Mohon tunggu...
Money Pilihan

Mari Belajar Berinvestasi!

21 Juni 2016   14:51 Diperbarui: 23 Juni 2016   12:43 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: http://1.bp.blogspot.com/-cwqQNSohSP4/VfyoPp3yMRI/AAAAAAAAAQc/yNKgS5kCho4/s1600/investasi.jpg

Lalu bagaimana dengan properti, tanah, rumah, atau apartemen yang oleh para generasi pendahulu kita sebut sebagai investasi yang aman? Apakah itu investasi?

Ya, itu sudah pasti termasuk investasi. Karena, pada umumnya dan di seluruh belahan negeri ini, kenaikan harga tanah dalam persentase per tahunnya hampir selalu di atas tingkat persentase inflasi dalam asumsi kondisi ekonomi normal; tidak mengalami hyper-inflation ataupun deflasi. Perkara investasi semacam itu bagus atau tidak, itu sudah akan menjadi masalah personal dan subyektif. Sangat tergantung pada profil risiko dan tingkat pemahaman, praktik lapangan, serta local wisdom dari masing-masing orang untuk bisa memastikan bahwa risiko investasinya di bidang ini bisa dikurangi. Tapi yang pasti, ini adalah pasti bisa dikatakan sebagai investasi.

Masalahnya adalah, dalam hal generasi-generasi baru seperti kita-kita ini nih, banyak yang salah kaprah bahwa pokoknya kalau punya rumah atau tanah, maka itu adalah suatu bentuk investasi. Biasanya problem ‘rumah pertama’ yang sering mencuat kasusnya. Rumah pertama anda sebagai sebuah keluarga, janganlah dianggap sebagai investasi. Itu adalah bukti kemandirian anda dan keluarga inti anda. Itu adalah surga utama anda menjalani kehidupan di dunia ini. Jangan sampai rumah pertama anda dan keluarga anda dilibatkan dalam sebuah praktik bisnis atau keuangan, yang mana dapat membuat rumah tersebut memiliki risiko untuk lepas dari anda. Misalnya, dijadikan jaminan untuk dapat hutang dari bank.

Beda lagi kasusnya dengan rumah kedua, atau tanah kedua anda, atau apapun properti yang bukan merupakan rumah pertama anda. Silahkan anggap itu sebagai investasi, entah dengan hanya mengandalkan kenaikan nilai tanahnya saja, atau mau diusahakan sebagai ladang, dibangun gedung untuk potensi bisnis pribadi, atau untuk dibangun kos-kosan. Yang penting, hasil dari pertumbuhan nilai maupun hasil-hasil lain yang muncul dari ‘tergarap’nya properti tersebut memang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan rencana masa depan anda.

Kapan seharusnya kita mulai berinvestasi?

Jika kita berbicara tentang properti, rumah, dan tanah seperti contoh di atas yang membutuhkan banyak sekali modal untuk memulainya, sepertinya susah ya? Banyak persepsi orang awam pun terbentuk dengan berpikiran seperti itu, bahwa investasi itu harus mengumpulkan uang dulu yang lamaaa~~ setelah terkumpul baru berinvestasi. Apa boleh buat, karena praktik investasi tanah dan bangunan adalah salah satu praktik investasi paling tradisional yang terjadi sudah lama di Indonesia.

Padahal dengan menyimpan uang dalam waktu yang lama, biasanya dalam bentuk tabungan yang tidak perlu main ‘kunci-kuncian’ kontrak, anda akan menghadapi risiko pajak bunga tabungan, inflasi yang makin terasa kuat menggerus tabungan anda yang bunganya jauh lebih kecil daripada deposito, dan biaya administrasi yang besar jika anda sejak awal sudah salah pilih jenis tabungan anda. Nilainya belum tentu bertambah dengan sendirinya; besar kemungkinan bisa dibilang pasti tidak akan bertambah.

Sejatinya anak-anak kecil pun jika di tingkat SD sudah harus diajari cara menabung dan deposito, maka pada masa SMA nya sudah harus bisa mengetahui praktik investasi. Dan investasi itu banyak caranya dan banyak bentuknya yang tidak membutuhkan modal besar. Maka jawabannya adalah, sekarang pun bisa berinvestasi. Bahkan kalau bisa sedini mungkin sudah diajari.

Zaman semakin modern, cara-cara investasi yang legal, aman, dan terjamin oleh lembaga OJK pun semakin banyak. Aset-aset finansial bisa menjadi pilihan alternatif untuk memulai praktik investasi anda dan generasi penerus anda sedini mungkin, tanpa harus meneruskan praktik latah mengumpulkan uang dari gaji terus menerus setelah itu baru berinvestasi ke aset-aset fisik. Reksadana, contohnya, bisa menjadi alternatif investasi anda yang relatif paling ramah untuk semua orang.

Vinko Satrio Pekerti, CFP®

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun