Oleh:
Vinny Permatasari Kosasih - Mahasiswi PPG Prajabatan Gel. 2 Th. 2022 UNIKAMA
Memahami arti dan tujuan pendidikan menurut Bapak Ki Hadjar Dewantara yakni perlu adanya pengetahuan mengenai perbedaan kata antara Pendidikan dan Pengajaran. Dari dua kata ini kita dapat mengetahui bahwa pendidikan dan pengajaran merupakan satu kesatuan sebagai usaha untuk menyiapkan dan menyediakan segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya (Dewantara, 2009).
Pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk menciptakan manusia yang beradab. Menanamkan nilai-nilai kemanusiaan dan kebudayaan yang luhur melalui pendidikan berguna untuk mewujudkan perikehidupan bersama, memerdekakan manusia sehingga hidupnya secara lahir dan batin tidak bergantung pada orang lain dan dapat mandiri. Jika berbicara peserta didik, maka harapannya kekuatan diri (kodrat) yang dimiliki oleh mereka dapat menuntun diri mereka sendiri agar menjadi cakap dalam mengatur hidupnya tanpa diperintah orang lain.
Bapak Ki Hadjar Dewantara mengibaratkan peran pendidik seperti seorang petani atau tukang kebun, dan peserta didik adalah biji jagung yang disemai dan ditanam oleh pak tani dilahannya. Bila biji jagung disemai dan ditanam pada tanah yang subur, mendapatkan sinar matahari dan diairi dengan baik, maka walaupun kualitas biji jagung kurang baik (kurang berkualitas) ia tetap dapat tumbuh dengan baik. Demikian pula sebaliknya, meskipun biji jagung berkualitas baik, namun tumbuh dilahan yang gersang dan tidak mendapat perhatian yang baik, maka hasilnya akan kurang maksimal. Petani tersebut juga tidak dapat memaksa untuk mengubah jagung menjadi tanaman lainnya. Tanaman yang ditanam oleh petani tetap tumbuh sesuai kodratnya.
Perumpamaan tersebut dapat diartikan bahwa dalam proses menuntun, seorang guru perlu untuk terus belajar dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi namun tetap mempertimbangkan potensi-potensi kultural yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar. Kekuatan sosio kultural menjadi proses menuntun kodrat anak (kodrat alam dan kodrat zaman). Kodrat alam berkaitan dengan sifat dasar anak dan “bentuk” lingkungan di mana mereka berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan perubahan-perubahan zaman seperti kemajuan teknologi, peradaban manusia, dan segala aspek pengetahuan yang berkaitan dengan perkembangan zaman.
Elaborasi Pendidikan yang terkait kodrat alam dan zaman dalam Dewantara, 2009: 21, yakni setiap melakukan suatu perubahan yang terpadu dalam dunia pendidikan, hendaknya memperhatikan dan jangan sampai meninggalkan segala kepentingan yang berhubungan dengan keadaan kodrat peserta didik. Dalam mewujudkannya, diperlukan upaya-paya yang disesuaikan dengan dasar-dasar dan asas-asas hidup kebangsaan yang bernilai dan tidak bertentangan dengan sifat-sifat kemanusiaan.
Para pendidik perlu mengingat bahwa pendidikan pada anak yang sesungguhnya adalah menuntun kemampuan anak untuk mencapai kekuatan kodrat alam dan zamannya. Bila dilihat pada kondisi saat ini, kodrat zaman pendidikan lebih menekankan kemampuan anak untuk memiliki keterampilan abad 21, maka pendidik perlu memaknai bahwa kodrat alam peserta didik dalam konteks lokal sosial budaya memiliki karakteristik yang berbeda-beda, seperti contoh peserta didik di Indonesia barat memiliki karakteristik yang berbeda dengan peserta didik di Indonesia bagian Tengah, atau bagian Timur. Cara mereka belajar dan berinteraksi juga akan berbeda. Oleh sebab itu, Bapak Ki Hadjar Dewantara selalu mengingatkan agar pendidikan di Indonesia tetap mengutamakan kearifan lokal sosial budaya Indonesia. Segala muatan atau konten yang diadopsi dari pengaruh luar tetap harus disaring agar tidak bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan konteks sosial budaya yang ada di Indonesia. Keberagaman sosial budaya dapat menjadikan kekuatan kodrat alam dan zaman dalam mendidik peserta didik.
Tumbuhnya Budi Pekerti
Tuntunan yang diberikan pendidik yang sesuai dengan kodrat peserta didik membawa pada hal baik selanjutnya, yaitu tumbuhnya budi pekerti. Budi pekerti dalam KBBI diartikan menjadi dua kata, yaitu budi adalah alat batin yang memadukan akal dan perasaan untuk menimbang baik dan buruk, sedangkan pekerti adalah tingkah laku, akhlak. Menurut Ki Hadjar Dewantara, budi pekerti merupakan perpaduan antara gerak pikiran, perasaa dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Budi pekerti juga dapat diartikan adanya perpaduan antara Cipta (kognitif), Karsa (afektif) sehingga terciptalah karya (psikomotor).
Keluarga adalah tempat yang paling utama dan yang paling baik untuk melatih tumbuhnya karakter anak dan juga sebagai tempat pendidikan sosial bagi seorang anak. Maka dari itu, pendidik dan orang tua hendaknya saling berkolaborasi dan bekerjasama untuk membentuk karakter anak didik yang baik, memberi teladan untuk dapat menyelesaikan persoalan sosial dalam kehidupan sehari-hari, serta memunculkan budi pekerti yang baik dalam kehidupan bersosialnya.
Munculnya budi pekerti yang baik ini sebagai keselarasan hidup antara cipta rasa, karsa dan karya. Harapannya agar anak dapat melatih mengelola diri agar mampu memiliki tanggung jawab yang besar dalam membuat sebuah keputuasan yang mana akan memerdekakan dirinya, tetapi tetap sadar dengan kehidupan sosialnya yang harus memikirkan kemerdekaan orang lain juga.
Pentingnya Sistem Among!
Berkaitan dengan menuntun yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya, sistem among sebagai wujud menuntun kekuatan kodrat anak dan menjadi salah satu kekuatan agar kita memahami secara mendalam peran sebagai seorang pendidik. Sistem among yang dikenalkan oleh Ki Hadjar Dewantara dijadikan sebagai salah satu metode pendidikan yang biasa dikenal dengan semboyan:
“Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani.”
Ing Ngarsa Sung Tuladha (di depan memberikan teladan); guru dapat memahami dirinya secara utuh sebagai pendidik bahwa ia dijadikan teladan dalam budi pekerti dan tingkah laku. Ing Madya Mangun Karsa (di tengah membangun kehendak/niat); guru di tengah berperan sebagai pelopor untuk memotivasi, membangun semangat, niat dan keinginan peserta didik untuk bersama-sama berswakarsa dan berkreasi, mencetuskan ide-ide baru agar dapat lebih berkembang. Tut Wuri Handayani (dari belakang (tut wuri), berupaya penuh memberi dorongan dan arahan (handayani)); tidak hanya memberi motivasi, tetapi guru juga memberikan saran dan umpan balik berdasarkan pengamatannya agar peserta didik mampu mengembangkan dan mengeksplorasi daya, cipta, rasa, karsa, dan karyanya.
Sistem among berkaitan erat dengan dua hal, yaitu kodrat alam dan kemerdekaan peserta didik dalam belajar. Kodrat alam sesuai dengan potensi yang dimiliki peserta didik, sedangkan kemerdekaan sebagai wujud menghidupkan potensi tersebut hingga mencapai rasa selamat dan bahagia dalam diri mereka. Pada intinya, peserta didik memerlukan tuntunan untuk mengembangkan diri mereka sesuai dengan potensi yang dimiliki dengan penuh kasih sayang, pendampingan, perawatan, penjagaan serta doa dan harapan dari gurunya.
Sistem among bukan hanya sebagai metode dalam mendidik saja, melainkan upaya agar para pendidik memiliki cara perpikir “among” kepada peserta didik. Guru yang mempunyai karakter dan dihormati peserta didik, mahir mengelola kemampuan sosial-emosional yang baik dengan peserta didik, dan mampu bertutur kata yang mudah dipahami peserta didik.
Sumber: Ruang Eksplorasi LMS PPG Prajabatan Th. 2022
Refleksi Diri berdasar Pemikiran Ki Hadjar Dewantara
Pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang telah dipaparkan pada topik ke dua Filosofi Pendidikan Indonesia ini mengantarkan saya untuk merefleksikan diri pada beberapa hal. Hal tersebut diuraikan sebagai berikut:
1. Pandangan saya terhadap peserta didik dan pembelajaran di kelas sebelum mempelajari topik ini;
Sumber: Dokumen Pribadi
Saya memandang peserta didik dan pembelajaran seperti pada umumnya dan sama ketika dulu saya juga pernah menjadi peserta didik. Guru tugasnya untuk mengajarkan materi, tetapi hanya sedikit keterampilan yang diajarkan dan fokus terhadap hasil yang harus diperoleh peserta didik sebagai bagian dari tuntutan kurikulum. Tuntutan kurikulum dengan materi yang padat ini membuat guru seperti buru-buru dan cenderung mengabaikan pembelajaran yang berkesan bagi peserta didik. Pembelajaran yang dilakukan juga didominasi oleh peran guru sebagai sumber belajar yang paling utama bagi peserta didik.
Selama ini saya sudah merasakan perbedaan yang ada pada peserta didik, namun saya beranggapan bahwa saya hanya kurang mampu menguasai kelas dengan baik tanpa mengevaluasi kembali beberapa hal yang perlu didalami terhadap perbedaan itu. Kurangnya ilmu membuat saya terus merasa bahwa perbedaan di kelas sebagai penghambat saya dalam menyampaikan materi. Pokoknya peserta didik harus memiliki pemahaman yang sama dan di atas KKM, terus saya arahkan untuk menguasai materi dan belajar dengan memberi tambahan tugas di rumah (PR) agar nilai mereka sesuai dengan KKM. Jika perbedaan itu kembali muncul, maka saya hanya bisa mengeluh dan menyalahkan diri sendiri tanpa mencari tau penyebabnya. Padahal sudah jelas, perbedaan itu berkaitan dengan kodrat anak yang baru-baru ini saya pelajari.
2. Perubahan pemikiran atau perilaku saya setelah mempelajari topik ini;
Sebagai calon pendidik yang profesional, saya perlu mengubah pola berpikir bahwa kegiatan mengajar dan menimba ilmu bukan sebagai formalitas untuk menunaikan tugas sebagai guru saja, melainkan untuk menuntun peserta didik agar kekuatan kodrat yang dimiliki dapat dijadikan sebagai upaya mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang sesungguhnya. Perbedaan yang ada pada peserta didik merupakan suatu keunikan, yang mana dengan memberikan kebebasan bagi mereka untuk mengekspresikan diri dengan segala potensi yang mereka miliki dapat membuat mereka menjadi lebih berkembang.
Peserta didik sebagai subjek dalam proses belajar dan sebagai seorang pendidik saya hanya perlu mengarahkan jika ada kesalahan, dan menanamkan nilai-nilai yang dapat mereka pelajari sehingga semua dapat berjalan beriringan.Perubahan yang besar juga terjadi jauh di dalam lubuk hati saya untuk menerapkan Sistem Among dalam pembelajaran. Saya merenung dan perasaan itu muncul, ketika saya menjadi peserta didik, saya juga menginginkan sosok guru yang penyayang, lembut dan halus dalam bertutur kata, serta dapat dijadikan teman, kakak, ibu, dan guru di sekolah. Menerapkan sistem among yang sesuai dengan semboyan Ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karso, tut wuri handayani. Sistem Among sebagai metode yang berdasar pada asih, asah dan asuh (care and dedication based of love), bersendikan pada kodrat alam dan zaman.
3. Strategi yang segera saya terapkan untuk mewujudkan pemikiran KHD di kelas saya, antara lain:
- Membentuk budi pekerti melalui contoh sederhana di kelas dengan melakukan 6 S (Senyum, salam, sapa, sopan, santun, sayangi teman). Sebagai seorang yang diteladani peserta didik, saya juga perlu untuk melakukan pembiasaan menggunakan dan memberi kata-kata positif, pujian, dan mengucapkan maaf jika salah. Harapannya siswa dapat melakukan hal yang sama dengan teman-temannya, dan suasana kelas akan jauh lebih kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar.
- Membentuk dan membangun rasa kekeluargaan di dalam kelas. Hal ini berkaitan dengan rasa solidaritas pada teman yang mengalami kesusahan untuk memahami pelajaran, kesusahan dalam segi materi, atau ada yang tertimpa musibah, maka rasa kekeluargaan ini menjadi salah satu bentuk motivasi untuk belajar di kelas.
- Membuat kesepakatan bersama mengenai aturan-aturan kelas. Pada bagian ini, menjadi wadah saya untuk membangun rasa tanggung jawab dan disiplin yang tinggi pada masing-masing peserta didik.
- Mampu menjadi wadah untuk menampung semua aspirasi peserta didik untuk dapat mengekspresikan diri dan lebih spesifik untuk mengutarakan keinginan-keinginan mereka dalam belajar sehingga dapat dipertimbangkan upaya-upaya untuk dapat merealisasikan keinginan mereka tersebut. Pada bagian ini, saya akan lebih melibatkan orang tua untuk dapat bekerjasama memenuhi kebutuhan peserta didik dalam belajar.
- Melakukan pembelajaran berdiferensiasi dengan melakukan pemetaan kebutuhan peserta didik dan mencoba untuk mencari model, strategi, atau metode yang dapat digunakan untuk memfasilitasi kebutuhan belajar peserta didik yang berbeda-beda.
- Mencoba mencari informasi kepada lingkungan peserta didik khususnya lingkungan keluarga agar mengetahui potensi-potensi yang dapat digali dengan melakukan pendekatan-pendekatan personal.
- Menerapkan sistem among dalam proses belajar di kelas.
- Melakukan kegiatan KKG bersama guru agar saling mendukung kemajuan kompetensi.
- Membuat perangkat pembelajaran yang lengkap dan inovatif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H