, kamu mau sekolah ke sana kan?" Santika sangat senang mendengar
keinginan Bella.
"Uncle juga bangga sama kamu Ka, kalau ga salah kamu sering menang lomba
menulis opini tingkat pelajar SMA di banyak instansi, kamu tertarik ga Bel nulis opini
gitu? tanya Muhidin pada Bella sekaligus menyemangati Santika. "Boleh juga pa,
kayaknya seru" jawab Bella. "Iya uncle, aunty makasih banyak ya, uncle sama aunty
selalu dukung aku dan doain aku. Bel kamu semagat ya sekolahnya" ucap Santika.
Bella menganggukan kepala tanda setuju. "Trus mama gimana?" Sari tampak kesal
"Mama juga kok, mama selalu jagain, rawat kakak dari kecil sampe sekarang, juga
doain semua yang kakak lakuin. Kakak juga berdoa buat mama, papa, uncle, aunty,
juga Bella supaya sehat selalu. Tapi nih ma, kakak suka kesel kalo mama lagi bawel"
ucap Santika. "Santika, kamu ya!!!" omel Sari "Udah, udah, papa jadi pusing nih!"
Yudhi membuat semua mata tertuju padanya. "Eh papa tenang dulu, papa juga
support aku, papa ga kenal panas, dingin selalu nyupir buat nyukupi kebutuhan aku
dan mama. Luv u pap" Santika berusaha mencairkan suasana sekaligus berterima
kasih pada ayahnya. "Ya udah sekarang kamu tiup lilinnya and make a wish" pinta
Yudhi pada putrinya. Santika pun meniup lilin dan membuat permohonan dan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun