Mohon tunggu...
Vinsens Al Hayon
Vinsens Al Hayon Mohon Tunggu... Guru - Penyuluh-Guru

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Petrus dan "lidah"nya

8 April 2023   10:00 Diperbarui: 8 April 2023   10:23 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Itulah makna lidah dan efeknya. Analogi dengan Petrus dan lidahnya atau ucapan mulutnya, bermula dari sini: Ucap Petrus: "Biarkan mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-sekali tidak. Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau." (Mat. 26:33,35).

Kata-kata sumpah itu tidak bertahan dalam pendirian dan sikap Petrus. "Petrus telah menyangkalnya, dan penandanya adalah kokok ayam," (Yoh. 28:27).  Kisah dalam Matius dan Yohanes mengajak siapa pun kita berefleksi lebih jauh tentang Kisah Yesus di malam perjamuan itu dan pesan  Nabi Salomo jauh sebelum itu, bahwa "ada orang yang mulutnya seperti tikaman pedang, sementara lidah orang bijak mendatangkan kesembuhan"  (bdk. Amsal 12:18).

Pesan Salomo itu seperti mengharuskan orang-orang zaman ini, punya "lidah bijak". Lidah bijak ini tidak mengotori dirinya sendiri. Kata-kata terucap, tidak seperti tikaman pedang yang "merobek hati" dan "melukai daging" tetapi obat yang mnyembuhkan. Ucapan mulut harus bagai air sejuk penghilang dahaga.

Maka Amsal  (12:19-20) mengajak kita lagi untuk mampu mengontrol diri dalam berkata-kata. "Siapa yang mengatakan kebenaran, menyatakan apa yang adil. Tetapi siapa yang mengungkapkan saksi dusta dengan mulutnya, ia menyatakan tipu daya."

"Bibir yang mengatakan kebenaran, tetap untuk selamanya, tetapi lidah dusta hanya untuk sekejap mata. Orang yang dusta bibirnya adalah kekejian bagi Tuhan dan orang yang berkata benar tidak ditimpa bencana. Lidah lembut adalah pohon kehidupan, tetapi lidah curang melukai hati" (bdk. Amzal 12:19-21. 15:4).

Apabila lidah dan ucapan mulut kita sering tidak konsisten dengan realita, kita bercermin diri lagi pada kisah  "Yesus membasuh kaki murid-muridnya," (Yoh. 13:1-20). Yesus bersabda pada kisah itu: "Tidak semua kamu bersih." Karena itu seperti Petrus kita harus dibasuh, termasuk lidah dan mulut kita. Agar "jika pengikat lidah kita terlepas maka kita dapat berbicara, berkata-kata dengan baik" (bdk. Markus 7:34). Kata-kata kita menghadirkan persatuan, dan dengan demikian harapan dari doa Yesus terpenuhi: "Ut omnes unum sint." (Semoga mereka semua bersatu).***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun