Saya memandang peserta didik dan pembelajaran seperti pada umumnya dan sama ketika dulu saya juga pernah menjadi peserta didik. Guru tugasnya untuk mengajarkan materi, tetapi hanya sedikit keterampilan yang diajarkan dan fokus terhadap hasil yang harus diperoleh peserta didik sebagai bagian dari tuntutan kurikulum. Tuntutan kurikulum dengan materi yang padat ini membuat guru seperti buru-buru dan cenderung mengabaikan pembelajaran yang berkesan bagi peserta didik. Pembelajaran yang dilakukan juga didominasi oleh peran guru sebagai sumber belajar yang paling utama bagi peserta didik.
Selama ini saya sudah merasakan perbedaan yang ada pada peserta didik, namun saya beranggapan bahwa saya hanya kurang mampu menguasai kelas dengan baik tanpa mengevaluasi kembali beberapa hal yang perlu didalami terhadap perbedaan itu. Kurangnya ilmu membuat saya terus merasa bahwa perbedaan di kelas sebagai penghambat saya dalam menyampaikan materi. Pokoknya peserta didik harus memiliki pemahaman yang sama dan di atas KKM, terus saya arahkan untuk menguasai materi dan belajar dengan memberi tambahan tugas di rumah (PR) agar nilai mereka sesuai dengan KKM. Jika perbedaan itu kembali muncul, maka saya hanya bisa mengeluh dan menyalahkan diri sendiri tanpa mencari tau penyebabnya. Padahal sudah jelas, perbedaan itu berkaitan dengan kodrat anak yang baru-baru ini saya pelajari.
2. Perubahan pemikiran atau perilaku saya setelah mempelajari topik ini;
Sebagai calon pendidik yang profesional, saya perlu mengubah pola berpikir bahwa kegiatan mengajar dan menimba ilmu bukan sebagai formalitas untuk menunaikan tugas sebagai guru saja, melainkan untuk menuntun peserta didik agar kekuatan kodrat yang dimiliki dapat dijadikan sebagai upaya mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang sesungguhnya. Perbedaan yang ada pada peserta didik merupakan suatu keunikan, yang mana dengan memberikan kebebasan bagi mereka untuk mengekspresikan diri dengan segala potensi yang mereka miliki dapat membuat mereka menjadi lebih berkembang.
Peserta didik sebagai subjek dalam proses belajar dan sebagai seorang pendidik saya hanya perlu mengarahkan jika ada kesalahan, dan menanamkan nilai-nilai yang dapat mereka pelajari sehingga semua dapat berjalan beriringan.Perubahan yang besar juga terjadi jauh di dalam lubuk hati saya untuk menerapkan Sistem Among dalam pembelajaran. Saya merenung dan perasaan itu muncul, ketika saya menjadi peserta didik, saya juga menginginkan sosok guru yang penyayang, lembut dan halus dalam bertutur kata, serta dapat dijadikan teman, kakak, ibu, dan guru di sekolah. Menerapkan sistem among yang sesuai dengan semboyan Ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karso, tut wuri handayani. Sistem Among sebagai metode yang berdasar pada asih, asah dan asuh (care and dedication based of love), bersendikan pada kodrat alam dan zaman.
3. Strategi yang segera saya terapkan untuk mewujudkan pemikiran KHD di kelas saya, antara lain:
- Membentuk budi pekerti melalui contoh sederhana di kelas dengan melakukan 6 S (Senyum, salam, sapa, sopan, santun, sayangi teman). Sebagai seorang yang diteladani peserta didik, saya juga perlu untuk melakukan pembiasaan menggunakan dan memberi kata-kata positif, pujian, dan mengucapkan maaf jika salah. Harapannya siswa dapat melakukan hal yang sama dengan teman-temannya, dan suasana kelas akan jauh lebih kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar.
- Membentuk dan membangun rasa kekeluargaan di dalam kelas. Hal ini berkaitan dengan rasa solidaritas pada teman yang mengalami kesusahan untuk memahami pelajaran, kesusahan dalam segi materi, atau ada yang tertimpa musibah, maka rasa kekeluargaan ini menjadi salah satu bentuk motivasi untuk belajar di kelas.
- Membuat kesepakatan bersama mengenai aturan-aturan kelas. Pada bagian ini, menjadi wadah saya untuk membangun rasa tanggung jawab dan disiplin yang tinggi pada masing-masing peserta didik.
- Mampu menjadi wadah untuk menampung semua aspirasi peserta didik untuk dapat mengekspresikan diri dan lebih spesifik untuk mengutarakan keinginan-keinginan mereka dalam belajar sehingga dapat dipertimbangkan upaya-upaya untuk dapat merealisasikan keinginan mereka tersebut. Pada bagian ini, saya akan lebih melibatkan orang tua untuk dapat bekerjasama memenuhi kebutuhan peserta didik dalam belajar.
- Melakukan pembelajaran berdiferensiasi dengan melakukan pemetaan kebutuhan peserta didik dan mencoba untuk mencari model, strategi, atau metode yang dapat digunakan untuk memfasilitasi kebutuhan belajar peserta didik yang berbeda-beda.
- Mencoba mencari informasi kepada lingkungan peserta didik khususnya lingkungan keluarga agar mengetahui potensi-potensi yang dapat digali dengan melakukan pendekatan-pendekatan personal.
- Menerapkan sistem among dalam proses belajar di kelas.
- Melakukan kegiatan KKG bersama guru agar saling mendukung kemajuan kompetensi.
- Membuat perangkat pembelajaran yang lengkap dan inovatif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H