Mohon tunggu...
Vinnie Gabriel
Vinnie Gabriel Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Penanda pada Kotak Sampah FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta Belum Mencerminkan Komunikasi Lingkungan dan Kesehatan

1 Oktober 2017   23:38 Diperbarui: 2 Oktober 2017   00:36 858
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Memang ada beberapa tempat sampah lain , namun di tempat sampah itu tidak ada sticker pemberitahuan pemilahan sampah. Jumlah tempat sampahnya juga Cuma satu. Sedangkan 15 buah tersebut, sudah dilengkapi dengan sticker masing-masing untuk memisah-misahkan sampah yang di buang. Setiap 1 unit, berisi tiga tempat sampah dengan pemisahan sebagai berikut :

  • Kotak 1
  • Sticker berwarna kuning. Digunakan untuk sampah kertas, kardus dan koran.
  • Kotak 2
  • Sticker berwarna biru. Digunakan untuk botol , kaleng, kaca, dan logam.
  • Kotak 3
  • Sticker berwarna merah. Digunakan untuk sampah kresek, gabus, dan plastik kemasan.

            Ketika sedang melakukan pengamatan, penulis bertemu dengan salah seorang Cleaning Service yang enggan disebut namanya. Dirinya mengatakan bahwa proses pemilahan sampah ini digunakan untuk memisahkan sampah mana yang dapat didaur ulang dan mana yang tidak. Menurutnya , proses pengelolaan sampah sudah dilakukan di tempat pembuangan akhir khusus sampah yang berasal dari kampus 3, 4, dan 2. Semuanya dijadikan satu di belakang kampus 2 , kemudian diolah. Sebelum dilakukan pengolahan, sampah disendirikan sesuai dengan jenisnya.

            Pemilahan sampah tersebut paling sederhana digunakan untuk melihat, mana sampah yang bisa didaur ulang. Secara ekonomi, sampah yang bisa di daur ulang seperti botol plastik , botol kaca, dan sampah-sampah berbahan kertas dapat menguntungkan secara ekonomi.

            Masyarakat harus merubah pola pikir tentang sampah. Pola pikir yang diubah adalah sampah sebagai barang tidak berguna, menjadi sampah yang memiliki valueatau harga tertentu. Caranya adalah dengan melakukan pengolahan, agar sampah kemudian tidak lagi berbahaya untuk lingkungan hidup, namun justru memiliki nilai ekonomi atau bahkan dapat dimanfaatkan agar memiliki nilai seni  ( Sejati, 2009 : hlm. 41).

            Namun bagaimana dengan konsep komunikasi lingkungan yang diterapkan pada pemilahan sampah tersebut ? efektifkah komunikasi yang dilakukan terkait pemisahan tempat sampah tersebut?

Menurut cox dalam yenrizal, komunikasi lingkungan adalah sarana konstitutif dan pragmatis bagi pemahaman manusia dengan lingkungan serta hubungan manusia dengan alam. Hal ini adalah media simbolis yang digunakan dalam mengkonstruksi masalah-masalah lingkungan dan menegosiasikan respon yang berbeda dalam masyarakat.

Lebih lanjut menurut cox komunikasi lingkungan harus punya dua fungsi utama yakni pragmatif dan konstitutif. Secara pragmatis berkaitan denga npendidikan, kewaspadaan, meyakinkan, memobilisasi, dan membantu manusia mengatasi masalah-masalah lingkungan. ( yenrizal : hlm. 9).

            Pada agenda lingkungan, komunikai bukan sekedar melakukan support semata, tapi merupakan bagian dari aspek itu. Komunikasi mengambil peran sebagai bagian tak terpisahkan, bukan sekedar kampanye lingkungan saja. Ilmu komunikasi harus bisa mendorong partisipasi besar dari pelaku komunikasi, dan komunikasi lingkungan harus bersifat bisa memberdayakan semua pelaku komunikasi. ( Florr dalam Yenrizal, 2017 : hlm. 7).

            Komunikasi lingkungan juga dapat diartikan dengan 8 elemen berikut ini ( Corbett dalam Yenrizal , 2017 : hlm. 10) :

  • Disajikan dalam nilai-nilai, kata-kata, tindakan, dan praktek sehari-hari.
  • Diinterpretasikan dan dinegosiasikan secara individual
  • Berakar secara historis dan budaya
  • Memiliki akar ideologis
  • Tertanam dalam paradigm sosial dominan dan memberikan nilai instrumental untuk lingkungan dan percaya itu ada untuk melayani manusia.
  • Rumit terkait dengan budaya pop, terutama iklan dan hiburan.
  • Dibingkai dan dilaporkan oleh media dengan cara yang umumnya mendukung status quo.
  • Dimediasi dan dipengaruhi oleh lembaga-lembaga seperti pemerintah dan bisnis.

Dari delapan poin terkait komunikasi lingkungan itu, Yenrizal mengatakan bahwa komunikasi lingkungan tak bisa berdiri sendiri, ia harus selalu berkolaborasi dengan wilayah kajian yang lain.

            Berdasarkan pengamatan penulis, pemilahan tong sampah dengan menempelkan sticker adalah cara yang baik untuk menciptakan lingkungan hidup yang sehat dari segi pemanfaatan sampah. Dengan cara ini seharusnya di tempat pembuangan akhir, nantinya sampah-sampah tidak perlu dipilah-pilah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun