Elisheva menurut catatan alkitab, mandul alias tidak bisa memberikan keturunan.  Atas kenyataan yang sangat bertolak belakang dengan harapan dan keinginan sosial ini  bersama Zakharia, keduanya beserah, bersimpuh, dan berkanjang dalam doa untuk boleh mendapat keturunan.
Dapat dikonfirmasi (Pasal 1:25) bahwa mandul itu adalah aib untuk adat budaya kaum Israel. Hal ini bagi "manusia biasa" mestinya iman dan percayanya kendor, karena seperti tidak mendapatkan perhatian atau apa-apa dari Tuhan. Sepertinya kesetiaan untuk berharap hingga lanjut usia pun tidak akan membuahkan hasil. Tetapi alkitab mencatat bahwa "Kesetiaan Elisheva dan Zakharia TIDAK BERCELA".
Tidak beroleh anak di usia tua dan "tetap setia" dalam iman adalah dua hal yang berbeda. Hal ini terungkap pada kisah Lukas pasal 1:18; "Bagaimana aku tahu bahwa hal ini akan terjadi sebab aku sudah tua dan istriku sudah lanjut usia". Lanjut usia menunjukkan kondisi rahim tidak subur lagi, mati haid. Rahim dalam suatu konteks sosial religious dipandang tidak lagi bermartabat, bahkan bermartabat Ilahi (Mengandung dan melahirkan suka cita ilahi).
Walau secara realita dan fakta ada kesan "Rahim menjadi tidak bermartabat" bagi seorang Elisheva, tetapi tidak dalam konteks iman dan keyakinan oleh karena "kesetiaan yang tidak bercela". Elisheva adalah pribadi spiritualis yang sangat tinggi. Iman dan pengharapannya tidak goyah, bahkan ketulusannya kepada Tuhan dapat teruji, teruji dengan tidak dapat apa-apapun. Ia tidak punya anak sampai usia lanjut.
Ia  tetap setia dalam perkara kecil bahkan perkara besar ini. Pribadi ini adalah pribadi yang luar biasa, dan "Kesetiaanya  yang tidak bercela" itu menghasilkan buah. Kesetiaan telah membalikan fakta. Telah terjadilah keajaiban "Rahim kembali pulih dan bermartabat" untuk membangun sinodalitas antara manusia dengan Allah dan manusia dengan manusia. Rahimnya beemartabat Ilahi.
Feeling Spiritual (Percaya) dan Rendah hati.
Tentang Elisheva, tercatat pada teks Lukas 1 ayat 42; "Ucapan perdana dan terkenal bagi Myriam (Maria) pada jumpa perdana (kala Myriam kunjung dia kala itu), "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu, siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?"
Pada ucapan ini tergambar feeling spiritual Elisheva  dan sikap rendah hatinya yang sungguh luar biasa. Lihatlah ia mengalami anugerah Allah atas kunjungan persaudaraan itu.
Jika dilihat dari sudat pandang usia. Maka ada perbedaan yang cukup jauh.
Namun Elisheva menunjukan sikap rendah hati. Ia memberi ucapan perdana yang hangat dan tergambar jelas pada salamnya, "Diberkatilah engkau (Myriam), bahkan mungkin langsung menunjuk (mungkin juga sembari menyentuh) kandungan Myriam, dan berkata, "Siapakah aku ini sehingga ibu Tuhan datang ke sini (mengunjungi aku)?
Sesungguhnya dalam suatu interaksi soisal yang beradab mestinya Myriam (yang masih muda usia) yang menyampaikan salam dan memuji saudari tuanya. Tetapi justru Elishevalah yang penuh kerendahan hati melakukan hal yang twebalik. Ia sebagai yang lebih tua menyambut kehadirian Myriam sebagai yang terberkati oleh Allah.
Ini semua terjadi karena feeling spiritual dan sikap rendah hati seorang Elisheva yang beriman dan tidak bercela kesetiaannya pada Allah. Oleh feeling spiritual dan rendah hati pada Allah, resiko terlihat jelas pada kisah Lukas pasal 1:45; "Berbahagia dia yang percaya bahwa apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan akan terlaksana".