Sepakan keras Ritsu Doan dari luar kotak penalti tak mampu dihadang Unai Simon. Ini merupakan sebuah keajaiban mengingat penguasaan bola Jepang yang sangat rendah, hanya 17 persen di babak pertama.Â
Selanjutnya gol kedua Jepang yang melibatkan drama VAR menjadi puncak pembuktian mereka sebagai tim yang mau bekerja keras.
Walau bola sudah keluar melewati garis secara kasat mata, Kaoru Mitoma masih memaksakan diri untuk memberi umpan ke tengah kotak penalti, yang kemudian disambar oleh Ao Tanaka menjadi gol pembalik keadaan.
Setelah dilihat menggunakan VAR, bola yang ditendang Mitoma ternyata masih berada dalam area permainan, hanya dengan jarak beberapa milimeter. Sangat tipis, setipis kemungkinan mereka untuk menang atas anak asuh Luis Enrique.
Korea Selatan menjadi contoh terbaik soal harapan. Perjuangan mereka tak kalah mustahil dengan Jepang.
Menjelang pertandingan menghadapi Portugal, Korsel hanya memiliki 1 poin dan duduk di peringkat 4. Namun mereka sedikit diuntungkan oleh Portugal yang pada kali ini menurunkan tim lapis kedua.
Gol cepat Ricardo Horta di menit kelima tak membuat semangat mereka luntur. Korsel membalasnya lewat gol Young-Gwon Kim di menit 27.Â
Sementara, Uruguay yang sebelumnya berada di peringkat 3 sedang unggul 2-0 melawan Ghana. Ini membuat mereka naik ke posisi 2, sementara Korsel masih di dasar klasemen, setidaknya sampai 10 menit kedepan.
Hingga di penghujung pertandingan, drama terjadi. Hwang Hee-Chan yang tak terkawal berhasil mencetak gol kemenangan di menit 91 lewat serangan balik yang diinisasi Son Heung-Min.Â
Walau sama-sama mengantongi 4 poin, Korsel berhak menempati peringkat 2 setelah unggul jumlah gol dari Uruguay (4:2). Son Heung-Min menangis bahagia, sedangkan Luis Suarez menangis karena harus mudik.
Momen-momen seperti inilah yang mungkin jarang terjadi di negara-negara barat, sebab kalau negara barat yang menang pasti sudah jadi hal yang biasa.Â