Menurut tradisi, dan pandangan Yahudi bahwa anak sebagai penyambung indentitas suku, keluarga, pewaris budaya leluhur, memberi "nama Yohanes" kepada putera mereka sangatlah tidak mungkin. "Karena tidak ada di antara sanak saudara mereka yang bernama demikian", (bdk. Luk: 1:61). Tetapi apa mau di kata, atau heranya "Nama Yohanes" lah yang dikenakan.
Pada koridor ini iman Zakharia dan Elisabet mengajarkan bahwa pemberian nama "Yohanes" telah melibatkan Sang Pemberi Hidup. Katakan, keterlibatan Tuhan dalam kehidupan seseorang sudah dimulai sejak awal kehidupan dan perlu selalu diperhitungkan.
Dan lihatlah Tuhan telah terlibat sejak anak Zakharia dan Elisabet itu ada dalam kandungan ibunya. "Tuhan telah memanggil aku sejak dari kandungan. Telah menyebut namaku sejak dari perut ibuku. Olehmu Aku akan menyatakan keagunganKu," demikian warta Nabi Yesaya, (bdk. Yes. 49: 1,3).
Sang Pemberi Kehidupan sungguh-sungguh terlibat dalam kehidupan setiap kita, siapa pun dia, dan sejak dalam kandungan ibu. Peristiwa yang dialami keluarga Zakharia (dan Elisabet) adalah bukti nyata dan sangat historik.
Lihatlah "nama" putera mereka "Yohanes" adalah nama pemberian Allah sendiri sehingga Zakaria dan Elisabeth tidak bisa memberi nama lain selain "Yohanes".
Mereka merenda "Nama" anak mereka dalam Kehendak Allah. Hal ini bukti ketaatan Zakharia dan Elisabet pada kehendak Allah. Keduanya tidak bisa lakukan hal yang bertentangan dengan kehendak Allah dan oleh ketaatan itu, efeknya sungguh terasa dan nyata mereka merawat dengan kasih dan membesarkan anak itu dengan cinta. Lukas memberi kesaksian, bahwa "Allah menjadikan anak itu (Yohanes) bertambah besar dan makin kuat rohnya," (Bdk. Luk. 1:80).
Luar biasa, keterlibatan Allah dalam kehidupan seorang Yohanes. Keterlibatan ini adalah indikasi keterlibatan Allah kepada setiap orang, kepada semua anak. Kepada Yohanes, Allah terus memeliharanya sejak dalam kandungan ibunya sampai ia tumbuh besar dan berkarya sebagai bentara Yesus, dan oleh karena nama "Yohanes" itulah keajaiban terjadi pada ayahnya, Zakharia.
Ia sebelumnya bisu oleh suatu penglihatan di Bait Allah, sebelum kelahiran puteranya dan dapat berbicara lagi setelah memberikan "Nama Yohanes" pada anaknya seturut pesan dalam peglihatannya.
Efek atau imbas keajaiban yang terjadi pada diri Zakharia, oleh karena memberikan "nama Yohanes" pada puteranya, secara spiritual dan jasmaniah adalah Allah dimuliakan. Maka sejalan dengan apa yang dinubuatkan Nabi Yesaya: "Olehmu (Yohanes) Aku akan menyatakan keagunganKu" (bdk. Yes. 49:3).
Nomen sungguh omen, "Nama" adalah tanda dan mankala dikenakan dan dipakai pada siapa dan apapun mempunyai makna dan arti yang luar biasa. Maka oleh "Nama" dan untuk "Nama" itu, tidak menuntut lain selain penghormatan, penghargaan dan harapan.
Nama yang dikenakan diharapkan dapat memberikan sesuatu yang bermanfaat, tidak hanya untuk pemakainya tetapi juga untuk orang banyak, terutama untuk orang-orang di sekitarnya.