Mohon tunggu...
Vinsens Al Hayon
Vinsens Al Hayon Mohon Tunggu... Guru - Penyuluh-Guru

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rahim Bermartabat Ilahi

23 Desember 2024   10:42 Diperbarui: 23 Desember 2024   10:42 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Foto Elisheva dan Myram dlm satu short film/ insert.)

Sebagai catatan awal,  digariabawahi bahwa tulisan bertopik, "Rahim Bermartabat Ilahi"  ini merupakan "Catatan Reflektif" jelang hari besar keagamaan umat Kristiani, Hari Natal yang merujuk kepada kisah yang situlis penginji Lukas.

Telah hadir dan tersebar aneka "parodi nyeleneh" yang segar dan menggugat eksistensi kita (siapa kita?), dan karakter manusiawi kita, di media sosial tiktok. Di antaranya serupa ini; jika dua laki-laki berjumpa, kata pertama yang diucapkan untuk membuka 'tabir" yang dirahasiakan di antara mereka, seperti ini, "Adakah?  Jadikah ? Kemudian disusul ngobrol lanjut sampai berlarut-larut.

Beda lagi, jika dua perempuan berjumpa, sapaan dan ucapan perdana yang dilontarkan sering  untuk membangun tabiat "kepo," seperti "sudah dengarkah"? "Ini rahasia, loh, jangan cerita kepada yang lain!" Selanjutnya gajak  bahas misteri kehidupan, bahkan diduga mulai "omon-omon tentang orang lain" alias gossip. Jika tidak, maka mulai "show" unjuk milik kepunyaan untuk naikan gengsi.

Rahim bermartabat untuk suatu Sinodalitas.

Pertanyaan reflektif untuk kita renungkan, "Mungkinkah ada  kisah  bahwa jika dua perempuan bertemu, mereka bahas isu-isu teologis bahkan menungkapkan  "rahasia Allah"?

"Mungkin" adalah jawaban atas pertanyaan itu, dan hal ini hanya terjadi bagi berapa perempuan berhikmat. Jika bertemu mereka membahas kejadian yang mereka alami oleh karena penyelenggaraan Tuhan. Praksisnya mereka shering pengalaman harian oleh karena kejadian yang dialami atas dirinya dan peristiwa sekitarnya, twelakaana dalam "lingkaran Providentia Dei" (peneyelenggaraan Ilahi).

Sebut saja jelang hari raya keagamaan ini, Hari Raya Natal. Hadir dua perempuan sebagai aktris utama atau sebagai tokoh kisah, yakni Elisheva dan Myriam.

Ketika keduanya berjumpa, ucapan pertama yang terlontar adalah "Salam hangat, salam yang menguatkan". Salam yang disampaikan sanggup menggetarkan bayi yang ada dalam Rahim. "Bayi melonjak kegirangan," bayangkan.

Ngobrol lanjut mereka adalah soal iman, soal keajaiban yang dilakukan Tuhan ataa mereka. Karena dan oleh pengalaman keajaiban itu, mereka setia berlarut dalam kisah bahkan sampai berdiam-nginap untuk mempererat tali persaudraan, saling support dan berbagi, solider dan siap membangun sinodalitas (berkumpul dan berjalan bersama) antar-keluarga beriman.

Aktris Elisheva. Nama ini dari bahasa Ibrani. Dalam paparan biblis dikenal dengan nama Elisabet. Elisheva berarti "Allah adalah janjiku". Dalam kisah Lukas (Lih. Luk; 1:6),  Elisheva adalah istri dari imam Zakaria.  "Keduanya hidup benar di hadapan Allah dan menuruti segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercelah. Tetapi keduanya tidak mempunyai anak". alias 'mandul,' demikian tercatat dari isu sosial yang beredar.

Realita ini memungkinkan kehidupan dan interaksi sosial  sangat tertantang. Ada seperti aib besar melanda keluarga Elisheva dan Zakharia. Namun hal luar biasa yang jadi pijar kehidupan bagi masyarakat banyak adalah keduanya tetap taat pada Allah yang mereka imani dan tidak kecewa serta hilang harapan.

Elisheva menurut catatan alkitab, mandul alias tidak bisa memberikan keturunan.  Atas kenyataan yang sangat bertolak belakang dengan harapan dan keinginan sosial ini  bersama Zakharia, keduanya beserah, bersimpuh, dan berkanjang dalam doa untuk boleh mendapat keturunan.

Dapat dikonfirmasi (Pasal 1:25) bahwa mandul itu adalah aib untuk adat budaya kaum Israel. Hal ini bagi "manusia biasa" mestinya iman dan percayanya kendor, karena seperti tidak mendapatkan perhatian atau apa-apa dari Tuhan. Sepertinya kesetiaan untuk berharap hingga lanjut usia pun tidak akan membuahkan hasil. Tetapi alkitab mencatat bahwa "Kesetiaan Elisheva dan Zakharia TIDAK BERCELA".

Tidak beroleh anak di usia tua dan "tetap setia" dalam iman adalah dua hal yang berbeda. Hal ini terungkap pada kisah Lukas pasal 1:18; "Bagaimana aku tahu bahwa hal ini akan terjadi sebab aku sudah tua dan istriku sudah lanjut usia". Lanjut usia menunjukkan kondisi rahim tidak subur lagi, mati haid. Rahim dalam suatu konteks sosial religious dipandang tidak lagi bermartabat, bahkan bermartabat Ilahi (Mengandung dan melahirkan suka cita ilahi).

Walau secara realita dan fakta ada kesan "Rahim menjadi tidak bermartabat" bagi seorang Elisheva, tetapi tidak dalam konteks iman dan keyakinan oleh karena "kesetiaan yang tidak bercela". Elisheva adalah pribadi spiritualis yang sangat tinggi. Iman dan pengharapannya tidak goyah, bahkan ketulusannya kepada Tuhan dapat teruji, teruji dengan tidak dapat apa-apapun. Ia tidak punya anak sampai usia lanjut.

Ia  tetap setia dalam perkara kecil bahkan perkara besar ini. Pribadi ini adalah pribadi yang luar biasa, dan "Kesetiaanya  yang tidak bercela" itu menghasilkan buah. Kesetiaan telah membalikan fakta. Telah terjadilah keajaiban "Rahim kembali pulih dan bermartabat" untuk membangun sinodalitas antara manusia dengan Allah dan manusia dengan manusia. Rahimnya beemartabat Ilahi.

(Foro Myriam dlm satu short film/ Insert)
(Foro Myriam dlm satu short film/ Insert)
Feeling Spiritual (Percaya) dan Rendah hati.


Tentang Elisheva, tercatat pada teks Lukas 1 ayat 42; "Ucapan perdana dan terkenal bagi Myriam (Maria) pada jumpa perdana (kala Myriam kunjung dia kala itu), "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu, siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?"

Pada ucapan ini tergambar feeling spiritual Elisheva  dan sikap rendah hatinya yang sungguh luar biasa. Lihatlah ia mengalami anugerah Allah atas kunjungan persaudaraan itu.

Jika dilihat dari sudat pandang usia. Maka ada perbedaan yang cukup jauh.
Namun Elisheva menunjukan sikap rendah hati. Ia memberi ucapan perdana yang hangat dan tergambar jelas pada salamnya, "Diberkatilah engkau (Myriam), bahkan mungkin langsung menunjuk (mungkin juga sembari menyentuh) kandungan Myriam, dan berkata, "Siapakah aku ini sehingga ibu Tuhan datang ke sini (mengunjungi aku)?

Sesungguhnya dalam suatu interaksi soisal yang beradab mestinya Myriam (yang masih muda usia) yang menyampaikan salam dan memuji saudari tuanya. Tetapi justru Elishevalah yang penuh kerendahan hati melakukan hal yang twebalik. Ia sebagai yang lebih tua menyambut kehadirian Myriam sebagai yang terberkati oleh Allah.

Ini semua terjadi karena feeling spiritual dan sikap rendah hati seorang Elisheva yang beriman dan tidak bercela kesetiaannya pada Allah. Oleh feeling spiritual dan rendah hati pada Allah, resiko terlihat jelas pada kisah Lukas pasal 1:45; "Berbahagia dia yang percaya bahwa apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan akan terlaksana".

Kenapa pada jumpa perdana, Elisheva berucap seperti itu? Dan ekspresi Myriam melukiskan "Tanda tanya besar"! Apakah dugaan Elisheva bahwa ini bukti Myriam melakukan perjalanan yang cukup jauh 160 km dari Nazaret ke Yudea, ketempatnya untuk sembunyikan "kehamilannya?" Atau buat apa? Menenangkan diri dari persoalan atau gosip sosial?

Adakah Myriam mengalami konflik sosial yang luar biasa, yang kita ketahui dari ucapannya sendiri manakala menerima berita, "Engkau akan mengandung, dan akan melahirkan seorang naka laki-laki dan memberinya nama Yesus". Padahal pada kenyataan ia belum bersuami.

Lantas dalam keheranan dia berucap, "Bagaimana mungkin aku belum bersuami". Inikah goncangan yang luar biasa yang dilami Myriam  sehingga ia berangkat  ke tempat Elisheva mencari ketenangan?

Seyogyanya sebagai istri seorang imam,  Elisheva  menaruh curiga. Ada apa dengan kunjungan ini? Apa yang telah terjadi antara Myriam  dan Yusuf? Ada curiga lain, "baru saja bertunangan dengan Yusuf, namun sudah ada "gerakan tambahan".

Tidak demikian realitanya. Justru sebaliknya yang dilakukan Elisheva. Ia katakan, "Berbahagialah ia yang bercaya bahwa apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan akan terlaksana. (Lih. Luk 1:45). Inlah ayat Legitimasi; "Kata-kata Penguatan kepada Myriam bahwa  Apa yang didengar dari malaikat adalah benar dan betul".  Kemudian dalam kerendahan hati dan penuh percaya, Myriam menyanyikan Magnificat atau Nyanyian Pujian (Lih. Luk.1: 46-55).

Mari coba mencari tahu di saat mana Myriam melatunkan Nyanyian Pujian? Apakah di saat menerima berita dari malaikat Gabriel? Tidak. Karena di saat menerima berita baik itu, Myriam terkejut. Ada ketakutan besar yang dialaminya dan malaekat menenangkan dia dengan kata-kata ini, Jabgan takut, Myriam"!

Myriam bergumul dan barulah dalam jumpanya dengan Elisheva, ia boleh menghamburkan sukacitanya dan melepas bebannya? Saat Elisheva memberikan penguatan dengan ucapan "Dibekraktilah engkau." Ucapan pada jumpa perdana kedua perempuan berhikmat itulah, Myriam merespon dengan "Nyanyia pujian". Singkat kata, dari atau oleh Elisheva, Myriam bangkit lagi dari ketegangan (tekanan sosial) menjadi sukacita.

Kisah di atas lantas menjadi kisah kehidupan beriman kita di hari-hari ini karena acapkali "mulut" kita lebih cepat daripada "kepala" dan hati kita. Melihat sesuatu langsung justifiksi, melihat sesuatu langsung menghakimi. Kisah ini mengajar kita untuk mengekang diri dan melihat hal positif yang diangkat menjadi kekuatan bagi orang lain.

Elisheva justru melakukan sebaliknya, ia memilih memuji lalu menguatkan dan meneguhkan. Karena itu jadilah Elisheva untuk zaman ini, siap menopang pergumulan orang lain, jadilah "Elisheva yang lain" agar "Myriam-Myriam yang lain" pun berhasil untuk beranjak dari kondisi terpuruk menjadi sukacita, menjadi agung dan menjadikan rahimnya bermartabat di hadapan Tuhan dan sesama. Suatu kebangunan sinodalitas dengan Allah dan sesama.*

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun