Mohon tunggu...
Vinsens Al Hayon
Vinsens Al Hayon Mohon Tunggu... Guru - Penyuluh-Guru

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rahim Bermartabat Ilahi

23 Desember 2024   10:42 Diperbarui: 23 Desember 2024   10:42 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Foto Elisheva dan Myram dlm satu short film/ insert.)

Kenapa pada jumpa perdana, Elisheva berucap seperti itu? Dan ekspresi Myriam melukiskan "Tanda tanya besar"! Apakah dugaan Elisheva bahwa ini bukti Myriam melakukan perjalanan yang cukup jauh 160 km dari Nazaret ke Yudea, ketempatnya untuk sembunyikan "kehamilannya?" Atau buat apa? Menenangkan diri dari persoalan atau gosip sosial?

Adakah Myriam mengalami konflik sosial yang luar biasa, yang kita ketahui dari ucapannya sendiri manakala menerima berita, "Engkau akan mengandung, dan akan melahirkan seorang naka laki-laki dan memberinya nama Yesus". Padahal pada kenyataan ia belum bersuami.

Lantas dalam keheranan dia berucap, "Bagaimana mungkin aku belum bersuami". Inikah goncangan yang luar biasa yang dilami Myriam  sehingga ia berangkat  ke tempat Elisheva mencari ketenangan?

Seyogyanya sebagai istri seorang imam,  Elisheva  menaruh curiga. Ada apa dengan kunjungan ini? Apa yang telah terjadi antara Myriam  dan Yusuf? Ada curiga lain, "baru saja bertunangan dengan Yusuf, namun sudah ada "gerakan tambahan".

Tidak demikian realitanya. Justru sebaliknya yang dilakukan Elisheva. Ia katakan, "Berbahagialah ia yang bercaya bahwa apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan akan terlaksana. (Lih. Luk 1:45). Inlah ayat Legitimasi; "Kata-kata Penguatan kepada Myriam bahwa  Apa yang didengar dari malaikat adalah benar dan betul".  Kemudian dalam kerendahan hati dan penuh percaya, Myriam menyanyikan Magnificat atau Nyanyian Pujian (Lih. Luk.1: 46-55).

Mari coba mencari tahu di saat mana Myriam melatunkan Nyanyian Pujian? Apakah di saat menerima berita dari malaikat Gabriel? Tidak. Karena di saat menerima berita baik itu, Myriam terkejut. Ada ketakutan besar yang dialaminya dan malaekat menenangkan dia dengan kata-kata ini, Jabgan takut, Myriam"!

Myriam bergumul dan barulah dalam jumpanya dengan Elisheva, ia boleh menghamburkan sukacitanya dan melepas bebannya? Saat Elisheva memberikan penguatan dengan ucapan "Dibekraktilah engkau." Ucapan pada jumpa perdana kedua perempuan berhikmat itulah, Myriam merespon dengan "Nyanyia pujian". Singkat kata, dari atau oleh Elisheva, Myriam bangkit lagi dari ketegangan (tekanan sosial) menjadi sukacita.

Kisah di atas lantas menjadi kisah kehidupan beriman kita di hari-hari ini karena acapkali "mulut" kita lebih cepat daripada "kepala" dan hati kita. Melihat sesuatu langsung justifiksi, melihat sesuatu langsung menghakimi. Kisah ini mengajar kita untuk mengekang diri dan melihat hal positif yang diangkat menjadi kekuatan bagi orang lain.

Elisheva justru melakukan sebaliknya, ia memilih memuji lalu menguatkan dan meneguhkan. Karena itu jadilah Elisheva untuk zaman ini, siap menopang pergumulan orang lain, jadilah "Elisheva yang lain" agar "Myriam-Myriam yang lain" pun berhasil untuk beranjak dari kondisi terpuruk menjadi sukacita, menjadi agung dan menjadikan rahimnya bermartabat di hadapan Tuhan dan sesama. Suatu kebangunan sinodalitas dengan Allah dan sesama.*

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun