Mohon tunggu...
Vinsensius Koesadhitya Mathew
Vinsensius Koesadhitya Mathew Mohon Tunggu... Lainnya - Siswa

Bahasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Asam Manis

23 Maret 2024   09:35 Diperbarui: 23 Maret 2024   09:55 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Oek...oek...oek" terdengar jeritan tangis bayi. "Alhamdulillah, gadis kecil ibu lahir
dengan selamat" ucap Dokter Siska sambil meletakan bayi dalam gendongannya di
sebelah Sari. "Dok, saya sangat berterima kasih atas segala yang dokter berikan pada
kami" Yudhi berterima kasih. " Sama-sama pak, anak bapak lahir dengan selamat
sudah menjadi kebahagian bagi saya" ucap Dokter Siska. Kemudian Sari dan gadis
kecilnya dipindahkan oleh perawat ke ruang pasca bersalin. Sore harinya, Muhidin
dan Ana datang menjenguk dengan membawa bingkisan. "Welcome to the world dede
manis, ini aku bawain sesuatu buat kamu, oh ya kenalin aku Aunty Ana, kalau yang
ini Uncle Hidin" ucap Ana sumringah sambil meletakan bingkisan di meja.
"Oek...oek...oek" gadis kecil itu tampak senang. "Mbak, nama adiknya siapa?' Ana
penasaran. "Belum mbak, belum aku beri nama, mbak aja yang beri nama" ucap Sari.
"Mbak, kok aku yang ngasih nama?" Ana merasa bingung. "Iya ndak papa mbak,
soalnya mbak banyak bantu aku sama Mas Yudhi, aku ingin mbak yang ngasih nama
buat anakku" pinta Sari. Ana dan Muhidin berunding sejenak. "Santika Putri
Wulandari' bisik Ana di telinga Sari. "Nama yang indah, makasih ya mbak" Sari
sangat senang dengan nama tersebut. " Santika berarti cantik dan beretika, Putri
Wulandari, seorang putri yang indah bagaikan cahaya bulan" Ana menjelaskan nama
yang ia berikan pada gadis kecil itu. "Makna yang dalam, mbak" ucap Yudhi. "Iya
mas, aku berharap dia menjadi seorang pemimpin di masa depan" harap Ana. "Berarti
nama panggilannya Santika aja" usul Muhidin. "Setuju.." Ana, Sari dan Yudhi
serentak menjawab. Hari ini adalah hari yang bahagia bagi Yudhi dan Sari, begitupun
dengan Muhidin dan Ana, mereka turut berbahagia.

   ***

"Nah begitulah kisah kelahiran mu kak" Yudhi bercerita pada Santika. "Wow, selama
17 tahun hidupku, aku baru tahu sekarang. It's a great treasure in my sweet seventeen
birthday" haru Santika. "Aunty bangga deh sama kamu, ternyata apa yang aunty
harapin 17 tahun yang lalu jadi kenyataan, kamu sekarang jadi ketua OSIS, kamu juga
aktif di pramuka sama PMR, aunty seneng deh" Ana sangat bangga dengan Santika.
"Ma, aku nanti mau kayak kakak Tika, pengen jadi anggota PMR" ucap Bella pada
ibunya, Ana. " Iya boleh kok sayang, kan tahun depan kakak udah SMP" jawab Ana.
"Bener deh Bel, nanti Kak Tika bantu daftarin, kebetulan aku ada temen di SMP

Taruna Bangsa, kamu mau sekolah ke sana kan?" Santika sangat senang mendengar
keinginan Bella.
"Uncle juga bangga sama kamu Ka, kalau ga salah kamu sering menang lomba
menulis opini tingkat pelajar SMA di banyak instansi, kamu tertarik ga Bel nulis opini
gitu? tanya Muhidin pada Bella sekaligus menyemangati Santika. "Boleh juga pa,
kayaknya seru" jawab Bella. "Iya uncle, aunty makasih banyak ya, uncle sama aunty
selalu dukung aku dan doain aku. Bel kamu semagat ya sekolahnya" ucap Santika.
Bella menganggukan kepala tanda setuju. "Trus mama gimana?" Sari tampak kesal
"Mama juga kok, mama selalu jagain, rawat kakak dari kecil sampe sekarang, juga
doain semua yang kakak lakuin. Kakak juga berdoa buat mama, papa, uncle, aunty,
juga Bella supaya sehat selalu. Tapi nih ma, kakak suka kesel kalo mama lagi bawel"
ucap Santika. "Santika, kamu ya!!!" omel Sari "Udah, udah, papa jadi pusing nih!"
Yudhi membuat semua mata tertuju padanya. "Eh papa tenang dulu, papa juga
support aku, papa ga kenal panas, dingin selalu nyupir buat nyukupi kebutuhan aku
dan mama. Luv u pap" Santika berusaha mencairkan suasana sekaligus berterima
kasih pada ayahnya. "Ya udah sekarang kamu tiup lilinnya and make a wish" pinta
Yudhi pada putrinya. Santika pun meniup lilin dan membuat permohonan dan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun