"Ide ini --khususnya-- ditujukan untuk pembuat kebijakan yang mungkin dapat menjadi alternatif/sudut pandang lain dalam solusi permasalahan program JKN."
Beberapa waktu yang lalu penulis membuat artikel mengenai tawaran ide yang mungkin dapat menjadi alternatif solusi untuk permasalahan defisit pada program JKN berikut link artikel: Potensi Sumber Pendanaan JKN, Bukan Pajak, Tetapi Kontribusi.
Penulis belum terlalu berani membuka ide ini ke publik karena memang belum ada kajian yang kita lakukan secara komprehensif terkait ide tersebut serta angka-angka perhitungan pastinya dan dampak positif negatif yang akan ditimbulkan.
Semua yang tertuang masih sebatas pemikiran penulis berdasarkan logika semata, dan perhitungan secara logika, belum diikuti data-data sebenarnya di lapangan.
Terkadang ide ini masih muncul, apakah ini memang bisa menjadi sebuah solusi untuk permasalahan program JKN? untuk menjawabnya sudah sangat pasti kita butuh sebuah kajian yang komprehensif mengenai ide solusi dari permasalahan defisit program JKN tersebut.
Selama di Jakarta, penulis menanyai dua orang yaitu bapak supir dan bapak pensiunan, apakah keduanya setuju jika nantinya dalam program JKN tidak lagi membayarkan iuran namun setiap barang yang mereka beli dan konsumsi akan dinaikkan sebesar 2%.
Itu seperti membeli air mineral seharga 3 ribu rupiah, yang berarti akan ditambahkan 2% (Rp60) menjadi Rp3.060,- (jika dipasaran kemungkinan bisa menjadi Rp3100 atau lebih). Bapak supir menjawab sangat setuju, "..lebih enak seperti itu...", kata beliau.
Bapak yang seorang pensiunan (berusia 81 tahun masih sehat, sangat hafal dan lancar menyebutkan nomor hp beliau ketika saya menanyakan) setelah mendengar itu langsung menyalami saya sambil mengatakan bagus itu dan kemudian pergi.Â
Beliau merupakan salah satu responden sebuah kajian lain, saya terketuk ketika beliau mengatakan "UU itu kan dibuat oleh manusia, kita ini sudah tua, hanya ingin menjalani dengan tidak dipersulit",...."seperti itu, masih banyak orang yang tidak mampu...".
Dalam hidup sebagai seorang peneliti terkadang kita memang tidak dapat memperhitungkan sesuatu secara instrumental saja berdasarkan untung rugi dengan angka-angka ekonominya, namun juga harus ada nilai (value) didalamnya, dampak psikologis sosial dan kemanusiaan yang mungkin bisa lebih besar nilainya. Konsep mengenai value ini diajarkan oleh senior saya di pusat penelitian kami.Â